Camaraderie 54 ~ Raihan minta keadilan

3K 333 31
                                    

Siapapun orangnya, kecil atau sudah besar ketika memiliki handphone baru maka akan sama seperti Sagara. Ingin bermain 24 jam dengan handphone. Tidak ada kata bosan, bahkan tidak ingin menjauh dari benda pipih tersebut.

Belajar dari ponsel Mamanya, Sagara tahu bagaimana cara berkirim pesan, menelpon dan mengunduh beberapa aplikasi game meski dia tergolong anak kecil yang belum terlalu lancar membaca. Ngetik saja, Ia masih harus pelan-pelan.

"Huft," keluh Sagara sembari menaruh kepalanya di ujung kasur dengan tubuh sedikit miring karena sambil berdiri. "Papa, punya nomor handphone Opa nggak?" tanyanya tanpa melihat sosok yang diajak berbicara.

Tidak ada sahutan, Sagara bertanya lagi. "Papa, punya nomor handphone Opa? Aku mau telfon," Masih dengan tangan dan mata tertuju pada layar ponsel.

"Papa?" Sagara berbalik badan, menatap Papanya yang juga menatapnya. "Papa tolong aku, aku mau telfon Opa,"

Bukannya Raihan tidak mau menjawab dari pertanyaan yang pertama, tetapi dia tidak ingin Sagara menjadi terbiasa bertanya atau mengobrol tanpa menatap sang lawan bicara apalagi anaknya ini terlalu fokus pada handphone seperti orang sibuk saja.

"Ada, Papa udah masukin nomor handphone Opa, cari dulu," jawab Raihan.

"Nggak ada, Sagara udah baca satu-satu namanya tetap nggak ada,"

"Pinjam handphonenya," Raihan mengadahkan tangannya untuk kembali memeriksa, perasaan Ia sudah menyalin kontak-kontak penting ke ponsel anaknya agar memudahkan Sagara menghubungi keluarga.

Sagara memberikan ponselnya, "Papa, Mama ke Bali hari apa?"

"Selasa,"

"Sekarang hari apa?" tanya Sagara lagi.

Raihan mendongakan kepalanya, "Jumat,"

"Hari Selasa sampai hari jumat berapa hari Papa?"

"Coba di hitung, kan Sagara sudah hafal nama-nama hari,"

"Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, 4 hari!" jawab Sagara menunjukan keempat jari kanannya dengan yakin.

Raihan menggelengkan kepalanya, "Bukan gitu cara hitungnya nak," tidak melanjutkan pencarian kontak, Raihan lebih memilih fokus mengobrol dengan putranya. "Mama pergi hari selasa, berarti di hitung di hari berikutnya yaitu rabu, Mama di Bali sudah 3 hari,"

"Mama kok nggak pulang, kan mau ke KL," balas Sagara.

"Hah, Kapan mau ke Kl?" tanya Raihan bingung, dia sama sekali tidak tahu tentang rencana ini, apalagi hubungan mereka semakin memburuk.

"Papa udah nemu nama Opa?"

"Udah ini, Opa," ujar Raihan sambil memperlihatkan nama kontak di ponsel Sagara.

"Ih bukan Opa Hendra, maksud Sagara tuh Opa buyut di Bandung!" protes si kecil. "Sagara mau telfon, mau kasih tahu gigi Sagara hilang satu sama mau masuk SD."

Raihan mengangguk paham, lalu Ia menyalin kontak Opa yang di maksud Sagara. Memang, sudah lama mereka tidak menjenguk keluarga yang disana, karena kesibukan masing-masing dari keduanya. "Sudah, jangan telfon sekarang udah malam. Opa pasti lagi istirahat," ujarnya sambil menyerahkan ponsel anaknya.

"Jadi kapan?"

"Besok pagi. Sekarang kamu bobo gih, daritadi main handphone mulu,"

"Sagara mau chat Mama dulu, kenapa Mama nggak pulang, Mama udah janji tapi nggak ditepatin,"

"Kamu sering chat Mama?"

"Iya setiap hari," Sagara mengangguk polos, walaupun Mamanya sedang liburan tetapi Mamanya tidak pernah lupa membalas chat dari Sagara.

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang