Camaraderie 2 ~ Sagara tunggu Papa

9.6K 509 8
                                    

Sagara menangis begitu mendengar Papanya akan keluar bukan untuk bekerja. Anak bayi yang baru kemarin berusia lima bulan itu tidak mau lepas dari gendongan sang Papa, ia terus menangis saat Mamanya akan mengambil.

"Papa mau pergi bentaaarrrr aja sayang, kasihan teman-teman Papa udah tungguin." ucap Nessa membujuki bayinya yang entah mengerti atau tidak.

"Aku nggak jadi pergi, lebih kasihan Sagara sayang."

Nessa menggeleng tidak setuju, baru hari ini suaminya itu ada waktu luang untuk bertemu temannya sekaligus mengunjungi cafe.

"Sagara cepat besar makanya, biar bisa ikut Papa nongkrong." kata Nessa lagi terus berusaha. Bayi Sagara diam, memperhatikan wajah Mamanya. Tidak mau membuang kesempatan, Nessa mengambil alih pergendongan. Sagara merengek kecil. "Mas buruan pergi,"

Raihan mencium kening istri dan anak nya, dan berpamitan pergi. Mau bagaimana lagi, Tian membutuhkannya untuk membantu mempersiapkan pernikahan. Hari ini Raihan hanya masuk kerja sampai jam 2 siang, lalu pulang kerumah lebih cepat. Perasaannya tersentuh saat Sagara menangis karena ia meminta izin akan keluar. Memang setelah memiliki anak, perasaan Raihan jadi lemah. Mobil berhenti di parkiran cafe—tempat usaha mereka ketika kuliah.

"Wih Papa muda akhirnya datang." sambut Vicky sebagai ketua panitia pertemuan malam ini.

"Gue kira lo datang sama Sagara. I miss him so much," kata Jingga yang disetujui oleh Vicky. "Gue ngira juga gitu."

"Nggak bakal gue ajak kalau malam."

"Nessa aja yang diajak kalau gitu," sahut Chandra cekikikan. Selain perasan Raihan yang semakin lemah, ada sifat cemburunya yang semakin meningkat dan semua teman-temannya tahu itu. Makanya pemuda-pemuda yang berkumpul disini senang menggodanya.

"Tian mana?" tanya Raihan kemudian.

"Masih dijalan. Lo kapan nyusul Pik?" tanya Chandra.

"Nyusul apa?" dahi Vicky berkerut bingung dengan pertanyaan Chandra. "Oh nikah? Kalau nggak besok ya besok lusa sih." sambungnya menjawab dengan enteng.

"Chan sok- sok-an tanya, lo sendiri kapan?" tanya Jingga.

"Nikah gampang, yang susah cari orang yang mau jadi pacar." balas Chandra.

"Lo sih kebanyakan main sama anjing daripada manusia." gerutu Vicky.

Raihan hanya diam menyimak seperti biasa, ketiga manusia yang sedari tadi berbicara adalah perpaduan pas didalam pertemanan mereka.

"Sebelum Tian datang, gue mau saranin lo tanya Tian, apa yang dia obrolin sama Nessa malam itu setelah kita kumpul. Gue penasaran anjir." kata Vicky.

"Kumpul yang mana?" tanya Raihan balik.

"Itu lho, yang kami baru tahu lo sama Nessa mau nikah. Nah malam itu kan Tian sengaja nggak pulang barengan." Luar biasa, itu sudah dua tahun yang lalu dan rasa penasaran Vicky belum hilang. Raihan tidak ingin melihat ke belakang, fokusnya untuk saat ini dan di masa depan. Jadi, ia hanya mengiyakan saja saran dari temannya.

"Vicky gila!" seru Jingga tak habis pikir.

"Baru nyadar?" sahut Raihan tertawa keras.

"Kalau pun ada yang diobrolin urusan mereka bertiga, lo mau banget tau Pik.." Chandra menggelengkan kepalanya.

Vicky berdecak, "Kalau gue tau, nggak bakal gue kasihtau lo semua." ancamnya.

"Kenapa sih? Lo kenapa mau tau? Ada yang lo curigain?" balas Chandra.

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang