Saat ini Unna sedang berada di depan televisi, menonton kartun si kembar yang dari dulu tak pernah beranjak dewasa, Yap betul Upin dan Ipin, ia juga bingung kenapa dari dulu si kembar tak pernah beranjak biasa, anehnya dia tetap suka menonton kartun tersebut.
Tiba-tiba ia kepikiran akan ucapan sang ayah pada saat sarapan tadi.
Flashback on
"Gimana sayang, kamu udah dapat jawaban belum?."
"Jawaban?, Jawaban atas apa yah?," Balas Unna dengan raut wajah yang tampak kebingungan.
"Em, ituloh yang kemarin sempet ayah bilang ke kamu, kalau ada yang meminta kamu sama ayah, apa kamu terima?."
Seketika raut wajah Unna berubah menjadi datar dan ia mulai berkata, "maaf ayah Unna mau fokus belajar dulu, urusan nikah belakang aja."
Hening beberapa saat hingga Umar kembali bersuara, "sebaiknya kamu pikirkan lagi ya sayang, karena ayah rasa dia bisa menjaga kamu, ayah takut kamu kenapa-napa."
"Mangsud ayah apa sih?, Kan ada ayah yang selalu ada buat Unna," sanggah Unna.
Air mata sudah mengenang di pelupuk mata Unna dan siap tumpah dalam sekali kedipan saja.
Melihat itu Umar dengan segera merengkuh tubuh sang putri untuk memberikan ketenangan, "maafin ayah ya sayang terlalu memaksa kamu, kalau memang kamu tidak menerima pinangan dia gpp, ayah hanya ingin ada yang selalu menjaga kamu, ayah takut gak bisa berada disamping kamu terus."
Tangis Unna semakin pecah mendengar penuturan sang ayah, "kenapa ayah ngomong gitu, ayah gak boleh pergi kemana-mana, Unna hanya mau sama ayah, karena sekarang hanya ayah yang Unna punya!"
"Ayah gak akan kemana-mana sayang, udah ya nangisnya, sekarang ayah mau berangkat kerja dulu," bujuk Umar pada sang anak, karna memang waktunya ia berangkat untuk mengais rezeki.
Cup
Kecupan hangat Umar berikan kepada sang anak sebelum ia berjalan meninggalkan sang anak sendiri di rumah, entah kenapa perasaannya tidak enak, tidak tega meninggalkan anak semata wayangnya sendirian, padahal hari-hari sebelumnya ia biasa saja saat berangkat bekerja, entahlah semoga tidak terjadi apapa.
Flashback off
"Huh udahlah daripada aku mikirin ucapan ayah terus mending aku fokus nonton kembar yang gak gede-gede ini dari dulu juga," beo Unna dengan kembali fokus untuk menonton televisi.
Fokus Unna terbuyarkan saat dering telepon miliknya berbunyi.
Unna mengernyitkan melihat siapa yang menelepon nya, "nomor gak dikenal," batin Unna.
"Hallo," ucap seseorang di seberang sana.
"Iya, hallo, maaf siapa ya?," Balas Unna dengan nada bicara yang datar.
"Apakah benar ini dengan anak dari bapak Umar?,"
"Iya, saya sendiri ada apanya?," Balas Unna.
Saat ini jantung Unna berdetak lebih cepat dari biasanya, ia berharap semoga tidak terjadi apapa dengan ayahnya.
"Saya dari pihak kepolisian ingin mengabarkan bahwa bapak Umar mengalami kecelakaan lalu lintas dan sekarang beliau berada di Mayo Hospital."
Deg
Hancur sudah pertahanan Unna air mata sudah mengalir deras melewati pipinya, "b-baik saya akan segera ke sana."
Unna segera mematikan telepon nya sepihak. Pikirannya sekarang benar-benar kalut, kenyataan terburuk yang akan terjadi pun cukup segera Unna sangkal, "gak gak mungkin ayah pasti baik-baik saja, sekarang aku harus cepat ke rumah sakit untuk memastikan kondisi ayah."
Tanpa pikir panjang Unna segera bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit tak lupa ia juga memesan ojek online.
Saat ojol yang ia pesan datang Unna bergegas untuk segera pergi ke rumah sakit.
•••
Sesampainya di rumah sakit, Unna berlari masuk tak lupa ia membayar terlebih dahulu ojek yang sudah mengantarkan nya tadi.
"Maaf mbak saya mau tanya, ruangan bapak Umar korban kecelakaan sekitar pukul sembilan tadi di mana ya?," Tanya Unna pada mbak-mbak resepsionis yang ada di rumah sakit tersebut.
"Sebentar ya mbak saya cek dulu," balas sang resepsionis.
"Korban kecelakaan atas nama bapak Umar masih berada di ruangan UGD mbak", lanjut nya.
"UGD sebelah mana ya mbak?," Tanya Unna kembali pasalnya ia tak tahu di mana letak UGD rumah sakit ini.
"Dari sini mbak bisa lurus nanti belok ke kanan mbak."
"Baiklah, terimakasih ya mbak."
Sesampainya di UGD Unna mendapati dokter yang baru keluar dari ruangan tersebut, segera saja ia bertanya pada sang dokter, "maaf dok bagaimana keadaan ayah saya?"
"Apakah mbak ini keluarga dari bapak Umar?," Tanya dokter bername tag Wijaya tersebut.
"I-iya dok saya anaknya, bagaimana keadaan ayah saya?,"
"Saat ini kondisi bapak Umar sedang kritik kita akan segera memindahkan bapak Umar ke ruangan ICU, karena beliau membutuhkan pengawasan yang intensif," cecar sang dokter.
Air mata Unna kembali mengalir deras di pipinya, ia takut, takut apabila ayah tersayang akan meninggalkan, ia sudah tak punya siapa-siapa lagi.
•••
Menatap kosong ke depan, saat ini Unna berada di taman rumah sakit, pikirannya kosong, walaupun bibirnya terkatup rapat tapi tidak dengan hatinya, ia terus saja merapalkan doa agar sang ayah dapat melewati masa kritisnya dan dapat kembali berapa di sampingnya.
Alam sepertinya mengerti apa yang dia rasakan, hujan turun dengan deras seperti air mata Unna yang dari tadi mengalir tanpa henti, tapi Unna tak mengindahkan hal itu, tak beranjak dari tempat duduknya.
Hingga beberapa saat kemudian ia meresakan bahwa air hujan tak mengenai dirinya, tetapi ia tak menghiraukan itu.
Hingga suara berat khas seorang lelaki mengalun indah di telinganya, "kenapa kamu hujan-hujanan?"
Mendengar itu Unna segera mendongak melihat siapa berkata demikian.
"Maaf anda siapa?," Tanya Unna dengan wajah dan ekspresi yang datar.
"Saya adalah calon suami kamu."
Deg
•••
7 Juli 2022
Alhamdulillah akhirnya up juga
Gimana menurut kalian part ini?
Coba tebak siapa yang jadi calon suami Unna?
Pesan dan kritik tulis di sini ya ⏩⏩
Jangan lupa vote, komen, hare juga ke temen-temen ⭐🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikatan Suci [END]
Teen Fiction"Sayang, bagaimana kalau ada seseorang yang datang ke ayah, meminta kamu untuk menjadi istrinya?" ••• "Apakah kamu mau menjadi istri saya?" ••• Menikah saat SMA ?!, Tak pernah sama sekali terpikirkan oleh Unna, bagaimana bisa itu terjadi?. Lalu sepe...