Camaraderie 41 ~ Triplets

4.4K 307 18
                                    

Kehamilan Nessa yang baru 4 bulan sudah cukup kuat namun masih harus waspada, emosi yang naik turun sudah terlihat, apalagi ngidam dan keinginan-keinginan yang harus dituruti.

"Kamu ganteng, Mas. Kayak masih kuliah, kamu ingat nggak pas aku muji kamu karena cakep?" pertanyaan itu terlontar begitu saja karena Nessa sangat mengaggumi ketampanan suaminya yang bertambah berkali-kali lipat saat akan menjadi seorang Ayah.

"Ingat dong sayang," balas Raihan sembari memeluk istrinya.

"Tapi kamu nggak kegerahan kan? Nggak dimarah juga kan rambutnya kayak gini?"

Raihan terkekeh mendengar dua pertanyaan sekaligus dari istrinya. "Siapa yang mau marah? Lagian rambutku nggak sepanjang kayak kamu."

"Oh iya, hehe.."

Nessa tersenyum manis, "Mas nggak usah dipotong ya? Kecuali udah panjang sampai sebahu kamu. Aku suka ngelihatnya."

"Nggak janji sayang, tapi aku usahain. Ini permintaan kamu atau adek bayi?" tangan Raihan menyentuh perut istrinya yang terlihat mulai buncit. Lalu di elusnya pelan, Ia masih harus bersabar, sisa 5 bulan lagi maka mereka akan bertemu dengan si bayi.

Nessa menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Raihan. "Kalau aku kenapa? Kamu nggak mau turutin ya?"

"Hah? Bukan gitu aku mau tanya aja, penasaran."

"Aku," cicit Nessa, kemudian, "Tapi adek bayi juga, hm mungkin 50 : 50,"

"Lebih ke kamu 70, adek bayi 30 ya?" ejek Raihan senang sekali menggoda ibu hamil yang lagi sensitif.

"Beneran Mas, nggak aku aja..." Nessa merengek tapi tidak mau menampakan wajahnya. Dia berani bersumpah keinginannya melihat rambut Raihan yang panjang bukan keinginannya seorang diri melainkan berdua sama si jabang bayi.

"Iya," ujar Raihan mengalah. "Sehat-sehat ya didalam perut Mama," kepalanya sudah di depan perut sang istri sambil membisikan sebuah kalimat agar bayi mereka selalu sehat dan kuat. "Good night." Setelah mengucapkannya Raihan mengecup perut istrinya kemudian bersiap tidur.

Namun keinginan Nessa hanyalah keinginan semata mungkin bagi suaminya, padahal sudah ditekankannya bahwa Ia dan bayi mereka yang menginginkan Raihan rambut panjang untuk sementara.

Raihan tidak mendengar membuat suasana hati Nessa sore ini sangat melow. Air matanya sudah keluar terus menerus seperti sungai yang mengalir. Tidak apa lebay dalam memberi kalimat perandaian, intinya dia merasa tersakiti.

Betapa syoknya Nessa saat membuka pintu utama tadi, yang didapatinya adalah Raihan sudah memangkas rambutnya sangat rapi. Ia tidak langsung bertanya, tetapi Raihan juga tidak langsung memberikan penjelasan. Nessa biarkan suaminya itu membersihkan diri terlebih dahulu, Ia harus mengumpulkan tenaga dan energinya agar bisa berbicara lancar ketika suaminya sudah selesai mandi.

Hingga mereka makan malam pun, Raihan tidak memberikan penjelasan mengapa pria itu tiba-tiba potong rambut setelah berjanji pada istrinya untuk menuruti permintaan ibu hamil.

"Aku kenyang, ngantuk juga. Kamu makan sendiri ya." Baru dua sendok Nessa makan, Ia sudah tidak berselera dengan makanannya karena suaminya sendiri seperti manusia yang tidak memiliki perasaan.

"Adek bayi rewel ya? Atau kamu kepengen makan apa?"

"Nggak usah tanya, kamu ngga bisa turutin juga." ujar Nessa jutek. Tanpa menunggu tanggapan lagi, Ia langsung pergi dari ruang makan dan menuju kamarnya untuk kembali menangis, menumpahkan semua kekesalannya melalui air mata.

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang