Camaraderie 59 ~ Mama pergi

3.2K 309 71
                                    

Raihan baru saja masuk kedalam mobil, segera untuk pulang meski hari ini tidak bisa dibilang pulang cepat tapi tidak juga lama. Mungkin sampainya di rumah sebelum magrib, dan hal itu harus di syukuri.

Ponselnya berdering, panggilan masuk dari putranya. "Halo," ucapnya.

"Papa, Mama beberapa hari ini pulangnya selalu lama, sekarang Mama belum ada di rumah," bahkan Sagara lupa membalas sapaan Papanya.

"Mama lagi ada kerjaan," jawab Raihan, tidak ingin menanggapi berlebihan aduan Sagara.

"Papa kapan pulang?" tanya Sagara dari ujung sana.

"Ini sudah di basement,"

"Oke, hati-hati ya Pa. Tapi Papa, aku udah telfon nggak diangkat Mama,"

"Papa coba telfon ya, kamu di rumah jangan kemana-kemana," ujar Raihan, namun setelah panggilan berakhir Ia malah tidak melakukan sesuai dengan apa yang dikatakannya pada Sagara.

Raihan menyimpan ponselnya di tas, bukannya dia tidak suka anaknya mengadu cuman Ia tahu istrinya itu sekarang lagi sibuk-sibuknya membuka usaha baru di tambah membantu Mamanya untuk persiapan tunangan Sean. Riwayat terakhir chat mereka setelah makan siang, istrinya minta izin akan jalan-jalan bersama Lisia.

Sagara sudah diberitahu mengenai rencana usaha baru Mamanya, dan memang anaknya sedikit tidak suka bila Mamanya bertambah pekerjaan. Tapi siapa sih yang bisa melawan Briana, Raihan saja gampang luluh.

Keberuntungan berpihak padanya lagi hari ini, kemacetan panjang yang biasa di laluinya ketika pulang kerja kini tidak terlalu terasa. Masih macet tapi tidak semacet hari-hari biasanya. Memudahkannya untuk sampai dirumah lebih cepat.

Sampainya di rumah, Raihan langsung memarkirkan mobilnya di dalam garasi. Sebenarnya, dia sudah memiliki supir pribadi namun ada di hari-hari tertentu lebih suka membawa mobil sendiri. Satu hal yang baru di sadarinya, mobil istrinya tidak ada.

"Papa mandi dulu, kamu tunggu disini," ujar Raihan ketika melihat Sagara menyambutnya pulang. Hal biasa yang Raihan dapat. Tapi hari ini berkurang satu.

Sagara mengangguk kemudian bermain ponselnya, mumpung ada waktu bebas. Namun, Papanya itu kalau mandi sangat lama, membuatnya bosan menunggu. Bermain game di ponselnya pun tidak dapat membantu mengusir rasa bosan, Sagara berguling ke arah manapun di atas ranjang sehingga sprei kasur orangtuanya sedikit berantakan.

Coba menghubungi Mamanya tapi tidak bisa, Mamanya kemana ya? Sudah beberapa hari ini selalu Sagara yang duluan di rumah. Sagara melihat ke arah Papanya yang baru saja keluar dari kamar mandi. Papanya hari ini cepat pulang, tidak dengan Mamanya.

"Mama dari kemarin pulang nya lama?" tanya Raihan sambil mengeringkan rambutnya sendiri.

"Iya kayak jam segini baru pulang," jawab Sagara jujur.

Raihan menganggukan kepala, beberapa hari belakangan justru dia pulang di atas jam sepuluh karena pekerjaannya tidak hanya sebagai dokter spesialis. Tetapi kenapa dia baru tahu kalau istrinya pulang kesorean terus? Lalu, Raihan menatap lurus Sagara, baru kali ini putra mereka mengeluh tentang Mamanya.

"Kenapa sih Mama kerja yang sibuk, Papa kerja Mama kerja, semua orang kerja," keluh Sagara dengan raut wajah yang benar-benar tidak bisa di kondisikan. Kelihatan sekali kesalnya. Sama seperti Raihan yang sulit mengontrol ekpresi wajah.

"Mama kuliah kurang lebih 6 tahun, sayang ilmunya kalau nggak di pakai, Pendidikan yang di tempuh Mama nggak gratis loh, Mama kerja sebagai bentuk rasa terima kasih sama Eyang karena sudah diberikan fasilitas pendidikan," ujar Raihan mengelus rambut Sagara.

Di umur Sagara sekarang memang butuh banyak perhatian dan harus di beri pengertian dengan bahasa yang mudah di pahami.

"Mama nggak bisa ya Pa kerja dari rumah aja, Mamanya temanku ada kok yang kerja di rumah kata temanku jadi dia setiap hari bisa lihat Mamanya,"

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang