IS 37

10.3K 236 1
                                        

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.30, Unna dan keluarganya duduk bersantai di taman belakang. Papa Ryan, mama Ira, dan juga Sean, mereka belum pulang sejak tadi pagi, mereka juga tidak pergi kemana-mana. Sudah lama mereka tidak berkumpul lengkap seperti ini, di tambah kehadiran Darel yang semakin membuat keluarga ini menjadi ramai.

"Eh rel sekolah lo sama Unna gimana kalau tau kalian udah nikah?" Tanya Sean.

"Tetep lanjut," jawab Darel.

"Emang gakpapa ya sekolah kalau udah nikah?"

"Sebenernya sih gak boleh, kita juga udah ada pikiran gimana kalau kita dikeluarin, tapi ya ternyata boleh,"

"Lo kok bisa, bingung gue, aneh,"

"Ya bisa dong, kan papanya Darel donatur utama di sekolahan mereka, gak mungkin bapaknya ngebiarin anak gantengnya itu dikeluarin dari sekolah, iya kan rel?" celetuk papa Ryan.

Darel hanya membalas dengan senyuman. Toh nyatanya memang begitu, Darel tau sebenarnya sang ayah sangat peduli dengannya, tapi dia juga terlalu mementingkan kerjaannya itu.

"WHAT, kaya banget ya lo rel ternyata, gue juga kayaknya pernah denger tentang perusahaan bapaklu yang sahamnya dimana-mana, terkenal dibanyak kalangan bebisnis," terang Sean.

"Makanya kamu tu belajar yang bener, selesaiin kuliahnya, trus kerja lanjutin perusahaan papa biar bisa kaya perusahaan papanya Darel," sanggah mama Ira.

"Nah iya dengerin kata mama kak, perasaan kuliah dari dulu gak lulus-lulus, bolos terus sih," ledek Unna.

"Iya-iya ma, ini juga diusahain,"

Pembicaraan itu terus berlanjut hingga ketokan pintu terdengar.

Tok tok tok

"Siapa dah malem-malem begini bertamu?" Tanya Sean.

"Gak tau, biar papa aja yang buka," papa Ryan beranjak dari tempatnya, membukakan pintu untung sang tamu.

Tak ada yang aneh hingga akhirnya papa Ryan kembali dengan dua orang dibelakangnya. Mama dan Sean bertanya-tanya siapa mereka, wajahnya seperti tak asing tapi siapa, sedangkan Darel membuka saat itu juga, kehadiran mereka, yang sebenarnya sudah lama ia tunggu, tapi rasa aneh juga merasuki hati Darel, dimana saja mereka selama ini.

"Silahkan duduk pak Mahendra dan ibu Livia," ucap papa Ryan.

Mahendra dan Livia, sang pemilik Alexander corp yang tidak lain dan tidak bukan ialah mereka kedua orang tua Darel. Dua orang yang selama ini Darel rindukan dan diharapkan kedatangan oleh Unna.

Suasana menjadi canggung, tak ada yang membuka suara, hingga Mahendra memulai bicara.

"Mohon maaf sebelumnya jika kedatangan kami berdua menganggu waktu kalian semua di sini,"

"Ah tidak menganggu pak, sering-sering saja kita berkumpul itu malah lebih baik," jawab papa Ryan.

"Darel," panggil Livia.

Kelu rasanya mulut Darel hanya untuk membalas ucapan tersebut.

Livia mulai melangkahkan kakinya mendekati Darel. Menatap sang putra yang kini sudah beranjak dewasa, memeluknya erat. Rasanya lama sekali ia tak memeluk sang putra bahkan ketemu pun jarang.

"Darel maafin Mama sayang, maaf selama ini mama hanya mentingin pekerjaan daripada kamu, maaf kalau dulu kata-kata mama menyakiti hatimu, maaf..."   ucap Livia masih dalam pelukan darel, air mata Livia sudah mengalir deras hingga membasahi baju Darel.

Darel, ia masih diam membeku, kejadian dulu waktu sang mama memarahinya dan lebih mentingin pekerjaannya berputar dikepala Darel. Tapi, tetap saja ia tak bisa berbohong ia rindu dengan belaian kasih sayang sang mama, air matanya ikut turun membasahi pipinya.

"Darel maafin Mama ya, mama mohon, mama merasa bersalah atas segala kejadian dulu, hingga mama gak bisa melihat tumbuh kembangmu nak, ijinkan mama menebus segala kesalahan mama dulu ya sayang, mama janji gak akan ninggalin kamu terus,"

"Gakperlu," singkat tapi sangat menyayat hati sang mama.

Pelukan Livia mengendur, kembali menatap mata Darel dengan intens.

"Mas, jangan gitu, dia mama kamu mas," lirih Unna.

Darel tersenyum sinis.

"Iya Darel jangan gitu, bagaimana pun juga ibu Livia tetap mama kamu," ucap mama Ira.

"Mama aku?kalau dia mama aku, kemana aja selama ini, di saat aku terburuk, di saat dunia rasanya udah gak ngarepin aku untuk hidup, KEMANA HAH?!" amarah Darel menggebu-gebu, dadanya naik turun bersamaan dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.

"Maaf nak maafin Mama, mama gak bermangsud ninggalin kamu, mama lakuin ini semua juga untuk kamu sayang," ucap Livia yang juga diiringi Isak tangis.

"Darel maafin Mama kamu ya, kamu boleh benci sama papa, tapi jangan sama mama nak, bener kata mama, semua yang kita lakuin juga untuk kamu," sanggah Mahendra.

"Ck, suami istri sama aja, aku juga udah bilang sama kalian dari dulu kalo aku GAK BUTUH SEMUA ITU , yang aku butuhin kasih sayang papa sama mama, aku juga gakpapa hidup sederhana tapi bisa dapetin keluarga yang harmonis, tapi lagi-lagi kalian selalu membalas jika semua yang kalian lakuin untuk aku," apa yang selama ini Darel pendam akhirnya ia keluarkan. Sesak rasanya memendam semuanya sendiri.

Sedangkan Unna sudah menangis sesenggukan diperlukan Sean, ia ikut sedih dengan apa yang selama ini sang suami alami, tak bisa ia bayangkan sebesar apa beban pikiran Darel. Unna merasa bersalah karna kadang masih menyusahkan Darel dan itu membuat beban yang Darel tanggung semakin besar.

Livia kembali memeluk Darel. Kali ini Darel balas pelukan itu, ia sudah tak kuat menahan rindunya selama ini, melepaskan rasa sesak dengan tangisan yang orang lihat sangat memilukan. Mahendra mendekat dan ikut dalam pelukan tersebut. Kini keluarganya kembali, rasa rindu yang ia rasakan juga terobati.



[END]

"Cerita ini memang sudah selesai tapi, ini bukan akhir dari segalanya, ini awal untuk memulai kehidupan yang baru, lembaran baru akan mereka buka. Ikatan Suci Darel dan Unna akan tetap abadi."

•••

9 Desember 2023

Terimakasih untuk readers semua yang udah setia Unna dan Darel.

Terimakasih atas segala dukungan kalian, tanpa kalian cerita ini tidak akan berarti.

Mohon maaf jika cerita ini tidak sesuai dengan apa yang kalian harapkan

Sekian dan sampai jumpa lagi🧡

Ikatan Suci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang