CHAPTER 54

4.2K 180 106
                                    

Hallo!
Apa kabar?
Semoga baik ya!

Jangan lupa vote dan komennya.

Happy Reading.....

---

"Kemarin kamu begadang?" Tanya Bian saat melihat kantung mata Evelyn yang sedikit menghitam.

Evelyn mengangguk. "Iya, semalem aku nggak bisa tidur."

"Kenapa nggak telfon aku aja, hm?" Tanya Bian seraya mengusap kepala Evelyn dan menyandarkannya di bahu kanan.

"Takut kalau ganggu waktu tidur kamu." Cicit Evelyn dengan pelan. Kini gadis itu sudah menutup matanya dengan damai. Sungguh, usapan lembut Bian adalah candu baginya.

"Nggak bakal ganggu kalau itu kamu. Lain kali kalau nggak bisa tidur, telfon aku aja ya?" Tanya Bian lagi dan dijawab anggukan kepala oleh Evelyn.

Saat ini keduanya tengah duduk di teras belakang rumah Evelyn. Sepulang sekolah, Bian datang ke sana atas usulan Evelyn. Dan Bian pun menyetujuinya.

"Oh iya, kamu nggak mau nyalin pelajaran hari ini? Tadi disuruh nulis rangkuman beberapa lembar. Lumayan banyak juga sih."

Evelyn menggeleng. "Enggak ah, besok aja. Sekarang mau tidur." Ucap gadis itu tanpa mau membuka mata.

Tring.....tring......

Bian mendengar suara deringan ponsel. Dan Bian yakin, itu bukan berasal dari ponselnya. Apakah itu dari ponsel Evelyn?

Bian sedikit merapatkan tubuhnya pada Evelyn untuk mengambil ponsel milik Evelyn. Setelah berhasil, cowok itu mengecek, siapa yang menelfon?

"Om Erik?" Gumam Bian membaca nama yang terpampang di layar ponsel Evelyn.

"Ini bukannya bokapnya Langit? Iya nggak sih?"

Ketika Bian ingin mengangkat panggilan telefon itu, namun mendadak sambungan itu terputus. Tak lama kemudian, muncul beberapa pesan dari nomor yang sama.

Om Erik

Om cuma mau memberi kabar kalau Langit sudah sadar.
Kamu bisa berkunjung kesini kalau mau.
Sekali lagi makasih atas bantuannya.

"Langit udah sadar? Memangnya Langit kenapa?" Gumam Bian lagi dengan fikiran yang bercabang.

Bian mematikan layar ponsel Evelyn kemudian melirik Evelyn yang tertidur di bahunya. Karena merasa sedikit mengantuk, akhirnya Bian ikut memejamkan matanya. Dan pada akhirnya, mereka berdua sama-sama tertidur dalam posisi duduk.

***

"Permisi, Tante." Ucap Evelyn yang perlahan membuka pintu ruangan dimana Langit berbaring.

Gadis dengan blouse hitam itu masuk, diikuti oleh Bian di belakangnya.

Di dalam sana, terdapat Langit yang duduk bersandar, disampingnya terdapat Sela yang sibuk meneliti luka di wajah Langit.

Sela menoleh dan tersenyum tipis. "Eh, Elyn. Sini masuk, Nak." Ujar wanita paruh baya itu dengan ramah.

Evelyn berjalan mendekat dan menyalimi tangan Sela, begitupun dengan Bian.

"Kamu pacarnya Elyn, ya?" Tanya Sela saat Bian ada di depannya.

Bian tersenyum tipis. "Iya, Tante." Ucap Bian dengan sopan.

"Mumpung kalian disini, tolong temenin Langit ya? Tante mau ke kantin rumah sakit dulu. Gapapa kan Tante tinggal sebentar?" Ucap Sela seraya berdiri.

"Enggak papa kok, Tan."

Sela mengangguk lalu pergi keluar ruangan.

Sepeninggal Sela, ruangan itu hanya terisi keheningan. Baik Langit, Evelyn, maupun Bian sama-sama memilih untuk diam.

EVELYN  ANTAGONIST GIRL (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang