Camaraderie 25 ~ Flu

4.1K 288 6
                                    

"Air hangat nya udah aku siapin, atau kamu mau mandi bareng sama aku?" Raihan keluar dari kamar mandi setelah menyiapkan air hangat untuk mandi sang istri yang semakin hangat tubuhnya.

Nessa memutar mata malas dengan kalimat akhir suaminya. "Makasih mas Raihan."

"Kamu masih kuat nggak? Mau di seka aja?"

"Aku cuman flu sayang, bukan demam tinggi."

Raihan mengangguk, "Ya udah mandinya jangan lama, habis sholat magrib istirahat."

"Kamu nggak ada niat mau tularin sakit kamu ke aku kan?" Raihan bertanya sambil menahan diri untuk tidak salah tingkah akibat istrinya yang bukannya langsung ke kamar mandi, malah memeluk dengan kuat. Jarang-jarang tahu Briana mau seperti ini.

"Nggak suka aku peluk?"

"Suka lah." Raihan membalas pelukan istrinya. Lagian mereka baru pulang dari rumah sakit, kuman-kuman masih melengket di tubuh mereka jadi tidak masalah bila harus berpelukan langsung. Kecuali Sagara, hanya balita tersebut yang sudah bersih.

Suami-istri itu berpelukan dengan keadaan yang damai, menyalurkan kerinduan yang tertahan beberapa hari. Selagi Sagara belum mencari, mereka menggunakan kesempatan dengan baik. Raihan sedikit membungkukan tubuhnya agar sejajar, karena ia juga ingin merebahkan kepalanya di bahu sang istri. "Selama ini kita sering pelukan tapi singkat, kalaupun lama itu pas mau tidur."

"Meskipun singkat malah jadi kebiasaan, rasanya sekarang kalau nggak meluk kamu aku bakal gelisah." jawab Nessa jujur. Pelukan dengan pasangan itu menurutnya sudah menjadi kewajiban, harus dilakukan walau sebentar. Dampak positifnya sangat luar biasa.

"Gengsi kamu udah hilang ya? Dibuang di Malang?"

Nessa memukul dada suaminya dengan wajah marah, bukan wajah malu-malu seperti tokoh-tokoh perempuan di novel.

"Aku minta maaf. Gemes banget istriku." Raihan terlalu gemas dengan tingkah istrinya sehingga ia tidak tahan bila tidak mengecup seluruh wajah sang istri. "Aku nggak mau lepas pelukan ini, tapi kamu harus mandi sebelum adzan. Mau aku mandikan biar cepat?"

"Biar cepat, itu selesainya lebih dari satu jam ya?"

Raihan terbahak, kali ini niatnya tulus kok karena istrinya lagi sakit. Tapi kenapa Briana menangkap maksud lain.

Mau tidak mau Nessa melepaskan pelukan mereka yang terasa sangat nyaman. Kemudian langsung masuk ke kamar mandi.

Raihan tidak keluar dari kamar karena belum mandi, membiarkan Sagara bermain sama bude. Ia berbaring di sofa sembari memejamkan mata barang sejenak saja.

"Papa! Mama! Papapp! Mamaa!" suara teriakan panggilan disertai ketukan yang hampir menyerupai gedoran itu memaksakan mata Raihan untuk terbuka. Ia bangkit dan membuka kan pintu kamarnya. Tanpa disuruh pun, Sagara langsung masuk.

"Na Mama?"

"Mandi. Jangan dekat sama Papa dulu ya. Papa belum mandi." pinta Raihan kembali berbaring di sofa.

"Ote."

Astaga. Anaknya sudah besar, sudah bisa merespon dengan satu kata. Raihan tersenyum, melihat pertumbuhan anaknya yang semakin pintar.

Nessa mandi secepat yang ia bisa, sepertinya dia dilanda demam. Ketika keluar dari kamar mandi sudah ada anaknya bermain mobil-mobilan sendiri.

"Mama!" tegur Sagara senang. "Papa bo!" beritahu putranya sambil menunjuk ke arah Papa nya yang terbaring pulas di atas sofa. Nessa mengikuti arah yang di tunjuk dan benar saja suaminya ketiduran. Sejak kapan? Perasaan Nessa mandi tidak lama, dan bagaimana bisa Sagara masuk kesini?

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang