IS 29

6.3K 218 0
                                    

Polisi berhasil menangkap Sean, Alex, dan anak buahnya. Kini hanya tinggal keheningan diantara Unna, Darel, dan kawan-kawannya.

"U-unna..." Panggil darel dengan sedikit tenaganya.

"Astaghfirullah, mas darel," ucap unna setelah terbuyar dari lamunannya.

Unna menghampiri darel, mengelus kepala sang suami dengan lembut, "mas..."

"Semuanya tolong bantu bawa mas darel ke rumah sakit," pinta Unna.

"Bawa darel keluar, udah ada ambulance yang siap di depan," saut Tian.

Zia hanya mengikuti dari belakang, ia bingung sebenarnya apa yang terjadi, siapa Sean, kenapa Unna menyebutnya dengan sebutan 'kak', padahal sudah lama mereka berteman tapi kenapa ia tak tau akan hal itu atau lupa?, Ya kali ia sudah pikun.

Lain halnya dengan Sean, pandangannya kini kosong banyak sekali opini-opini di pikirannya, membuat dirinya menjadi lemas tak berdaya.

•••

"Gimana keadaan mas darel, mana yang sakit?" Tanya Unna melihat darel membuka mata.

Tatapan keduanya bertemu. Tatapan sendu dari Unna dan tatapan teduh dari Darel.

Teriris hati Unna melihat darel dengan keadaan seperti sekarang, bibir pucat mata sayu, dan beberapa luka lebam di wajahnya.

"Sayang..." Panggil Darel.

"Iya mas, mau apa atau mau kemana?" Jawab Unna dengan sigap.

Senyum manis Darel berikan, "makasih."

"Untuk?"

"Untuk semua, dan maaf karna aku kamu jadi ikut-ikutan dalam masalah aku,"

Tangan Unna terulur untuk mengelus wajah tampan Darel," gakpapa mas, aku gak masalah kok, tapi, lain kali bilang kalau ada apa-apa, biar aku gak khawatir."

"InsyaAllah"

Ceklek

"Gimana keadaan kamu?" Ucap seseorang yang baru saja masuk ke ruang rawat Darel.

"Loh seperti...ah apa benar" Batin Unna.

Keduanya termenung hingga keheningan terjadi diantara ketiga orang tersebut. Unna melihat tatapan sang tamu tampak khawatir.

"Mau apa papa datang ke sini?" Tanya darel setelah lama diam.

"Astaghfirullah, ternyata bener papanya mas darel," batin Unna lagi.

"Cuma mastiin kalau kamu gak kenapa-kenapa," jawab papa.

"Aku gak kenapa-kenapa," ketus Darel.

"Silahkan duduk dulu om," ucap Unna setelah sadar bahwa mertuanya itu masih berdiri di depan pintu.

"Panggil papa aja, biar sama seperti Darel,"

"Iya p-pa,"

Mahendra Alexander, papa Darel sekaligus mertua dari Unna. Kini ia duduk tenang di sofa ruangan darel.

"Sebenarnya apa yang terjadi, sampai hal seperti ini terjadi rel?" Tanya Mahendra.

"Gak ada apa-apa," singkat Darel.

"Gak mungkin gak ada apa-apa sampai kamu babak belur kayak gini,"

"Buat apa juga papa apa masalah aku, gak perlu repot-repot aku bisa ngatasin semuanya sendiri,"

"Bukan begitu rel, papa khawatir sama kamu..."

"Khawatir? Ck...baru kali ini khawatirin aku?"

Hening, tak ada sepatah kata pun yang bisa Mahendra ucapkan untuk menanggapi ucapan darel barusan. Sedangkan Unna?ia diam saja dari tadi, bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi antara suami dan papa mertuanya saat ini, ia memilih diam, daripada salah berkata yang membuat semuanya lebih rumit nantinya.

Ceklek

Pintu kembali terbuka menampilkan wajah-wajah khawatir juga dari teman-teman Darel.

"Assalamualaikum," ucap Tian memecah keheningan di sana.

"Wa'alaikumussalam," jawab Unna dan Darel serempak.

"Eh, ada om mahen apa kabar om?," Sapa Satria sedikit canggung.

Mahendra tersenyum tipis," baik, kalian gimana baik juga kan?."

"Alhamdulillah om, kami baik-baik saja," balas satria.

Satria yang biasanya cerewet kini berubah menjadi pendiam, merasa gak nyaman di ruangan tersebut yang sepertinya ada hal yang perlu diselesaikan tanpa mereka, ia mengajak kedua temannya untuk keluar.

"Vin, yan, ke kantin yuk laper gue," ajak Satria.

"Yuk, om kami duluan ya mau ke kantin, semuanya assalamualaikum," pamit Vino.

•••

3 Juli 2023


Hai semua gimana part ini?

Maaf ya sering gak nyapa kalian, maaf juga kalo ceritaku makin kesini makin kesana..

Janlup vote komennya 🤗

Ikatan Suci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang