Camaraderie 12 ~ Dinner

4.5K 301 9
                                    

Tau apa yang membuat Nessa tidak semangat bangun di pagi hari ini selain ia mengalami datang bulan? Saat bangun tidur tadi, ia langsung membuka ponsel dan sosial media. Salah satu yang menjadi trending di aplikasi berwarna biru yang biasa dibukanya itu adalah berita meninggalnya Ratu Elizabeth. Tidak ada yang tahu, diam-diam Nessa sangat menyukai Royal Family.

Dia turut merasakan kesedihan, seperti kembali ke beberapa tahun silam dimana nenek buyutnya meninggal dunia. Nessa hanya masyarakat biasa yang hanya bisa melihat Royal Family melalui layar televisi atau ponsel, sempat mengutuk juga pada pangeran Harry yang tidak ada disamping neneknya, lalu beberapa menit kemudian ia tersadar, Nessa sama dengan Pangeran Harry — tidak ada disaat terakhir nenek mereka. Penyesalan lah yang menghinggap setiap kali di ingat.

Sambil menyiapkan pakaian kerja sang suami, Nessa malah memikirkan keluarga Royal Family, Pangeran Charles yang tak ingin memikirkan jabatannya karena jika pangeran Charles yang naik jabatan maka sama dengan Ibunya sudah tidak ada.

"Kenapa lagi kamu?" tanya Raihan yang masih menggunakan bahtrobe karena memang baru selesai mandi.

"Aku sedih banget, kamu nggak baca berita apa?"

"Boro-boro baca berita, bangun aja aku terpaksa." Drama semalam jika diingat dengan keadaan penuh kesadaran termasuk alay sih. Sejak kapan Nessa jadi orang yang ngambekan. "Kamu sedih kenapa?" Lanjut Raihan bertanya. Apa sisa-sisa kesedihan semalam masih ada?

"Ratu Elizabeth meninggal, mas." ucap Nessa lemah.

"Siapa?" tanya Raihan lagi sembari memberikan handuk kecil pada istrinya.

Nessa mengambil handuk tersebut, kemudian ia menyuruh suaminya untuk duduk di pinggir kasur dan ia akan mengeringkan rambut suaminya. "Ratu Elizabeth, pemimpin Inggris."

"Tapi dia belum turun tahta."

"Namanya umur mas, nggak ada yang tahu." Nessa juga tadi sempat berpikir, pergantian pemimpin pasti jadi mendadak karena kejadian ini.

"Aku sempat baca beritanya beberapa hari yang lalu, Ratu sedang di rawat di Skotlandia, dia tahu kondisinya—"

"Mas kamu kok gitu sih? Kita harus respect, ini kabar berduka. Ratu kan sudah bersumpah ia akan bekerja sampai akhir hayat."

Indah sekali pagi mereka sebagai pasangan suami istri bukan? Membahas kematian sang Ratu Eropa. "Aku respect sayang, cuman heran saja kenapa nggak mau turun tahta."

"Anaknya Pangeran Charles dan menantunya Camilia. Pasangan itu kan paling ditentang, mungkin Ratu mikir juga kali."

"Bisa ke cucu nya." balas Raihan.

"Bisa memang, aku pun dukung. Tapi namanya aturan mana bisa sembrono."

"Iya ya. Terus kamu sedih beneran karena meninggalnya Ratu Elizabeth kan?" Raihan ingin memastikan sekali lagi, sedikit takut jika istrinya sedih karena masalah yang semalam. Siapa tahu, Nessa masih kesal.

Nessa mendekat, merapikan kancing kemeja suaminya. "Kamu lihat aku sedih nya ada banyak?"

Raihan pun mendekatkan diri dengan kedua tangannya memegang pinggang sang istri. "Nggak, kamu sedihnya cuman satu. Eum, dinner yuk?"

"Santai dong bicaranya, jangan mojokin aku sampai nyentuh pintu lemari gini."

Raihan terkekeh, dia beneran tidak sadar telah melakukannya. Karena tanggung, ya sudah lah. "LDR nggak enak sayang, meski cuman 3 hari." alasan itu sudah Nessa dengar dari kemarin.

Saat bibir mereka saling bersentuhan, suara tangisan Sagara mengejutkan kedua orangtuanya. Raihan hampir mengumpat jika tidak ingat yang menangis adalah anaknya sendiri. Tentu saja, istrinya langsung berlari ke atas kasur.

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang