Camaraderie 34 ~ Bye bye

3.7K 310 23
                                    

Ibunya selalu mengatakan, Nessa anak yang aktif. Tidak pernah merasa lelah, tenaga dan energinya selalu ada. Nessa menyetujui atas pernyataan dari Ibunya tersebut. Namun, darimana Nessa mendapatkan semua itu jika tidak diturunkan dari gen Ibunya sendiri.

Lihatlah sekarang, tanpa memberi kabar, tiba-tiba saja Ibunya sudah berdiri di teras rumah menampakan diri dengan wajah biasa saja. Nessa dan Sagara membukakan pintu, kemudian Ibunya menggendong sang cucu dan masuk ke dalam rumah. Ibunya datang sendiri, ya karena Ibunya tidak suka menawarkan lebih dari sekali. Sudah pasti Ayahnya menolak ajakan untuk pergi jauh.

"Kok nggak ngasihtau, mau ngapain datang diam-diam?" ujar Nessa bertanya setelah menaruh air putih dingin sesuai permintaan Ibunya di atas meja.

"Mau reuni sama teman-teman, Ayah kamu di ajak nggak mau katanya sayang kebunnya lagi panen sayur." Ibu menjawab sesuai dugaan Nessa.

"Reuni? Oh wow.." ucap Nessa terkekeh sekedar mengajak Ibunya bercanda.

Ibu memangku Sagara sembari diajak bermain."Sagara cucu Eyang uti makin ganteng, makin berat juga."

"Khenkyou Yang," balas Sagara menatap lamat-lamat wajah Eyang Utinya sebelum tertawa menahan geli akibat digelitiki. "Eyang, Sagaula nya main balu loh dali Om Iyan!"

Sagara turun dari pangkuan, berjalan mencari mainan baru. Sedari tadi Ia bermain dengan Mama nya lalu menghamburkan semua mainan yang tersusun rapi di dalam box besar. Sekarang, bocah itu kesulitan mencari mainannya.

"Mama, hep mi plis." Tahu telah membuat kekacauan, Sagara meminta tolong pada Mama nya dengan memohon. "Ntal ya Eyang, Sagaula cali dulu." katanya.

"Diingat lagi, adek mainnya dimana?"

Sagara diam, bola matanya berputar seperti orang yang berusaha mengingat.

"Nanti aja di cari, sini sama Eyang, Eyang kangen banget sama kamu." ucap Ibunya Nessa meminta menyudahi pencarian yang baru dilakukan beberapa menit.

Eyang tidak bisa menghentikan begitu saja, karena Sagara bukan anak kecil gampang menyerah. Balita itu terus mencari keberadaan mainan barunya. Seluruh mainannya tersebar di lantai, mengintip di bawah meja dan bawah sofa juga tidak menemukan hasil.

"Mama dimana mainan aku?" rengek Sagara.

"Mana mama tau, kamu kan yang main tadi pagi sama Papa." Balas Nessa sembari turut serta mencari mainan tersebut. Padahal sudah diingatkan, jangan dihamburin mainannya, tapi apalah Nessa sebagai Mama hanya 10% suaranya di dengar oleh bocah yang sayangnya adalah anaknya sendiri.

"Bental ya Eyang." ujar Sagara meminta pengertian Eyangnya.

"Telfon Raihan, Sa. Mungkin dia tau." saran Ibu soalnya sudah kasihan lihat Sagara gigih dalam pencarian. Bukannya tidak mendukung jiwa cucunya yang pantang menyerah, hanya saja ruang keluarga ini sudah seperti kapal pecah. Berantakan.

Nessa tidak mengiyakan, "Biarin Sagara cari, Bu."

"Mainannya kayak gimana, dek? Eyang bantu cari." ujar Ibu. Beliau bahkan sudah berdiri seraya menunggu jawaban cucunya tentang ciri-ciri mainannya yang hilang.

"Eyang dudukin mainannya." Sagara mengambil mainan yang dimaksud.

"Eyang nggak dudukin, cuman dibelakang Eyang dek." ujar Nessa lega.

"Maaf ya dek, Eyang nggak ngerasa." ucap Ibu minta maaf padahal Sagara tidak marah. Malah senang akhirnya ketemu dan bisa di pamerkan.

"Its okeh Yang, mainan balu Sagaula dali Om."

Sean memberi mainan viral kepada Sagara. Mainan berbentuk bulat, strukturnya keras seperti batu, ada tali penghubung diantara dua bulatan jika dimainkan menghasilkan suara begitu nyaring.

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang