Camaraderie 8 ~ Pindah Kamar

5.4K 311 7
                                    

Sagara berjalan pelan sambil memegang pinggiran sofa menuju ke arah Mamanya yang menunggu. Bayi itu tertawa serta menampakan dua giginya yang baru tumbuh. Melihat Mamanya yang antusias, membuat si adik bayi semakin bersemangat melangkahkan kaki kirinya. Namun sayang, perjuangan tidak berhasil. Sagara terduduk. Tetapi anak bayi itu masih memberikan senyuman kepada Mamanya seakan ingin menyampaikan bahwa ia tidak apa-apa.

Walaupun keponakannya terhitung banyak, karena lebih dari satu, Nessa masih minim pengetahuan bagaimana mengurus bayi dengan baik dan benar. Sagara sudah berusia 10 bulan seminggu yang lalu, anak nya itu juga sudah menunjukan keaktifan layaknya bayi pada umumnya yang selalu berproses bertumbuh. Meski kurang dua bulan lagi untuk usia setahun, tetapi anaknya sedang belajar berjalan selangkah dua langkah. "Gapapa, nanti belajar jalan lagi ya nak.." katanya mengusap kedua bahu anaknya. "Sekarang waktunya makan siang!" lanjutnya semangat. Nessa memang yang paling semangat, si bayi hanya mengiyakan. Persis Papanya.

"Makanya gigi kamu cepat tumbuh semuanya, biar nggak makan bubur terus.." Nessa terkekeh, Sagara mulai menunjukan ketidaktertarikan dirinya terhadap makan.

"Ma.."

"Kamu panggil Mama seribu kali, Mama nggak mau dengar, soalnya kamu nggak mau makan."

Sagara memang sudah bisa memanggil Mama walau hanya dengan dua huruf terakhir, dan itu wajar menurut Nessa. Pertama kali ia mendengar anaknya memanggil, tidak ada yang bisa menjelaskan bagaimana perasaannya, semua campur aduk. "Ya sudah nggak apa-apa, besok harus makan lebih banyak ya." Menyerah, Nessa tidak ingin memaksa lagi, 4 suapan sudah cukup baginya.

Sagara mengangguk lucu. Si adik bayi paling tahu cara meredahkan amarah sang Mama. Lihatlah sekarang, Nessa tidak melanjutkan marahnya, malah ia mencium seluruh wajah Sagara meski anak nya sangat kotor.

"Papa pulang cepat hari ini dek, sebaiknya kita masak apa ya?" tanya Nessa pada anak bayi yang bahkan belum berumur satu tahun? Bagaimana bisa mengerti. Tapi, saat Nessa menyebut kata 'Papa' Sagara malah mengangguk dan tertawa.

"Senang ya Papa pulang cepat? Mama juga." Mama juga senang, maksudnya karena ia bisa bersantai sejenak. Dirumah, walau capek Raihan akan bermain dengan Sagara sampai anaknya tertidur pulas.

Setelah membersihkan tubuh Sagara dan menggantikan pakaian untuk anaknya agar tidur siangnya nyaman. Nessa melanjutkan cuci piring yang telah dipakai. Dirumahnya sudah ada dua pekerja ART, sehingga ia tidak capek-capek amat mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Hanya saja, Nessa membuat aturan tentang cucian piring, setelah dipakai harus langsung dicuci. Kepalanya suka pusing ketika melihat piring kotor yang bertumpuk.

Nessa membawa anaknya ke dalam kamar, lalu di rebahkan diatas ranjang mereka, hanya siang Sagara bisa tidur di kasur ini, atau ketika Papanya shift malam. Makin tua, suaminya memang makin aneh. Untung sayang.

Kemudian, Nessa beberes baju-baju yang akan dibawa ke Semarang. Rencananya, besok mereka akan ke kota itu lagi karena ada acara syukuran anak mas Tama. Hanya dia,Mama mertua, dan Mba Sarah yang pergi. Tidak akan lama, mungkin tiga harian.

Raihan tidak ikut, membuat Nessa bingung, barang pribadi yang ia pilih termasuk pakaiannya sama banyaknya dengan kebutuhan Sagara yang akan dibawa. Untuk tiga hari 2 koper itu tidak wajar. Jadi, ia menyusun kembali, dan memilah mana yang lebih penting untuk dibawa.

"Baju mungkin bisa beli disana.." gumamnya ketika mengeluarkan kembali baju-bajunya.

"Sagara juga bisa beli disana, jadi apa Sagara aja yang sedikit?" Buru-buru ia menggeleng, anaknya itu boros pakaian, sehari bisa dua atau tiga berganti. Tidak mungkinkan, saat mau ganti cepat harus ke Mall dulu.

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang