IS 4

13.9K 595 27
                                    

"saya adalah calon suami kamu," ucap lelaki tersebut.

Deg

Apa Unna gak salah dengar, langsung saja ia menoleh sepenuhnya pada lelaki yang baru saja berucap.

"Bisa katakan sekali lagi?," Balas Unna dengan nada suara yang amat datar.

Bibir sang lelaki tersebut terasa kelu untuk berucap kedua kalinya,"lupakan saja, sekarang lebih baik kamu segera ke ruang ICU, ayah kamu sudah sadar dan beliau mencarimu."

"A-ayah sudah sadar?,"

"Sudah, sebaiknya kamu segera menemuinya,"

"Baiklah terimakasih telah memberi tahu saya, saya permisi, assalamualaikum," ucap Unna dan segera melangkahkan kakinya untuk menemui sang ayah.

Tak butuh waktu lama Unna sudah sampai di depan ruangan ICU, segera ia langkahkan kakinya memasuki ruangan tersebut.

Dengan raut wajah yang memucat karena kehujanan dan juga suara parau Unna mulai berucap, "ayah."

Mendengar itu Umar segera menolehkan kepala menuju sumber suara, ia melihat sang anak yang sudah basah kuyup, ia tak tau kenapa bisa terjadi seperti itu.

"Sayang," balas Umar dengan volume suara yang rendah.

Melihat wajah pucat pasi sang ayah Unna tak kuasa menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya, berjalan perlahan menuju ranjang ia segera merengkuh tubuh sang ayah dan menangis sejadi-jadinya dipelukannya.

Walaupun tubuh rasanya sudah remuk dan tak memiliki banyak tenaga Umar mencoba untuk membalas pelukan sang putri tercinta dan mengecup singkat pada puncak kepalanya.

"Hey, ayah gpp, udah ya jangan nangis lagi sayang," bohong!, Demi sang anak ia berbohong, agar tak lagi menangis Umar berkata demikian, padahal apa yang ia rasakan berbanding terbalik dengan apa yang ia ucapkan.

"Ayah mana yang sakit, biar Unna panggil dokter ya?," Ucap Unna saat rintihan kesakitan mulai terdengar oleh telinganya.

"G-gak sayang, ayah gpp, kamu tidak perlu khawatir," balas Umar mencoba memberikan senyuman manisnya pada Unna.

Tapi sayangnya Unna tak percaya akan hal itu, ia tau pasti sang ayah sedang menahan segala rasa sakitnya," ayah jangan bohong Unna tau, mana yang sakit ayah biar Unna panggil dokter dulu."

Saat Unna ingin beranjak untuk memanggil dokter Umar segera menahan lengan tangannya.

"Sayang gak perlu,"

"Tapi ayah..."

Belum selesai Unna berbicara pak Umar segera menyanggahnya, " Unna dengerin ayah, ayah gpp, tapi ayah mohon kamu terima pinangan lelaki itu ya, ayah takut umur ayah gak lama lagi, ayah hanya ingin Unna ada yang jagain, jika memang umur ayah hanya sampai di sini."

"Ayah ngomong apaan sih, gak ayah, ayah gak boleh pergi!," Air mata kembali mengalir deras di pipinya.

"A-ayah mohon sayang, ayah u-udah gak kuat," ucap Umar dengan bicara yang terbata-bata.

"Coba k-kamu liat ke belakang, dia adalah calon suami kamu,"

Mengikuti perintah sang ayah Unna mulai menolehkan kepalanya perlahan melihat apa yang ayahnya katakan.

Deg

"Dia," batin Unna.

Melihat sang ayah yang mulai kesulitan untuk bernafas ia menjadi bimbang, bagaimana ini?!

Dengan tekat yang bulat perlahan Unna menganggukkan kepalanya seraya berkata, "baiklah kalau ini bisa membuat ayah bahagia Unna mau."

"T-terimakasih sayang," ucap Umar sesaat sebelum kesadarannya direnggut.

"AYAH!!!,"

Segera dokter memasuki ruangan pak Umar untuk mengecek keadaan beliau.

"Maaf mbak dan mas bisa menunggu di luar, dokter akan memeriksa keadaan pak Umar terlebih dahulu," bujuk seorang perawat yang mulai mengiring Unna untuk keluar dari ruangan tersebut.

•••

"Ananda Darel Tristan Aldan, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan ananda Athiyyah Unna Syarifah binti Umar Rahardjo dengan seperangkat alat sholat dan uang sebesar satu juta rupiah dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Athiyyah Unna Syarifah binti Umar Rahardjo dengan maskawin tersebut dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi, sah?"

"SAH"

"Alhamdulillah hirobbil alamin,"

Tepat pukul 16.00 kata sah terucap menandakan bahwa Unna sudah menjadi seorang istri dari Darel, ya suami Unna sekarang adalah Darel bukan Hafiz. Air mata tak tertahankan lagi, dalam hati Unna merasa ada yang aneh dengan hatinya, ada getaran hebat saat Darel mulai mengucapkan kata ijab kabul, entahlah.

Lamunan Unna terbuyarkan saat suara serak sang ayah mulai terdengar oleh indra pendengarannya," Unna."

Unna menoleh melihat sang ayah yang sedang tersenyum manis walaupun wajahnya pucat, ada rasa bahagia bisa melihat senyuman tersebut.

Tadi saat Umar tak sadarkan diri, pikiran Unna sudah berkelana kemana-mana, ia takut apa yang ayahnya katakan tadi akan terjadi saat itu juga. Tapi, Allah berkata lain Alhamdulillah pak Umar dapat melewati masa kritis, setelah sadar Darel diminta oleh Umar untuk segera menikahi Unna, Darel menyetujui akan hal itu maka berakhirlah kesepakatan bahwa ia akan melaksanakan ijab-kabul setelah sholat ashar.

"Sayang sekarang tugas ayah sudah selesai, kamu sudah sah menjadi istri Darel, ayah harap kamu bisa menjadi istri yang baik untuknya," lanjut Umar .

Tak sanggup untuk berkata apapun Unna hanya membalas dengan anggukan dan senyuman tipis.

"La-illa-ha-illallah," ucap Umar terbata-bata dan perlahan menutup matanya.

•••

16 Juli 2022

Alhamdulillah, akhirnya up lagi, gimana part ini?

Jangan lupa vote, komen...

Tulis kesan pesan kalian disini⏩⏩

Ikatan Suci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang