Camaraderie 14 ~ Playground

4K 278 18
                                    

Dulu saat Lisia melanjutkan pendidikan S2 di Amerika, tak jarang Nessa menghabiskan liburan semesternya disana. Dengan satu rahasia yang tidak diketahui siapapun kecuali Lisia, yaitu mereka berdua coba PDKT dengan cowok bule. Setelah lulus strata satu hubungan Lisia dan Abi kandas, maka dari itu mereka jadi sefrekuensi.

Jadi, ketika ada kesempatan ke New York kali ini yang tidak bisa Nessa gunakan, ia tidak masalah. Lain kali, mereka pasti kesana tentunya bersama Sagara.

Sudah dua hari ia ditinggal bersama Sagara dirumah. Hubungan persaudaraan Raihan dengan saudaranya sangat membuat Nessa iri. Bukan hanya tentang saudara, begitupun tentang keluarganya. Ia akan mengajak Mba Ari untuk berlibur juga entah kapan.

Siblings trip.

"Mama," panggil Bintang terbangun dari tidur siangnya. "Bibi haus," ungkap gadis kecil tersebut sambil memegang lehernya.

Nessa menggendong anak perempuannya untuk di tempatkannya di atas kursi meja makan, lalu ia mengambil air putih. "Makasih Mama," ucap Bintang.

"Bibi mau bobo lagi nggak?"

Bintang menggeleng lalu mengangguk, membuat Nessa tertawa karena tingkah gemas Bintang.

"Adek masih bobo nggak Mama?"

Bintang sebentar lagi tiga tahun, tetapi pelafalan dan kosa katanya sudah banyak dan jelas. Pintar sekali. "Adek masih bobo, Bibi kalau nggak tidur lagi mandi aja ya? Kita kan mau ke mall."

Mendengar kata Mall, Bintang sontak bersemangat. Dasar perempuan.

Kemudian, Nessa memandikan Bintang sebelum si bayi bangun. Dia sangat suka ketika anak perempuannya menginap di rumah. Mungkin karena Bintang adalah cewek kali ya. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan bersama-sama. Tetapi tidak semudah itu meminta Bintang untuk menginap, karena gadis kecil yang tertawa ketika diberi shampo pada rambutnya ini memiliki Ayah yang super protektif dan posesif. Harus memohon atau bila perlu mengirim proposal.

Namanya seorang Ayah. Ia juga ingat dulu, Ayahnya begitu. Dan kurang ajarnya, Nessa tidak suka jika Ayahnya libur kerja, karena kegiatan bermainnya jadi terbatas. Ia bahkan sempat berpikir bahwa Ayahnya adalah orang yang menyebalkan. Tentang Ayah dan anak perempuan, bagaimana jika mereka memiliki anak perempuan ya? Apa Raihan akan bersikap sama seperti temannya—Abi? Sepertinya lebih parah, ditelfon tadi saja malah mengatakan Nessa aneh perihal tidak merasakan cemburu.

"Bibi mau kepang berapa?" tanya Nessa pelan setelah mengeringkan rambut Bintang yang panjang.

"Mau kuncir kuda, Ma.." ah, jawaban Bintang adalah salah satu mengapa Nessa sangat menyayangi putrinya. Tidak ragu memberikan pendapat sejak dini.

"Kuncir satu atau dua?"

"Satu kayak flozen,"

Terlalu gemas, Nessa mencium hampir menggigit pipi chubby milik Bintang.

Dengan telaten, Nessa menguncir dari atas hingga ujung rambut. Seru ya jika kegiatan seperti ini tiap hari dilakukan. Bukannya ia tidak bersyukur memiliki seorang anak laki-laki tetapi anak perempuan tuh berbeda. Dia tetap mencintai dan menyayangi Sagara, karena untuk mendapatkan putranya ia harus memanjatkan doa sambil mengemis.

"Adek bangun Mama." tegur Bintang.

Nessa menoleh ke arah kasur, benar saja Sagara langsung terduduk dan tersenyum dengannya. "Mama kuncir rambut kak Bibi dulu ya nak, kamu disitu aja." katanya meminta putranya untuk mengerti sesaat. Tak lama, si adik bayi kembali berbaring menghadap meja rias dimana Mama dan Kakaknya berada.

"Adek lucu ya Mama, adek Tali juga." komentar Bintang.

"Iya ya, anak bayi tuh lucu-lucu." balas Nessa. Kunciran selesai, sekarang waktunya memanjakan si bayi yang belum terkumpul nyawanya. Ia membawa Sagara berbaring didekatnya untuk di beri ASI. "Tadi Papa telfon tapi adek bobo, kata Papa kangen sama Sagara."

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang