Camaraderie 1 ~ Ditinggal Mama

23.6K 683 14
                                    

Nessa tidak tahu, apa yang dirasakannya termasuk baby blues atau tidak. Perasaan sensitifnya semakin naik ke level tertinggi. Apalagi menyangkut bayinya yang baru berusia dua bulan. Ketika ia harus mengalami demam dan meriang karena mengASIhi, tak berhentinya air mata keluar. Terkadang merutuki dirinya sendiri yang tak mampu memberi asupan kepada bayinya.

Sagara tidak salah, yang salah adalah Nessa. Ia yang menginginkan kehadiran anak didalam rumah tangganya. Jadi, segala keharusan dan kewajiban yang dimiliki anaknya, harus di penuhi. Tapi, tidak semudah itu. Nessa tidak bisa menyalahkan bayi kecil yang sekarang sedang terlelap tidur dengan nyaman diatas kasur. Hari pertama Sagara lahir, Nessa tidak bisa langsung memberi ASI, dari situ ia sudah menyalahkan dirinya sendiri, kadang melamun memikirkan kenapa jalan yang harus dilaluinya begitu banyak cobaan. Ia mencoba berbagi suka dukanya pada Lisia selaku sesama ibu melahirkan. Tidak sama. Lisia lebih mudah.

Raihan tidak pernah berhenti memberi dukungan kepadanya, suaminya itu bahkan lebih singkat waktu tidurnya dibandingkan Nessa. Raihan tidak marah, terhitung sangat sabar menghadapi istrinya yang uring-uringan. Nessa merasa bersyukur mempunyai suami yang mau ikut bekerjasama dalam mengurus bayi, tapi kadang membuat ia merasa bersalah telah mengganggu waktu belajar suaminya. Jika seharusnya dua jam digunakan untuk belajar, namun terkendala mengurus bayi, Raihan akan mengganti jam belajarnya di jam lain dengan jam tambahan misal yang dari dua jadi empat.

Lucu ya, Nessa seperti menikahi seorang pelajar SMA. Tak apa, hasil dari kerja keras Raihan nanti, siapa juga yang akan bangga? Pasti Nessa jadi orang pertama yang bangga.

"Kenapa belum tidur, hm?" tanya Raihan menyelesaikan kegiatan belajarnya, lalu mengangkat Sagara untuk di pindahkan di box bayi.

"Tidur sama-sama. Aku tunggu kamu," Nessa menjawab dengan mata yang dipaksakan untuk terbuka. "Cepetan.." katanya manja. Soalnya Raihan bermain lagi sama Sagara meskipun anaknya itu tertidur.

Raihan tertawa pelan, segera ia menempatkan anaknya, setelah itu kembali ke kasur besar. "Gimana hari ini?" tanyanya dengan menaruh dagunya diatas kepala sang istri dalam posisi memeluk.

"Kamu nggak lihat aku nangis kan hari ini? Berarti semuanya aman. Sagara malah banyak senyum, senyumnya dia kayak kamu." walaupun kantuknya tak bisa ditolong lagi, Nessa tetap menjawab. Obrolan malam seperti ini harus dilakukan agar hubungan mereka terus berjalan dengan baik. "Kamu gimana mas?"

"Rapat siang tadi walaupun berjam-jam, alhamdulillah lancar." Yang selalu membuat Raihan semangat adalah dengan cara memikirkan istri dan anaknya dirumah. "Sa, capek nggak?" tanyanya kemudian.

"Nggak sih cuman ngantuk aja,"

"Ya udah lanjut tidur," balasnya mengusap kembali punggung istrinya.

****

Memei free sore ini dari pendidikan pramugarinya, maka dari itu Nessa berencana ingin mengunjungi sahabatnya di asrama bersama Lisia dan kebetulan ada Cece juga. Sagara terus memperhatikan Mamanya yang sedang sibuk mondar-mandir. "Adek bayi sayang, Mama tinggalin bentar dulu ya." ada rasa tak tega meninggalkan bayinya, ingin diajak juga tapi suaminya tidak setuju.

Yang akan menjaga Sagara sore ini, Ibunya.

Didalam hati, Nessa sedang menimbangkan lagi pergi atau tidak. Belum jalan, ia sudah memikirkan keadaan pulang akan terjebak macet.

"Pergi sebentar, kasihan Memei pasti tunggu." kata Ibunya membiarkan anaknya tetap pergi, lagian Nessa sudah siap.

Nessa pergi, tapi sebelum itu ia mencium seluruh wajah anaknya dan membisik kalimat tentang dirinya yang pergi sebentar agar anaknya itu tenang, padahal ya anaknya emang tenang. "Sama Eyang uti dulu ya, jam 4 Papa udah pulang kok."

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang