Camaraderie 19 ~ Sagara ngambek

5.1K 317 7
                                    

Raihan sedari tadi gelisah, karena ingin menelpon Ibu mertuanya tapi sudah larut. Tidak ada yang memberi kabar tentang Sagara sekalipun istrinya atau kakak iparnya yang datang menjenguk. Bagaimanapun juga, ia merindukan putra semata wayangnya itu.

Nessa langsung tertidur di sofa begitu Mba Ari dan suaminya pulang, meninggalkan Raihan yang berjaga sambil menatap layar ponsel dengan wallpaper mereka bertiga.

'Selamat ulangtahun yang pertama, Sagara.' gumam Raihan ketika melihat jam di ponselnya menunjukan angka 00.10. Tidak tahu harus berbuat apa lagi selain bermain ponsel dan membuka sosial media yang jarang ia lihat. Lalu membuka Lingkaran-lingkaran berwarna merah keunguan disamping profil berandanya. Akun pertama yang Raihan lihat adalah Lisia dengan cerita yang menyerupai titik, saat di perhatikan ternyata ucapan ulangtahun dari teman-teman yang kemudian di repost oleh perempuan tersebut termasuk ucapan dari istrinya.

Berlanjut ke pengguna akun selanjutnya yaitu Abi suami dari Lisia yang berisi sebuah video acara ulangtahun malam ini. Astaga. Raihan baru ingat jika mereka juga diundang untuk sekedar makan malam di rumah Abi. Ia perhatikan Nessa yang tertidur pulas, daritadi istrinya itu sangat sibuk mengurus Raihan yang sakit daripada harus membahas yang lain.

Raihan turun dari ranjang, berjalan ke sofa untuk memberikan selimut pada Nessa. Istrinya memang langsung tertidur tanpa persiapan. Karena sambil membawa infus, tentu saja ia mengalami kesulitan sehingga menyebabkan istrinya terbangun. "Sayang, kamu kalau kebangun jangan reflek duduk gini." tegurnya pelan.

Nessa meringis, namanya reflek dan terkejut. Kembali lagi perempuan itu tidur tapi dengan posisi kepala di atas paha suaminya. Semakin terhanyut ketika Raihan mengusap-usap rambutnya. Namun..."Kok aku yang tidur sih? Harusnya kan kamu," lagi dan lagi seperti hal yang biasa, Nessa terduduk.

"Ck," balas Raihan berdecak. "Kamu mau ya kepala kamu pecah karena suka reflek kayak gini?"

"Nggak." jawab Nessa menggelengkan kepalanya polos.

Raihan bersandar pada kepala sofa, sebenarnya ia merasakan demam saat ini, cuman pikirannya sedang berkelana memikirkan Sagara dirumah. Pasti anak laki-lakinya kebingungan tidak mendapati kedua orangtuanya dirumah.

"Aku kan janji mau peluk kamu," kata Nessa sambil melihat ranjang yang tak ia yakini akan muat untuk dua orang. "Gimana ya itu ranjangnya kecil, pasti sempit."

"Emang badan kamu sebesar apa sih?"

"Nggak besar, tapi kan kasurnya ukuran satu orang mas."

"Belum di coba." Raihan berdiri mengajak istrinya itu untuk mencoba langsung tidur di ranjang ruang inap, ini juga sudah larut malam nanti yang ada keburu pagi dan istrinya beralasan lagi. "Gimana?"

"Aman aja mas, menambah keromantisan kita nggak sih tidur kayak gini? Biar dekat terus pelukan semalaman."

Maksud Raihan bertanya tentang bagaimana setelah dicoba, tetapi kenapa jadi gombal begini. "Halah halah. Abis mimpi apa kamu?"

Nessa menatap suaminya penuh kegalakan. Walaupun dia sempat tertidur bukan berarti dia bermimpi. "Ih kamu kok nggak senang?" kemudian dia duduk. "Tidur sendiri ya? Aku nggak mau peluk, ngantuk ku udah nyerang banget." sambungnya pura-pura merasa kesal.

Raihan menarik pelan tangan istrinya agar kembali berbaring disampingnya, "Sekarang udah tau ngambek ya istriku ini,"

Nessa membalas pelukan dari suaminya, pernikahan mereka sudah 2 tahun. Namun, saat Raihan menyebut kata istri membuat perutnya seperti di penuhi kupu-kupu. Pipinya mengembang tanpa digerakin. Dan terakhir tangannya menjadi kaku karena menahan salah tingkah. Jangan sampai Raihan mengetahui kelemahannya yang ini. "Kamu yang ajarin."

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang