Bagian 44

179 22 11
                                    

"Sekeping Luka Di Melbourne"
Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia

Bab Empat Puluh Empat
***


Selalu ada bagian yang tidak boleh terlewatkan dalam sebuah kisah. Kebahagiaan.

Gabriel mengundang Alex untuk makan malam bersama. Namun, ternyata bukan hanya itu. Gabriel juga mengundang Annalise, Freya dan Federick tentunya. Mereka semua bertemu di sebuah restoran kelas atas yang telah sebelumnya dipesan oleh Gabriel.

Alex datang bersama dengan istrinya dan Jonathan. Benar yang dikatakan oleh Federick, lelaki itu kembali dalam pelukan mantan istrinya yang telah menyakitinya.

Annalise bersama dengan suaminya. Tubuh kecilnya sedang menopang tubuh lain di dalam. Meskipun demikian, wanita anggun itu tidak berubah. Masih tetap cantik seperti dulu. Bahkan terlihat begitu bahagia dengan hidupnya yang sekarang.

Freya yang pertama kali datang dan segera memeluk Hara pun tidak ketinggalan membawa seseorang. Pria berkebangsaan Amerika yang sangat ramah dan sopan. Sepertinya masih sama berstatus sebagai mahasiswa. Pria itu terlihat masih muda.

Dan ... Federick yang terlalu terlihat santai pun datang dengan seseorang. Wanita berambut pirang yang memiliki bola mata hijau cerah yang berprofesi sebagai dokter. Wanita itu tersenyum kepada Hara dan berkali-kali memberikan beberapa tips seputar persalinan kepada Hara dan Annalise yang mendengarkan dengan baik.

Gabriel sendiri tidak menyangka bahwa temannya yang terlihat begitu lepas dan santai bisa bertemu dengan wanita yang begitu dewasa, bijaksana.

"Lama tidak berjumpa kalian semua. Terutama kau, Sobat!" Gabriel meninju bahu Alex hingga lelaki itu terkekeh pelan. "Kau bersikap seolah menjauh dariku setelah aku menikah."

Alex tersenyum. Lelaki masih sempat melirik ke arah Hara yang duduk tidak jauh darinya. "Berusaha menyayangi diri sendiri lebih baik dari pada menabur lukamu dengan garam, bukan?" Perkataan yang mungkin selama ini hanya ia pendam saja. Akhirnya kini terucapkan di depan mereka semua. "Tuhan memiliki caranya sendiri untuk menemukan potongan hati kita yang lain." Lalu Alex terkekeh pelan. "Aku pikir aku tidak pantas untuk bahagia. Sebab harus kembali kehilangan seseorang yang aku rasa tepat. Namun, ternyata takdir memang menginginkan aku kembali dengan hati yang lama. Selama ini kami hanya salah paham. Ibunya Jonathan mencintaiku, sama seperti aku mencintainya. Dan setelah kupikir, rasanya aku memang tidak pernah berhenti mencintainya meskipun aku sudah bertemu dengan orang lain."

Gabriel mengangkat alisnya, tetapi kemudian ia pun mengangguk. Semua memang sudah jelas. Alex juga pernah jatuh cinta dengan Hara. Dan kenyataan itu tidak merubah apapun di dalam hidup mereka. Alex masih sahabat Gabriel, masih sama seperti dulu. "Jonathan pun terlihat begitu bahagia bisa kembali dengan ibunya. Bukan begitu, Nuna?"

Istrinya Alex tersenyum lembut. Wanita berkebangsaan Korea itu mengangguk pelan. "Kami akan menjadi keluarga kecil yang sempurna setelah ini," katanya.

Gabriel menganggukkan kepala. Frederick menepuk pundak Alex dan berkata, "Semoga sekarang kau akan bahagia, Sobat!"

"Kita semua memang pernah melewati masa-masa yang sulit," kata Annalise yang ikut berbicara. "Namun, sekarang aku sangat bersyukur bisa menikah dengan lelaki yang begitu mencintaiku." Ia menatap David yang tersenyum penuh kepadanya. "Mungkin jika aku masih terus memaksa takdir untuk hidup bersama dengan Gabriel, aku tidak akan sebahagia ini sekarang."

Hara tersenyum lembut mendengar perkataan Annalise. Sementara Gabriel meraih telapak tangannya, menggenggamnya dengan erat. Sentuhan hangat itu tentu membuat Hara menoleh ke arah sang suami. Mendapatkan istrinya menoleh, Gabriel segera mencium telapak tangan istrinya.

Federick tersenyum melihat pemandangan itu. "Ya, pada akhirnya sekarang kita semua bertemu untuk menuntaskan hal-hal yang belum tuntas." Ia menoleh kepada semua pihak, meskipun sebenarnya hanya Alex dan Annalise yang terlibat dalam hal ini. Freya dan kekasihnya sama sekali tidak. "Gabriel ingin semua benar-benar selesai sekarang. Tidak ada lagi kata canggung dalam hubungan kalian. Bukan begitu, Sobat?"

Gabriel menganggukkan kepala dengan pelan.

"Kalian semua akan bahagia dengan keluarga kecil kalian masing-masing. Tidak boleh ada rasa canggung lagi." Federick lalu merangkul kekasihnya. "Semoga kita semua akan terus seperti ini. Bertemu dan saling menebar kebahagiaan. Jangan ada yang menjauh lagi."

Setelah itu mereka semua mengangguk. Freya menatap Hara yang berada persis di sebelahnya, gadis itu mengelus perut Hara dengan bola mata berbinar. Hara sendiri menatap Freya seperti adik perempuannya sendiri. Adik yang manis dan sedikit cerewet. "Aku tidak menyangka bisa masuk dalam lingkaran lelaki kaya dan tampan seperti mereka. Ini semua karena aku mengenal dirimu, Ra." Ia terkekeh pelan.

Hara ikut tersenyum geli. "Hei, siapa pria manis yang kau bawa ini? Kau bahkan belum mengenalkannya kepadaku!" Hara menatap pria yang duduk di sebelah Freya.

"Oiya, namanya Lucas. Ia teman baikku di kampus."

Lukas lalu memperkenalkan diri kepada Hara dan Gabriel yang ternyata ikut mendengar pembicaraan mereka. Hara tersenyum lagi, kali ini berniat menggoda Freya. "Kau yakin hanya seorang teman baik?"

Dan wajah Freya langsung semerah tomat mendengar pertanyaan itu. Baiklah, sudah jelas, bukan?

***

"Aku ingin setiap tahunnya kita reuni seperti ini. Bertemu, berkumpul dan membawa pasangan masing-masing." Gabriel memulai pembicaraan lagi. "Dan kau juga boleh ikut, Freya. Kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri."

Pipi Freya kembali bersemu merah, bahkan ia sampai menepuk wajahnya karena begitu gembira. "Astaga! Ra ... " Namun, ia segera menutup mulutnya dan tersenyum sopan. Hara hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum geli.

Annalise menatap mereka. "Setuju," katanya. "Aku dan David akan dengan senang hati datang jika kau undang. Mungkin nanti anak kita bisa berteman baik?"

Hara mengangguk. "Ya, ya, Ann. Tentu saja," ucapnya.

Sekarang giliran istrinya Alex yang menatap kedua wanita itu. "Jonathan akan menjaga adik-adiknya dengan penuh kasih sayang," katanya.

Mereka semua pun tersenyum.

Lalu, Federick menatap kekasihnya dan berkata, "Maukah kau menikah denganku, Ellie? Dan kita akan memiliki banyak anak setelahnya?" Pertanyaan mendadak yang tentu membuat Ellie, kekasihnya itu kaget hingga menepuk bahu Federick dengan hebat.

"Jangan bercanda, Federick. Katakanlah hal serius seperti ini dengan penuh keseriusan." Meskipun demikian, ada senyum geli di wajahnya.

Federick menaikan alis. "Ya, aku benar-benar serius saat ini, Ellie." Lelaki itu melirik ke arah Gabriel yang mengedipkan mata ke arahnya.

Lalu tidak lama setelah itu, muncul para pianis yang memainkan piano dengan begitu indah. Satu per satu lampu dalam ruangan pun padam, mengisahkan satu lampu yang menyorot ke meja mereka. Seorang waitress tiba-tiba saja muncul dengan sebut bunga mawar yang besar. Menyerahkan buket bunga itu kepada Federick yang kini mengeluarkan kotak merah berisi cincin. Federick menyodorkan cincin ke hadapan Ellie dan berkata, "Will you marry me, Ellie?"

Membuat mereka semua takjub dengan sikap romantis Federick. Lelaki humoris dan konyol itu ternyata punya sisi romantis tersendiri.

Ellie tampak mengeluarkan air mata karena terharu. Ia menatap Federick dan menganggukkan kepala. "Ya, Federick. Yes, I will," katanya.

Maka Federick pun memasangkan cincin pada jemari wanita itu dan memberikannya buket besar berisi bunga mawar. Dan kisah pada hari itu berhenti di sini.

*****

Hai? Masih ada yang menunggu?
Tersisa satu bab akhir, yaaa. Tinggal epilog aja.
Tungguin ya pembacaku yang manis-manis. ❤

Sekeping Luka di Melbourne (Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang