IS 19

7.1K 261 0
                                    

"Siapa yang teror markas?" Tanya Darel tanpa basa-basi.

"Kita gak tau bos, tapi tadi ada yang ngelempar ini ke sini," jawab Andi, salah satu anggota bruiser yang sedang berada di sana.

Darel menerima selembar kertas putih yang diberikan padanya.

Rahang Darel mengeras membaca setiap kata yang tertulis di sana.

"AWAS DAREL TUNGGU PEMBALASAN GUE"

"Sial, siapapun Lo, gue gak akan biarin lo berbuat macem-macem," batin Darel.

"Semuanya, perketat keamanan markas dan selalu hati-hati, seperti ada yang ingin bermain-main dengan kita," perintah Darel.

"Baik bos," serempak jawaban dari anak buah Darel.

"Pastikan semua cctv hidup, markas jangan sampai kosong, tapi kalian tetap tenang, jangan biarin dia senang karna membuat kita jadi emosi, kita bermain bersih," tambah Darel.

Semuanya kembali berjaga-jaga dengan tetap tenang sesuai perintah Darel.

•••

"Saatnya kita mulai permainan ini boy, haha, awas lo Darel gak bakal gue biarin lo hidup bahagia, setelah Lo buat hidup gue hancur," senyum smirk terbit dari seseorang yang tengah duduk manis ditemani secangkir kopi di suatu ruangan khusus.

"Bos," panggil sang anak buahnya.

"Hm, ada apa,"

"Sepertinya mereka, sudah memperketat keamanan di markasnya, bagaimana rencana kita selanjutnya,"

"Tetep lakuin rencana awal kita, persiapkan semuanya kita akan serang mereka secepatnya,"

"Baik bos."

•••

Unna saat ini tengah mondar-mandir di ruang tamu, pikirannya tak karuan, sekarang sudah pukul 20.00 Darel belum juga menampakkan batang hidungnya. Bahkan sejak tadi di sekolah ia tak melihat Darel maupun teman-temannya.

Citt

Pintu rumah terbuka, menampakkan Darel dengan pakaian dan penampilan yang sudah amburadul.

"Assalamualaikum sayang," salam Darel.

"Wa'alaikumussalam, darimana aja sih mas jam segini baru pulang," tanya Unna.

"Kan tadi aku udah kasih tau, kalo aku ada urusan bentar sayang,"

"Bentar apanya, ini udah jam delapan, dari pagi juga aku gak liat kamu di sekolah, jangan-jangan kamu bolos ya?"

"E-engak kok, siapa yang bilang kalo aku bolos,"

"Aku yang bilang, trus kemana aja kalo gak bolos, itu juga baju kok bisa Sampek amburadul gitu, kenapa?"

"Anu ini...,"

"Anu-anu, sekarang mandi gih,"

"Iya-iya,"

Kali ini Darel seperti anak kecil yang di marahin ibunya. Ibu mana yang gak marah, liat anaknya pulang dengan penampilan seperti tak punya aturan.

Dengan muka melasnya Darel segera melangkahkan kakinya untuk mandi, takut jika nanti Unna marah lagi padanya.

"Sayang kamu marah ya sama aku," tanya Darel.

Kini ia dengan Unna sudah berada di kamar, setelah ia menyelesaikan ritual mandinya.

"Enggak siapa yang marah," sarkas Unna.

"Ih tapi kok jawabnya gitu sih,"

"Lha emang jawabnya harus gimana?"

"Yang manis dikit napa,"

"Aku gak marah kok sayang," balas Unna dengan menekankan kata terakhirnya.

"Nah gitu kan cantik,"

Cup

Sebuah kecupan singkat Darel berikan di pipi kanan Unna. Seketika saja jantung Unna berdegup lebih kencang dari biasanya.

"Astaghfirullah ini jantung kenapa, kan cuma di cium juga," batin Unna.

"Cie, saltingkan aku cium, mau lagi gak?" Darel sudah bersiap-siap untuk kembali mencium Unna.

Belum juga mendaratkan ciumnya, sebuah bantal sudah lebih dulu mengenai bibirnya.

"Astaghfirullah, sayang kok kamu malah nimpuk aku pake bantal sih,"

"Ya kamu sih, enak aja main cium-cium aku,"

"Emangnya kenapa kalo aku cium kamu, kamu kan istri aku, bahkan aku juga boleh minta lebih dari ini,"

Unna melotot mengetahui apa yang dimaksud Darel, "Ih dasar suami mesum!"

"Haha, gak-gak aku bohong, sekarang aku laper, ada makanan gak,"

"Ada, ayok ke dapur, aku juga belum makan,"

Keduanya beranjak dari kamar menuju dapur. Sebenarnya Unna sudah lapar dari tadi, tapi ia lebih memilih menunggu Darel untuk makan bersama-sama.

"Kenapa tadi gak makan duluan," tanya Darel.

"Nungguin kamu," bala Unna.

"Sweet banget sih istri aku," ucap Darel merangkul Unna.

"Apaan sih, biasa aja kali mas,"

"Iya-iya yaudah yuk makan,"

Unna mengerakan tangannya mengambil makanan untuknya dan Darel, ucapan Darel menghentikan kegiatannya.

"Sepiring aja kita makan berdua, biar keliatan romantis gitu,"

Unna berpikir sejenak sebelum memberikan balasan pada Darel.

"Eum, yaudah deh, boleh,"

Mendudukkan dirinya di kursi Unna dan Darel berdoa terlebih dahulu sebelum menyantap makanannya.

"Aaaa, buka mulutnya yang," kata Darel.

"Mas makan aja, aku bisa sendiri," tolak Unna.

"Gak, ayok bukak mulutnya,"

"Iya-iya,"

"Nah gitu pinter,"

Seulas senyum terbit di bibir Darel, bahagia rasanya jika ia berada di dekat Unna. Ia berharap semoga tidak akan terjadi apa-apa dengan keluarga kecilnya.

•••

23 Januari 2023

Hai hai semua, ketemu aku lagi wkwk

Gimana ceritanya?

Makasih yang udah nungguin

Janlup vote komennya ya🤗

Ikatan Suci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang