Camaraderie 30 ~ Menemukan Alasan

3.6K 283 21
                                    

"Nayik tuda, Mama?" mata Sagara berbinar begitu mendengar omongan Nessa tentang rencana esok hari.

Nessa dan Raihan kompak mengangguk.

Raihan mudah tersentuh dengan tatapan anaknya sendiri, apalagi permintaan polos Sagara yang terus mengatakan ingin menaiki kuda disini. Jadilah, besok pagi setelah melihat sunrise, Ia akan menemani putranya.

"Karena besok naik kuda, sekarang waktunya bobo." Nessa menepuk pelan tubuh anaknya agar cepat tertidur setelah membaca doa tidur.

"Good night, Sagara." Raihan mengecup kepala Sagara. Kemudian, Ia merapatkan diri memeluk istri dan anaknya.

Sebelum memberi kecupan pada istrinya, Raihan melihat dulu wajah Sagara, apakah benar-benar tertidur atau matanya masih tertutup setengah. Dirasa aman, barulah Ia melancarkan aksinya.

Hanya kecupan singkat di bibir. Jika itu lumatan panjang yang ada anaknya akan terbangun, itu sangat berbahaya. Terakhir, Ia memberi kecupan di dahi sang istri.

"Maaf ya mungkin liburannya nggak seru, terus mendadak juga untuk kamu." kata Raihan merasa bersalah tidak bisa memberikan liburan yang berkualitas untuk Briana dan Sagara.

Nessa mengerutkan dahinya, "Aneh deh kok minta maaf, padahal baru hari ini sampai."

"Minta maaf deluan nggak apa-apa."

Memang Nessa terlihat seperti istri dan seorang Ibu yang haus akan liburan? Tidak sama sekali. Dia menikmati setiap waktu yang dilaluinya. "Kamu mah harusnya santai aja, jangan mikir macam-macam." bujuknya sembari mengusap rambut Raihan.

Raihan terkekeh, dia tidak memikirkan apapun yang berlebihan, justru ia sudah santai. Permintaan maafnya tadi murni karena Raihan merasa sedikit kacau dengan susunan kegiatan liburan yang dibuat teman-temannya. Ia memejamkan matanya sembari menikmati usapan lembut dari jemari istrinya.

"Mba Ari hamil, mas." ucap Nessa membuyarkan kantuk Raihan. "Katanya yang ketiga ini kebobolan."

"Oh jadi status whatsapp mas Kafka ke dokter kandungan karena itu ya?" tanya Raihan, Ia hanya melihat-lihat status whatsapp teman kontaknya sekilas. Tidak mengerti dengan status dari kakak iparnya tersebut. Ingin bertanya juga sungkan, tapi bukan berarti Raihan tidak akrab dengan kakak iparnya itu.

"Iya," Nessa mengangguk. "Meskipun jaraknya dekat sama Kaivan nggak apa-apa, sebelum umur Mba Ari 40."

"Kamu sama Mba Ari beda berapa tahun?" Raihan bertanya serius.

"9 tahun! Jauh banget kan mas?"

"Lumayan." balas Raihan mengangguk. Tapi kakak ipar Raihan tersebut tidak menunjukan akan mendekati usia 40. Maksudnya, masih terlihat sangat muda. "Eum, Sagara nanti aja ya Bri." cicitnya pelan.

"Kan, makanya aku malas cerita sama kamu tentang orang hamil pasti kamu mikir aku mau hamil juga!" sungut Nessa merasa sangat kesal dengan tanggapan suaminya seperti itu.

Raihan mengusap lengan Briana lembut, penyampaiannya ternyata salah. "Nggak bukan gitu, maksud aku kalau Sagara dan adeknya memiliki jarak yang jauh nggak apa-apa ya?" Kalau masih bisa ditunda, Ia akan menunda terus memiliki seorang anak lagi, sampai keadaan mental nya siap untuk menambah anak. Raihan tidak tahu mengapa rasa takutnya semakin membesar mengenai anak.

"Ck,"

"Sagara juga masih nangis kan kalau kamu sama anak kecil yang lain."

"Udah ah, aku malas bahas anak lagi. Mending kasihtau aku kenapa kamu setuju aja mau ke Malang?" Nessa mengalihkan topik. Menurutnya membahas anak terus menerus tidak akan pernah selesai jika jawaban yang diberikan suaminya sama.

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang