IS 16

8.3K 301 4
                                    

Langit senja menemani kebersamaan Darel dan Unna di belakang rumah. Menunggu magrib tiba, mereka menghabiskan waktunya dengan bersantai menikmati senja yang indah.

"sayang nanti malem mingguan yok," ajak Darel.

"Enggak ah, males aku,"

"Yah,"

"Tapi, aku pingin martabak manis deh mas, toping coklat, duh enak banget kayaknya,"

"Ya udah nanti beli, mau apa lagi"

"Eum, itu aja deh sayangkan uangnya, hehe," Unna menampilkan cengirannya.

"Kamu kan tinggal makan, aku yang beliin,"

"Enggak deh itu aja,"
"Oh ya mas, aku mau tanya deh kamu udah kerja?, Soalnya gak mungkinkan kalau cuma dikasih uang saku sama orang tua kamu,"

"Iya aku udah kerja,"

"Tapi kok aku gak pernah liat kamu kerja ya, emang kerja apa,"

"Aku punya bisnis kecil-kecilan, aku emang jarang terjun langsung, tapi tetep aku pantai dari jauh,"

"Oh gitu, bisnis apa?"

"Cafe,"

"Namanya?"

"Alcafe,"

Unna menutup mulutnya tak percaya, bagaimana tidak Alcafe adalah cafe ternama yang bahkan sudah memiliki beberapa cabang.

"Jadi, Alcafe itu milik kamu mas,"

"Kenapa emang,"

"Gpp, tapi itu cabangnya aja udah banyak banget lo mas,"

"Gak banyak baru juga 20,"

"Astaghfirullah 20 itu banyak loh,  kamu kok punya ide bikin cafe gitu darimana mas?"

"Itu dulu, aku emang cita-citanya punya bisnis, trus aku nabung deh, pas uangnya udah kekumpul aku mulai deh bikin cafe dengan modal nekat aja, alhamdulilah bisa sampai kayak sekarang ,"

"MasyaAllah, pinter juga ya suami aku,"

"Duh baru nyadar kamu kalo aku pinter?, Aku gitu lo,"

"Baru juga gitu sombongnya dah mulai tu,"

"Dah adzan tu, ayo sholat magrib dulu, katanya tadi mau beli martabak,"

"Yuk,"

•••

Unna dan Darel bersiap-siap pergi membeli martabak yang Unna inginkan, sekalian Darel ingin mengajak Unna mengecek usahanya yang di dekat sini.

"Sayang udah siap belum,"

"Udah ayo berangkat sekarang,"

Darel melajukan motornya membelah jalanan, hingga mereka berhenti di pinggir jalan tempat penjual martabak berada.

Darel turun dari motornya memesan martabak," pak martabak manisnya satu ya, rasa coklat."

"Baik mas, tunggu sebentar ya," jawab sang penjual.

Sambil menunggu pesanannya jadi, Darel menghampiri Unna, berbincang sejenak, "nanti kita mampir dulu ya ke cafe sebentar, lama gak kesana."

"Boleh, sekalian mau lihat-lihat cafe kamu,"
"Mas kalo aku ajak Zia ke cafe kamu gimana, mumpung malem Minggu,"

"Boleh aja sih, tapi tadi katanya aku ajakin kencan gak mau, sekarang malah ngajakin temen,"

"Ya itukan tadi, sekarang mau ketemu Zia, boleh ya," mohon Unna.

"Iya-iya boleh, apa sih yang gak boleh buat kamu,"

Blush

Pipi Unna memerah hanya karna ucapan Darel yang receh. Memang ya sebenarnya cewek akan senang hanya karna gomalan receh orang lain, wkwk.

"Mas ini martabaknya sudah jadi," ujar penjual martabak yang  membuyarkan kemesraan mereka berdua.

"Oh iya, berapa pak?" Tanya Darel.

"20 ribu mas,"

Darel mengeluarkan selembar uang berwarna biru dari dompetnya, " ini pak, kembaliannya untuk bapak saja."

"Loh ini banyak banget mas kembaliannya, biar saya ambilkan dulu,"

"Gak usah pak, saya ikhlas mungkin ini memang rezeki bapaknya,"

"Wah, terimakasih banyak mas kalau begitu,"

"Sama-sama, kalo gitu saya permisi dulu, mari,"

Darel dan Unna kembali melanjutkan perjalanannya menuju cafe. Melajukan motornya dengan kecepatan sedang, Darel sengaja agar ia bisa menikmati lebih lama perjalanan mereka.

•••

"MasyaAllah, bagus banget cafenya mas, suasananya enak buat santai," kagum Unna.

"Aku memang sengaja buat desainnya kayak gini, biar pengunjung nyaman, santai, melepas penat di sini,"

"Yaudah, ayo masuk," ajak Darel.

Darel menggandeng tangan Unna  masuk ke dalam cafe. Ia langsung membawa Unna menuju tempat yang khusus ia buat untuknya dan keluarga apabila datang ke sini.

"Kamu tadi, jadi suruh Zia ke sini?"

"Iya, palingan sebentar lagi dia dateng,"

"Oh, kalau gitu aku ngecek laporan dulu ya, kamu di sini aja, pesen apa aja yang kamu mau,"

Unna menganggukkan kepala sebagai jawabannya.

Tok tok

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumussalam, eh Zia masuk zi,"

"Wah bagus banget ruangannya, nyaman lagi," ujar Zia melihat sekelilingnya.

"Na kok lo di sini sih, Lo pesen tempat VVIP ya?, Bagus banget ini, eh sayang tapi duitnya,"

"Enggak kok,"

"Lah kalo enggak kok lo bisa masuk sini, orang-orang pada di luar loh,"

"Ini ruangan khusus, buat pemilik dan keluarganya katanya mas Darel,"

"Hah, mangsud lo gimana, emang siapa pemilik cafe ini,"

"Mas Darel,"

"HAH, buset kaya bener suami lo na, punya cafe sebagus ini, mana cabangnya di mana-mana lagi,"

"Ya-ya iya, aku aja juga baru tau,"

"Lo juga baru tau?, Perasaan lo nikah juga udah beberapa bulan,"

"Nyatanya ya gitu zi,"

"Btw kalo gue makan di sini gratis ga na?"

"Pesen aja, nanti aku bilang mas Darel biar gratis,"

Zia senangnya gak kepalang, kapan lagi bisa makan sepuasnya di cafe sebagus ini, " beneran gak ni na."

"Beneran kok, pesen aja,"

"Duh makasih, sayang deh ama lo,"

Zia berhambur kepelukan Unna, mengungkapkan rasa terimakasihnya.

•••

28 Desember 2022

Maaf ya up telat...

Semoga suka, janlup vote komennya⭐⭐

Ikatan Suci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang