Ketika aku kembali dari pesta penyambutan Jungkook, ada setumpuk kertas di mejaku. Sebuah catatan pada kertas itu mengatakan: Sebuah draft riwayat hidup ayahmu. Kamu juga ada di dalamnya, jadi diharapkan beberapa masukan. Catatan itu dari Paman Junho.
Riwayat hidup ayahku. Di loop sebelumnya, ini draf pertama yang ku dapatkan. Draf yang akan diterbitkan pertengahan September, dan aku akan menghadiri banyak perayaan untuk publikasi tanpa membacanya sebelumnya. Untuk yang pertama kali, aku diminta untuk membaca di loop ini. Mungkin itu efek kupu-kupu karena pergi ke pesta Jungkook daripada datang ke rapat.
Aku menggeser draf tersebut ke samping. Aku sedang tidak mood untuk membacanya. Ini mungkin membuat Ayah marah, tetapi begitu putaran itu bergerak lagi, semuanya tidak ada artinya. Sejak aku menyadari betapa tidak berartinya semua itu, aku menjadi tidak takut pada Ayah. Dan hubungan ku dengan dia juga tidak lagi penting. Aku harus fokus hanya pada masalah ku.
Aku membalik halaman riwayat hidup itu secara tidak sengaja. Angin dari jendela meniup kertas-kertas itu, dan saat aku memungutnya dari lantai, mataku tertuju pada sesuatu yang menarik. Itu adalah bagian di mana ayah ku berada di dekat desa kontainer di sebelah Stasiun Songju dan memikirkan masa depan bersama ku dan memegang tangan ku. Sedihnya dia bertanya-tanya apakah akan ada hari ketika putranya akan bermain sepak bola dengan seorang bocah lelaki dari desa kontainer.
"Menarik" bukanlah kata yang tepat untuk itu. Tidak ada dalam riwayat itu yang menarik. Tapi aku bertanya-tanya apakah itu benar-benar terjadi. Apakah ayahku orang yang seperti itu?
Aku terus membaca, tetapi ada perubahan mendadak dalam cerita. Bagian itu tentang aku di sekolah menengah, dan dia membandingkannya dengan hari-harinya di sekolah, tetapi ada sekitar sepuluh halaman yang hilang.
Fakta bahwa halaman-halaman itu hilang tidaklah penting. Sepuluh halaman dari sebuah riwayat hidup tidak mengurangi cerita, dan aku tidak tertarik pada tahun-tahun sekolah menengah ayah ku. Aku tidak tertarik pada sepuluh halaman yang hilang atau tentang apa itu.
Aku membalik ke daftar isi, dan di sana aku melihat: Peta Jiwa. Aku terkesiap. Aku tidak pernah membayangkan bahwa aku akan melihatnya dalam riwayat hidup ayah ku. Rasanya seperti ditinju saat benar-benar tidak berdaya. Namjoon memberitahuku bahwa aku harus bertanya pada ayahku terlintas di benakku. Aku langsung tahu di mana sepuluh halaman yang hilang itu. Mereka berada di ruang kerja. Ruang dalam di dalam ruang baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
HYYH The Notes 2 [Terjemahan Indonesia]
FanfictionTerjemahan bahasa indonesia dari buku HYYH The Notes 2 (花樣年華 The Notes 2)