Camaraderie 75 ~ Sagara vs Synan

4.8K 308 35
                                    

"Anak Mama yang cantik udah bangun ya.. bobonya di peluk Mas ya sayang?" sengaja Nessa tidak berbicara dengan intonasi nada yang pelan supaya putra pertamanya itu bangun.

Setelah Synan mandi bertepatan dengan Sagara yang pulang sekolah kemudian keduanya tidur bersama hingga hari makin gelap bahkan suara dari mesjid sudah terdengar walau belum waktunya magrib.

Synan sudah bangun, Sagara masih merengek karena tidurnya terganggu.

"Aduduu masih malas ya.., bangunin mas Sagara, dek., mas udah sore," ujar Nessa mengajak putrinya itu mengobrol, namun putrinya masih terlalu malas untuk menanggapi tampak dari matanya mengerjap dan mulut kecilnya terus menguap. Nessa tidak akan biarkan putrinya tidur kembali di waktu-waktu seperti ini.

"Mas bangun, Papa bentar lagi sampai lho,"

"Mas bangun dulu, mandi, sholat sama Eyang, eh kamu udah berapa hari absen ngajinya?"

"Mama nggak mau tolongin ya kalau kamu di marah Papa," ancaman Nessa kali ini tertuju kepada Sagara yang tidak ganti pakaian sekolahnya, datang tadi langsung meluk adiknya sambil tidur.

Nessa biarin dari tadi, percuma dia ngomel panjang lebar kalau putra yang di omelinnya sudah tertidur pulas. "Sayang, bangun dulu yuk. Eyangkung cariin kamu tuh mau ngajak sholat di mesjid," sambil Nessa tusuk-tusuk pelan pipi Sagara.

"Adek Sissy pintar ya, udah bangun, mas nya belum nih,"

"Oh ya udah kalau nggak mau bangun, bentar lagi Papa pulang pasti marah kamu tidur disini nggak ganti baju dulu, Mama nggak mau tolongin, beneran," Nessa mengambil remot tivi lalu memutar adzan dengan volume tinggi biar Sagara terbangun. Memang sebentar lagi waktu adzan sungguhan, tapi itu masih terbilang lama untuk Sagara yang malas membuka matanya.

Sore hari tuh emang waktu yang paling enak buat tidur akan tetapi efek saat bangunnya itu bikin makin malas menjalani sisa hari.

"Masih mau tidur, Ma," jawab Sagara pelan nyaris tak terdengar karena suara adzan di tivi belum berhenti.

"Nanti malam lanjut lagi, sekarang kamu mandi,"

Tangan Sagara meraba sisi tempat tidurnya, mencari-cari sosok adiknya yang diingatnya tidur bersama. "Adek mana?!" matanya terbuka lebar begitu tak mendapati adiknya dimanapun.

"Mama adek dimana?!" Sagara langsung terduduk meski pusing langsung menyerang tapi tidak jadi masalah sebab mencari adik bayinya lebih penting.

Ini nih selain malas, linglung juga salah satu dampak dari tidur sore mendekati magrib, baru saja Nessa membatin kan, putranya langsung memberi contoh. "Diluar sama Eyang," jawab Nessa datar walau rasa ingin tertawa lebih besar.

Semenjak di rumah, berat badan Synan naik dua kilo, pertumbuhan yang sangat baik untuk bayi lahir prematur, Synan juga sudah berumur empat bulan lebih beberapa hari otomatis semakin besar, tetapi kenapa Mas-nya Synan tidak bisa melihat adiknya berada sangat dekat.

Sagara kembali merebahkan dirinya dengan posisi badan di tengah-tengah kasur dan kakinya yang panjang itu melewati batas ujung ranjang.

"Mas bangun dulu, mandi,"

"Sebentar lagi, Ma,"

"Habis mandi pasti segar, nggak ngantukan lagi," jangankan sore, pagi saja memang butuh tenaga ekstra membangunkan Sagara, tapi disuruh begadang mah paling senang.

"Tinggalin aja Mas ya dek sampai Papa pulang biar di marahin belum ganti baju," ujar Nessa, sebenarnya dia tidak yakin suaminya sudah di jalan pulang tetapi supaya Sagara merasa takut memang harus sebut nama papanya.

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang