Camaraderie 61 - A Gift

3.6K 330 89
                                    

Menjelang H-2 pertunangan adiknya, Raihan malah di landa demam. Batuk-batuk dan badannya sangat lemas. Pertunangan Sean dilaksanakan di Hotel, membuat Ia berpikir harus lebih kuat lagi karena jarak rumah ke hotel cukup jauh meski mereka akan menginap disana nantinya.

Tidak ada yang tahu Raihan tengah sakit termasuk istri dan anaknya. Dia menutup diri dari kelemahan, semua orang tengah mempersiapkan hari bahagia Sean, tidak mungkin Raihan mengacaukannya. Entah kenapa, hari ini, badannya sudah tidak bisa di ajak kerja sama lagi.

"Istirahat, kamu tuh kebiasaan habis pulang liburan pasti langsung kerja rodi," tegur Briana sambil perempuan itu membereskan beberapa pakaian kedalam koper. Padahal nginap cuman semalam, tapi barang bawaan sudah kayak mau pulang kampung.

Briana memang sibuk mempersiapkan tunangan Sean, adiknya itu cuman percaya sama istri dan kakaknya beserta Mamanya. Makanya, Raihan kerja terus, tapi tak menyangkal juga sama penuturan istrinya. Raihan selalu begitu sehabis liburan semangat kerjanya membara sampai di bilang kerja rodi.

"Sayang, kamu bisa diam nggak. Atau temani aku disini," pinta Raihan. Yang mondar-mandir istrinya, yang capek malah Raihan.

"Nggak. Nanti aku ketular demam!"

"Di Labuan Bajo kamu nangis karena sakit, kok pulang ke rumah udah sehat banget?"

"Mas kejadiannya kan dua minggu yang lalu, masa aku sakit terus sih? Aneh pertanyaan kamu,"

Raihan tidak bisa diam, ingin mengoceh terus menerus. Tapi yang di ajak bicara sepertinya terlalu sibuk. Usaha Briana untuk orang-orang terdekatnya patut di apresiasi, namun bisa tidak jangan mengabaikan Raihan sekarang?

Tidak bisa menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya saat bekerja, Raihan langsung minta izin untuk pulang, makanya jam 3 sore dia sudah di rumah. Sagara tidak tahu karena seperti biasa, bocah itu akan di rumah Omony nya jika ada Sean.

"Bude-bude kamu udah datang loh, Mas! Kalau Mas Tama sekeluarga besok baru datang," ucap Briana di depan meja rias sambil mengoleskan lip balm di bibirnya, Raihan tahu karena setiap hari istrinya itu menggunakan lip balm katanya sih agar bibir tidak kering.

"Kamu udah ketemu?" Raihan melontarkan pertanyaan, namun sedetik kemudian menyesal karena sama saja Ia memberi kesempatan pada istrinya untuk kesana sekarang.

"Udah dong, aku pulang karena mau nyiapin keperluan kita, kalau besok takutnya mah nggak sempat. Kamu nggak apa-apa di tinggal?"

Nah kan. Raihan sudah menduga hal-hal kayak gini.

"Aku lagi sakit," keluh Raihan persis anak kecil, suaranya terdengar manja.

"Oh kamu sakit?" Briana melangkahkan kakinya semakin mendekat kemudian duduk di sisi ranjang. "Nggak panas,"

"Kenapa ngedeteksi orang sakit dari panas di badannya? Nggak semua orang demam itu panas tinggi,"

"Drama banget kamu," cibir Briana, Raihan menahan tangan istrinya ketika perempuan dengan balutan dress hitam itu berdiri. Entah kegiatan apa lagi yang ingin di lakukan. Kayak tidak ada selesainya.

"Kamu kok cuek sih? Aku yang sakit bukan teman kamu," ujar Raihan menatap Briana penuh protes.

"Tahu kok Mas. Sabar ya, pekerjaan ku belum selesai, aku beresin dulu baru aku sama kamu,"

"Apalagi yang mau kamu selesaikan?"

"Baju Sagara belum,"

"Terserahlah," Raihan berbalik, memunggungi istrinya. Malas melanjutkan perdebatan karena mau  sampai kapanpun pihak lawan tidak akan mengalah.

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang