Camaraderie 22 ~ Seumur hidup

3.7K 302 12
                                    

"Mas, kamu udah ngasih hadiah ke Sagara?" tanya Nessa sembari menaruh dagunya diatas bahu terbuka sang suami. Ia memeluk Raihan dari belakang.

"Belum, nanti aku ajak ke Mall biar adek milih sendiri mau nya apa."

"Kamu juga tanya ke aku mau nya apa kan?"

Nessa bisa merasakan anggukan dari Raihan.

"Masih berlaku kan mas?"

"Iya sayang." Jujur saja, bukannya tak ingin melanjutkan obrolan malam, Raihan sudah sangat kantuk. "Kamu mau apa?" tanyanya sambil mengenggam tangan istrinya.

Nessa merasa deja vu ketika meminta izin pada Raihan, seperti meminta izin pada Ayahnya. Bedanya, Ia bisa tidak minta izin langsung pada Ayahnya dan bicara ke Ibu saja. Sekarang, Nessa tidak bisa pergi begitu saja tanpa izin dari suami. "Aku minta izin ke Malang ya mas." cicitnya.

Menit-menit berlalu tanpa suara. Nessa yang menunggu jawaban dari suaminya tak kunjung datang. Dia tidak ingin menyerah walaupun waktu semakin mendekat. Raihan tidak mungkin tak memberikan izin. Namun, kenapa suaminya diam?
"Massss, masa udah tidur? Sengaja ya kamu," demi mendapati izin, Nessa menahan perasaannya agar tidak merajuk ditinggal tidur saat obrolan masih berlangsung.

"Seingatku, aku nggak tolak pas kamu ajak ke Malang cuman tunggu ada waktu ku kan. Kenapa nekat mau pergi?" jawab Raihan dengan suara rendah. Dia tidak mungkin tidur, hanya saja memikirkan jawaban apa yang seharusnya patut dikeluarkan.

Nessa semakin mengeratkan pelukannya pada Raihan. "Cece telfon tadi pagi itu mau tanya aku ikut atau nggak. Rencananya Cece, Meme, Cia sama aku."

"Mendadak."

"Iya mas mendadak, Cece baru ngabarin kebetulan Meme bisa tapi 2 hari aja."

Terjawab sudah semua tingkah istrinya sejak pagi. Memberikan pelayanan lebih dari bintang 5. Pantas saja ada yang mengganjal meskipun Raihan akui ia sangat senang dengan semua tingkah istrinya hari ini. Ada udang di balik batu, pepatah itu berguna dalam rumah tangga mereka sekarang. "Sagara?"

Nessa yang terdiam. Kalau dia mengatakan akan menitipkan pada Maminya Lisia, kira-kira Raihan tetap memberikan izin atau tidak? Mama mertua sedang di Singapura menemani Eyang berobat, sehingga Sagara dititipkan di tempat lain.

"Kamu bisa kan mas?"

"Aku udah ngasihtau jadwal ku minggu ini kan?" Raihan balik bertanya.

"Maminya Cia mau bantu jaga Sagara, disana ada Tari sama Bintang."

"Tari Bintang nggak ikut ke Malang?"

Nessa menggeleng.

"Ngapain ke Malang sih Bri? Disana memang bagus, tapi kamu kayaknya pengen banget kesana itu ngapain?"

"Liburan." jawab Nessa cepat. Harus berapa kali Nessa bilang, dia sangat menyukai kota tersebut.

"Masih banyak kota yang bisa dikunjungi selain Malang,"

"2 hari aja kok mas aku sayang, kamu juga kerja kan itu weekend. Jadi kasih izin dong ke aku." Opsi terakhir membujuk adalah mengeluarkan suara yang super manja layaknya anak kecil. Jika gagal....

"Cece ngajak anaknya nggak?"

"Nggak! Nggak ada yang ngajak anak."

"Kapan?"

"Kalau diizinkan jumat sore aku berangkat,"

Mata Raihan terbuka, ia langsung berbalik membuat Nessa terkejut. "Jumat berarti besok? Lebih mendadak."

Nessa meringis. Mendadak banget ya, tapi beginilah dunia. Kalau tidak mendadak sangat jarang bisa terjadi.

Soal memberi izin atau tidaknya, Raihan bukan orang yang ketat aturan. Bukan orang yang ribet, cuman dia bingung saja sama Briana Sairish yang malam ini sangat cantik dengan lingerie merah nya yang sayang sekali sudah tergelatak di lantai. Raihan masih belum menemukan jawaban yang pas terkait kenapa istrinya sangat ingin berlibur ke Malang.

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang