Camaraderie 43 ~ Buka bersama

3.3K 318 17
                                    

Mba Ari ulangtahun!

Dan Nessa ingin memberikan langsung kado nya tanpa dikirim melalui jasa pengiriman. Setelah membeli kado di Mall seminggu yang lalu, Ia bilang ke Raihan pengen ke Balikpapan cuman untuk antar kado, suaminya itu mengiyakan dalam beberapa menit.

Terkejut? Tentu saja, kok bisa gitu Raihan tidak berpikir panjang dulu sebelum mengiyakan? Ternyata ada syaratnya yaitu Sagara tidak boleh ikut.

Awalnya Nessa tidak terima syarat tersebut, dia mikir nanti anaknya sama siapa kalau siang hari, lalu keingat Mba Sarah yang pengen banget Sagara main dirumahnya seharian. Jadi, Ia minta tolong ke Mba Sarah, dan menerima syarat yang diajukan suaminya. Sagara sama sekali tidak tahu Nessa pergi, karena dilarang Raihan juga.

Kata Raihan, kalau Sagara tahu Mamanya ke Balikpapan, pasti akan nangis mau ikut dan kalau ikut pasti tidak mau pulang nanti yang ada drama, sementara Raihan semakin sibuk sama penelitian tugas akhirnya sebagai dokter Resident, dia tidak bisa menjemput langsung anaknya. Ya sudah Nessa iyakan saja alasan tersebut, lagian ia tidak lama hanya 2 hari 1 malam.

Pesawat yang ditumpangi Nessa berangkat pukul 6 pagi, tiba di Balikpapan jam 8. Ia sudah berada di depan rumah kakak perempuan satu-satunya itu tanpa diketahui oleh siapapun bahkan orangtuanya juga tidak tahu anak bungsu mereka ada disini.

Nessa bernafas lega, klinik kakaknya buka di hari ulangtahun berarti Mba Ari tidak libur. Pelan-pelan kalinya melangkah masuk ke area perkarangan rumah, tidak langsung ke klinik Ia menuju rumah kediaman kakaknya. Setidaknya Nessa harus retouch makeup dulu.

"TISA!" teriakan tersebut datang dari Kaivan.

"Halo mas Kaivan." sapa Nessa hangat. Semenjak Kaivan tahu akan memiliki seorang adik, balita itu langsung minta diganti nama panggilannya, sama seperti Sagara—mereka suka dipanggil 'mas'.

"Sagala mana Tisa?" Kepala Kaivan menoleh kesana kemari demi mencari sepupunya.

"Sagara tinggal di rumah sama Paman Raihan, eh mas Kaivan kok nggak sekolah sih? Libur ya?"

"Mama ulangtahun hali ini, aku ga mau sekolah!"

"Kenapa? Nggak takut di marah Eyang?"

"Eyang gatau Tisa!"

Benar juga ya. Komplek perumahan saja sudah beda bahkan rumah Mba Ari bisa dibilang sangat jauh dari kediaman orangtuanya, kemungkinan ketahuan tidak sekolah kecil. Eh, lebih jauh rumah Nessa dong, berarti Sagara ada untungnya. Ia terkekeh dengan pemikirannya sendiri, Ayah dan Ibu nya itu galak banget soal pendidikan, tidak boleh libur sekolah kecuali sakit.

"Kamu ngasih kado apa ke Mama? Tisa punya besar loh kadonya." Nessa menunjukan kotak berukuran sedang yang dibawanya dari Jakarta, bermaksud ingin pamer sama keponakannya sendiri.

"Ada! Papa masih siapin," balas Kaivan duduk disamping Nessa. "Kenapa Sagala ga ikut?"

"Karena ada meeting." jawab Nessa bercanda.

"Meeting sama siapa?" Kaivan bertanya lagi.

"Sama Pangeran Dubai, mau ada bisnis."

"Pangelan dubai temana Sagala?"

Nessa terbahak, kok bisa panjang sih cerita kebohongan ini. Ia mengusap rambut Kaivan dengan lembut, tidak mampu menjelaskan yang sebenarnya. "Mama lama ya mas, eum Tisa cantik nggak?"

Kaivan mengangguk.

"Thankyou so much," ucap Nessa sembari menangkup gemas kedua pipi chubby Kaivan. "Kamu puasa nggak?"

"Iya, tapi kata Mama buka jam 10."

"Bentar lagi dong,"

Mereka berdua berbincang banyak, karakter dan sifat Kaivan berbanding 360 derajat dengan kakaknya, kalau Jeno lebih banyak diam, Kaivan adalah orang yang banyak omong—cerewet. Bisa dibilang, keponakan pertamanya cerminan Mba Ari, dan keponakan keduanya cerminan Nessa sendiri.

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang