Camaraderie 47 ~ Turun temurun

3K 297 7
                                    

"Ayo dong ikut, Sagara kan belum pernah kesana." Sean terus merayu keponakannya agar ikut ke New York dalam rangka mengantarnya kuliah. Namun, Kakak laki-lakinya beserta keluarga kecilnya tidak bisa ikut berpartisipasi kali ini.

Sagara menggeleng berkali-kali, balita itu kan belum mengerti tentang luar negeri apalagi New York yang jauh banget, meski disana katanya bagus tetapi Mama dan Papanya tidak ikut akan sama saja mungkin menurutnya.

"Papa kamu nggak ikut tuh nggak masalah, Kak Nessa kenapa nggak ikut? Biarin aja suami kak Nessa sendiri disini." ujar Sean menyerah membujuk keponakan terkecilnya.

Nessa cuman menyengir sebagai jawaban, sudah berapa kali ya kesempatannya untuk bisa ke Amerika lagi tapi selalu di tolaknya? Sebenarnya Nessa mau-mau saja. "Tunggu Om Iyan wisuda aja ya.." katanya sambil mengusap-usap kedua bahu sang putra yang asik menikmati permennya.

Mereka malam ini menginap di rumah orangtua Raihan, karena minggu depan Sean sudah harus berangkat.

"Sagara beneran nggak mau ikut?" tanya Sean lagi.

"Keburu Yan, belum urus Visa.." sahut Raihan, dia jadi tidak fokus menonton sebab mendengar suara berisik dari adiknya yang terus mengajak Sagara.

"Lo pasti yang nyuruh buat nggak ikut kan?" Sean memicingkan matanya menuduh sang kakak. Hanya ada mereka berempat di rumah, sedangkan kedua orangtua tengah menghadiri acara pernikahan kerabat.

"Gue berhak," jawab Raihan atas tuduhan tak mendasar. Raihan sendiri bingung sama istrinya kenapa menolak untuk ikut, nanti dia akan tanyakan alasannya. Kemudian Ia melirik Sagara yang anteng, "Dek, permen kamu kok nggak habis-habis?"

"Udah kecil ko Papa," Sagara membuka mulutnya lebar agar bisa menunjukan permennya yang mulai kecil.

"Kalau udah habis kasihtau ya, biar gosok gigi lalu bobo."

"Pi aku ga ngantuk Papa," balas Sagara.

"Dipaksa ngantuknya, udah malam banget lho,"

"Ga, aku ga ngantuk ko." kembali Sagara menentang Papanya.

"Papa ngantuk." ujar Raihan sambil menguap karena kebetulan.

"Bobo cama Mama aja," jawab Sagara santai, masih menikmati permennya yang semakin mengecil.

Malam-malam malah konsumsi manisan, Raihan tidak bisa melarang karena hanya seminggu 2 atau 3 kali saja, dan malam ini anaknya bisa makan permen karena Sean yang kasih dengan keadaan langsung dibukakan bungkusannya agar Sagara tidak kerepotan kata adiknya itu tadi.

"Mau ngapain sih?" tanya Raihan pada istrinya yang dijawab dengan kedua bahu terangkat.

"Gosok gigi bareng Papa, setelah itu terserah kamu mau bobo atau nggak." Raihan memberikan penawaran lagi, berharap kali ini tidak dibantah.

"Sagara bobo dikamar Om Iyan ya?" pinta Sean.

"Iya." Sagara mengangguk. "Papap, Sagaula bobo cama Om Iyan boleh ga?"

Lha, ini termasuk telat bukan untuk minta izin? Telinganya tadi mendengar jelas Sagara menjawab Iya lantas kenapa baru meminta izin? Ada-ada saja kelakuan putra semata wayangnya. "Boleh nggak Ma?" Raihan melemparkan pertanyaan ke Briana.

"Boleh, tapi gosok gigi dulu permen kamu udah habis." Nessa tidak menebak, Ia yakin sekali permen anaknya sudah tidak tersisa di dalam mulut namun akal Sagara saja agar memperlambat kegiatan gosok gigi pada malam hari.

"Open your mouth?" perintah Raihan pada Sagara dan benar saja apa kata Briana, memang sih saat anaknya membuka mulut pertama kali tadi sudah mengecil banget permennya, sekarang bahkan hanya tertinggal warna biru pada lidahnya. "Ayo, Om Iyan udah mau bobo tuh."

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang