Bagian 31

156 21 0
                                    

"Sekeping Luka Di Melbourne"
Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia

Bab Tiga Puluh Satu
***

Dengan perasaan gugup seperti seorang gadis yang sedang kasmaran, Hara mematut tampilannya sendiri di depan cermin. Gaun yang dibelikan oleh Gabriel semuanya bagus dan menutupi tubuh Hara dengan begitu sempurna. Bahkan rasanya gaun-gaun itu terlalu mewah, sehingga Hara memutuskan untuk mengenakan gaun yang paling simple di antara semuanya. Itu pun rasanya masih terlalu mewah karena pada gaun itu terdapat susunan mutiara yang indah. Sekarang ia merasa seperti seorang Ratu Arab saja. Gaun besar yang seperti gamis, berwarna hitam dengan susunan mutiara pada bagian depannya. Serta ukiran emas di bagian pergelangan tangan. Ia merasa sangat berkilauan malam itu.

Belum lagi kerudung panjang berwarna senada yang juga bermotif mewah. Mengapa ia harus berpakaian semewah ini? Apakah mereka juga akan dinner di tempat yang mewah juga? Seharusnya ia cepat-cepat mengatakan kepada Gabriel bahwa dirinya lebih suka segala sesuatu yang sederhana saja. Berlebihan seperti ini juga tidak baik rasanya.

Ibunya memanggil untuk kesekian kali karena para pelayan sudah menunggu dirinya sejak beberapa menit yang lalu. Ia gugup sekali sampai harus mengembuskan napas berkali-kali di depan cermin. Setelah meraih tas dengan warna senada oleh gaun, Hara memutuskan keluar dari kamarnya.

Ternyata Ayah dan Ibu sudah menunggu dirinya di bawah. Keduanya memandang Hara dengan takjub, seolah-olah Hara bukan putrinya. Tetapi seorang bidadari yang baru saja datang. Keduanya tersenyum kepada Hara yang kini tampak malu-malu.

"Hati-hati di jalan ya, Sayang." Ibu memeluk dirinya dengan penuh kasih sayang.

Ayah ikut memeluk dirinya setelah berdeham pelan. "Ingat, Ra. Meskipun Ayah sudah setuju bahwa semua keputusan ada di tanganmu. Tetap saja apabila Gabriel berani menyakiti dirimu maka Ayah akan memukul hidung anak itu!"

Hara sampai tersenyum geli mendengar perkataan ayahnya. Tetapi ia mengangguk. Pelayan yang datang ke rumah jumlahnya ada sekitar sepuluh orang. MasyaAllah! Gabriel benar-benar selalu penuh kejutan. Bahkan mobil yang mengawal Hara ada lima. Ia benar-benar merasa seperti Ratu Inggris saja! Gabriel membuat Hara kehilangan kata-kata sekarang.

Restoran yang dipilih oleh Gabriel sudah pasti kelas atas. Bahkan  ... Hara sempat mendengar dari beberapa pelayan bahwa restoran mewah itu disewa khusus untuk mereka berdua saja. Hara melangkah pelan memasuki restoran, dengan dikawal oleh beberapa pelayan. Bahkan tasnya pun sampai dibawakan. Ketika telah masuk ke dalam, ia melihat Gabriel yang sudah duduk di kursi. Lelaki itu  ... tampan seperti biasa. Dengan jas yang bagus. Rambut yang tersisir rapi dan  ... aromanya.

Para pelayan bergerak dengan cepat menyajikan makanan untuk mereka. Iringan musik mulai mengalun pelan. Hara menatap ke arah Gabriel yang kini tengah menatap ke arahnya dengan senyum manis. "Apa yang kau lakukan, Gabriel?" tanya Hara. Ia lalu menyaksikan lampu-lampu sorot menyala dengan cepat, jendela restoran terbuka dan menyajikan sebuah pemandangan kota Jakarta dari atas. Ketika lampu rumah di bawah sana mulai hidup satu per satu. Ia merasa seolah tengah melihat bintang.

Gabriel menumpukan kedua tangannya di atas meja, bertopang dagu. "Aku hanya ingin melihatmu bahagia, Nona. Bukankah aku sudah berjanji kepadamu?" Ia masih menatap Hara dengan penuh, tidak ingin lepas dan berpaling. Seolah jika ia mengedip sekali saja, maka Hara akan menghilang dari hadapannya.

"Gabriel?" Hara nyaris kehilangan suaranya. "Apakah versi bahagia yang kau pikiran berbeda dengan yang aku pikirkan?"

Gabriel tersenyum lembut. Lelaki itu meminta kepada pelayan perempuan untuk memasang Hara serbet. "Sudah lupakan saja, Nona. Lebih baik sekarang kita nikmati makan malam ini," katanya. Ia mulai menusuk daging asap dan menaruh ke piringnya.

Sekeping Luka di Melbourne (Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang