"Sekeping Luka Di Melbourne"
Sekuel Ketika Kau Hadirkan DiaBab Empat Puluh Dua
***Semenjak Hara hamil, Gabriel menjadi begitu posesif. Bahkan saat mereka pergi dengan mobil, Gabriel sangat mewanti-wanti agar ia membawa dengan pelan. Sekarang mereka kembali pergi ke Australia dengan pesawat pribadi Gabriel. Sebab Tuan Stanley terus mengganggu mereka supaya Gabriel lekas membawa Hara ke Melbourne. Mereka sendiri sudah izin dengan orangtua Hara. Sekarang, mereka sudah tiba di Australia. Gabriel sendiri sudah menelepon supir untuk datang menjemput mereka.
Suasana meriah terjadi di kediaman keluarga Stanley saat mereka datang. Semua orang sungguh menyambut Hara dengan gembira. Tuan Stanley sendiri mengacungkan tongkatnya, menyodok siapa saja yang berusaha memeluk Hara. Tingkahnya benar-benar menyebalkan. Namun, Hara hanya bisa terkekeh pelan.
"Astaga! Awas! Jangan sampai kalian melukai cicitku!" kata Tuan Stanley seraya mengangkat tongkatnya tinggi. Bahkan Gabriel pun kena. "Cucu sialan! Mengapa kau tidak memberitahu kami kalau Hara sedang mengandung!"
"Berhentilah menggerutu, Kek. Aku tidak ingin Gabriel junior mendengar semua umpatan yang keluar dari mulutmu." Gabriel memang senang sekali menggoda kakeknya. "Jangan sampai dia takut denganmu saat keluar nanti."
"Tidak usah menceramahi diriku!" Tuan Stanley mendorong Gabriel dan datang mendekat Hara. "Apakah benar calon cicitku ini laki-laki?" tanya Tuan Stanley kemudian.
Hara tersenyum. "Sebenarnya aku pun belum tahu, Kek. Dokter mengatakan masih harus menunggu hingga beberapa bulan ke depan."
Tuan Stanley mengangguk-anggukan kepala. "Tidak masalah apa pun jenis kelaminnya. Yang terpenting selalu sehat." Lalu Tuan Stanley mengajak Hara untuk duduk di sofa.
Para pelayan dipanggil untuk menghidangkan makanan. Bahkan ada yang ditugaskan untuk memijat bahu Hara. Membuat wanita itu merasa sungkan. Tentu ia meminta agar pelayan tersebut berhenti memijat dirinya. Sementara itu, Hara lantas memakan hidangan yang telah disediakan. Bersama dengan semua orang. Gabriel sendiri begitu setia di sebelahnya. Lelaki itu terlihat terus memperhatikan dirinya. Bahkan berkali-kali meminta kepada para pelayan untuk memotong, menuangkan air atau bahkan mengambilkan lauk ke piring Hara.
"Sebaiknya kau tinggal di sini hingga melahirkan, Nak," kata Tuan Stanley ketika mereka semua sedang makan.
Tuan Terrence berdeham pelan. Menggelengkan kepala menatap ayahnya. "Hara memiliki orangtua di Indonesia, Dad. Kau harus ingat itu."
Tuan Stanley mendengus kecil, kebahagiaannya sudah terganggu. "Orangtua Hara bisa datang kembali ke sini, bukan? Mereka pasti bersedia untuk pindah ke Australia."
Hara tersenyum kecil. "Mohon maaf sekali, Kek. Tetapi sepertinya aku tidak bisa berjanji. Ayah memiliki banyak pekerjaan di Jakarta." Melihat wajah sendu Tuan Stanley, Hara buru-buru melanjutkan. "Tetapi mungkin suatu saat mereka mau pindah ke sini. Meskipun tidak bisa dipungkiri sesekali harus kembali ke Indonesia."
Tuan Stanley ikut mengulas senyuman. "Kau memang cucuku yang paling manis," kata beliau dengan wajah berseri-seri. "Sekarang habiskan makananmu. Tolong jangan ada yang mengganggu cucuku!" Ia sudah bersiap mengangkat tongkat, hendak menusuk siapa pun yang berani mengganggu Hara.
Tuan Terrence memutar bola mata, tidak habis pikir dengan tingkah ayahnya. Tetapi Gabriel memberikan senyuman kepada dirinya. Memintanya untuk diam saja.
"Bibi senang sekali akhirnya kau kembali ke Australia." Bibinya Gabriel mengusap kepala Hara dengan lembut. "Tetapi ingat jangan terlalu sering berpergian seperti ini. Kondisi janinmu bisa saja lemah. Kau harus menjaganya dengan baik." Lalu ia beralih menatap Gabriel yang sedang tersenyum. "Dan kau anak nakal!" katanya kepada Gabriel dengan wajah galak. "Sebentar lagi kau akan menjadi seorang ayah. Jagalah istri dan anakmu sebaik mungkin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekeping Luka di Melbourne (Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia)
RomanceKematian suaminya ... hal paling menyakitkan sepanjang hidup Hara Azzahra. Sebab dia telah kehilangan separuh hatinya. Seolah semua harapannya hancur. Sekarang, dia hanya bisa hidup dengan diliputi ketakutan akan harapan. Hingga takdir membawanya p...