Camaraderie 65 ~ Gara-gara Kecoa (2)

3.1K 299 37
                                    

Raihan meraba kasur di sampingnya, matanya mengerjap pelan, namun bukan sosok Briana yang Ia dapati di kamar, melainkan jam kecil di atas nakas yang menunjukan pukul 5 pagi lewat 10 menit.

Dia terlambat bangun!

Istrinya sengaja tidak membangunkannya. Raihan menghembuskan nafas, nyawanya terpaksa harus berkumpul secepat mungkin demi bisa menyadari masalah mereka semalam belum usai, lebih tepatnya Briana tidak mau menyudahi. Buktinya, pagi ini Raihan sengaja tidak dibangunkan untuk sholat subuh.

"Briana kalau cemburu emang mengerikan," gumamnya gusar. Bukannya buru-buru mengambil air wudhu untuk sholat, Raihan malah melamun di kasur.

Matanya mengendar ke seluruh penjuru kamar, dan lagi matanya menangkap pakaian kerja yang sudah rapi bergantungan dekat dengan meja rias. Raihan tahu, pasti ide istrinya agar tidak kembali ke dalam kamar. Biasanya, Briana akan membuat sarapan dulu baru menyiapkan pakaian kerjanya tapi hari ini tidak begitu.

"Papa bangun! Aku lupa ngomong sama Papa ya hari ini aku harus berangkat lebih awal ke Sekolah," Sagara berbicara dengan pakaian yang sudah rapi. "Belum mandi lagi,"

"Papa sudah bangun, Mas, Mama dimana?"

"Ada lagi nonton, buruan Pa biar cepat sarapan, berarti Papa belum sholat ya?"

Raihan mengangguk polos untuk jawaban dari pertanyaan terakhir.

"Hah astaga, kenapa bisa Papa telat bangun?"

"Mama nggak bangunin," adu Raihan berharap anak kecil di hadapannya dapat membantunya pagi ini.

"Aku aja bangun sendiri masa Papa nggak bisa?"

Malah di tantang anaknya.

"Papa mandi dulu, nggak terlambat kan kalau jam 6 kita berangkat ke Sekolah?"

"Jam 6 kurang berangkatnya ya Pap!"

Raihan tidak yakin setelah melihat jam lagi, sholat subuh saja dia belum. "Oke oke!"

Sagara keluar dari kamar orangtuanya, menyusul Mamanya yang tengah nonton kartun. "Mama, masa Papa baru bangun, nggak sholat subuh,"

"Tidur Papa kenyenyakan itu,"

"Papa udah nggak muntah malam lagi Ma?"

Pertanyaan Sagara langsung menyadarkan Mamanya, benar sudah tidak lagi semenjak hari ini. Apa karena adik bayi sudah sangat kuat atau sengaja berpihak pada Mamanya? "Alhamdulillah Mas, kasihan Papa kalau setiap hari,"

"Iya," Sagara mengangguk, "Aku sarapan duluan disini, Mama suapin ya?"

"Aku aja yang ambil sarapannya, Mama tunggu disini," lanjut Sagara cepat, berlalu ke meja makan mengambil sarapannya pagi ini yaitu omelet.

Sagara menyerahkan piring sarapan ke tangan Mamanya, "Mama kalau adek aku lahir, masih boleh di suapin?"

"Boleh, sampai kamu gede Mama bakal suapin,"

Sagara tergelak, maksudnya dia tidak sampai besar juga. "Mana ada anak di suapin sampai gede Ma,"

Mau setua apapun Sagara, dia tetap anak-anak di mata Nessa. Nessa ikhlas lahir batin menyuapi anaknya makan. "Ada, kamu nggak pernah lihat Papa di suapin Omony ya?"

"Oh iya pernah, Papa kok nggak malu sama Mama?"

"Ngapain harus malu sih, Mas? Jangan gitu ya ke Mama, Mama sedih banget kalau kamu malu,"

Nessa memotong-motong omelet telur buatannya, ada untuk Raihan juga tapi kalau suaminya itu tidak sempat sarapan Ia tidak akan membekali karena omelet mana cukup buat dijadikan bekal kan?

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang