CHAPTER 64

5.6K 170 13
                                    

Hai guys aku up lagi.

Absen dulu yuk, kamu dari kota mana? Kali aja satu kota sama aku kan.

By the way, tokoh favorite kalian di cerita ini siapa? Kasih tau aku dong :)

Kalau ada typo tolong diingatin ya.

Happy reading........

****

Alara mengemasi semua barang-barangnya. Mulai dari baju serta perabotan yang bisa dibawanya. Gadis itu sesekali akan menghapus kasar air matanya karena mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

"Gue nggak mau tanggung jawab." Ucap Arion dengan wajah tanpa bebannya.

Alara melebarkan matanya. "Nggak, nggak bisa gitu dong Arion. Kamu yang udah buat aku hamil!." Ucap Alara dengan nada tinggi.

Arion berdecak. "Nggak. Lo pikir gue percaya itu anak gue? Itu pasti anak lo sama cowok lain. Lo kan murahan!" Ucap Arion menusuk hati Alara.

Alara menahan air matanya yang hampir jatuh. "Gila kamu! Aku nggak kayak gitu. Ini beneran anak kamu. Tolong percaya sama aku." Ucap Alara dengan suara parau.

"Pokoknya gue nggak mau! Sekarang semuanya terserah sama lo! Kalau lo mau gugurin ya terserah. Kalaupun lo tetap mau ngurusin dia ya urusin aja sendiri." Ucap Arion lalu hendak berbalik pergi.

Alara meraih kasar tangan Arion, menahan cowok itu agar tidak pergi. Alara bahkan sampai berlutut di depan Arion. "Aku mohon, kamu jangan tinggalin aku dalam keadaan seperti ini. Kamu nggak bisa pergi gitu aja...." Ucap Alara dengan air mata yang senantiasa turun.

Arion sepertinya tidak mau tau. Cowok itu berkata dengan dingin. "Lepas!"

"Enggak, kamu nggak boleh pergi..."

Arion menghela nafas lalu mengambil dompetnya di saku belakang celana. Cowok itu mengambil semua uang cash yang ada di dompetnya, lalu menyerahkannya pada Alara.

Alara menggeleng. "Aku nggak butuh uang kamu, aku butuh peran kamu untuk anak kita."

Arion naik pitam, tanpa berfikir panjang cowok itu mendorong Alara dengan keras lalu melemparkan uangnya pada Alara.

"Jangan pernah temuin gue lagi. Kalau lo tetap ngelawan, gue akan bunuh anak lo!" Ucap Arion sebelum pergi dari hadapan Alara.

Alara semakin menangis saat kembali teringat kata-kata Arion yang menyakitkan. Cowok itu sudah tidak mau bertanggung jawab. Dan Alara hanya bisa diam tanpa bisa berbuat apapun lagi demi keselamatan anaknya.

Terkadang Alara berfikir, apakah ini semua adalah karma untuknya? Ibunya gila dan harus dirawat di rumah sakit jiwa, dirinya yang hamil, dan ayah dari anaknya yang tidak mau bertanggung jawab. Sudah lengkap semua penderitaannya.

Alara menderita. Bahkan setiap malam gadis itu tidak bisa hanya untuk memejamkan mata. Gadis itu hanya terus menangis dan menangis hingga membuat matanya membengkak.

Alara ingin menyerah, namun bagaimana caranya? Apakah dirinya harus mengakhiri hidupnya sendiri? Tidak, Alara tidak mau menambah dosanya lagi.

Yang bisa dilakukan Alara hanya terus bertahan hidup demi dirinya sendiri dan juga anaknya.

Alara mengambil nafas panjang. Setelah semalaman memikirkan jalan keluar, akhirnya Alara telah menentukan pilihannya. Gadis itu akan pergi dari rumah ini.

Kenapa? Karena Alara sudah merasa malu pada Papanya dan juga Evelyn. Sekarang posisi gadis itu tidak lebih sebagai penumpang di rumah megah nan luas ini.

EVELYN  ANTAGONIST GIRL (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang