Camaraderie 68 ~ Gender Reveal

3.1K 281 24
                                    

"Nessa baru lihat Papa," ujar Nessa malu mengakuinya. Saat main kerumah mertuanya, hanya ada Mama. Katanya sih Papa mertuanya sibuk dengan hobi baru di akhir jelang masa pensiunan.

Kali ini mereka bertemu di Rumah Sakit, tepatnya di Basement. Ketika Nessa hendak menunggu lift terbuka ternyata di dalamnya ada Papa mertua yang akan pergi. Namun karena ada menantu, Papa mertuanya itu memilih untuk mengobrol sebentar.

"Nggak di bolehin jalan kamu sama Raihan?" Pertanyaan tersebut terdengar seperti sebuah cibiran tetapi dengan nada yang santai juga kekehan khas mertuanya yang emang mudah sekali tertawa.

Mirip kayak sebuah istilah receh gitu.

Nessa menggeleng cepat, "Nggak Pa, Nessa rajin kerumah tapi nggak pernah ketemu sama Papa,"

"Mama ada cerita, gimana sehat?"

"Alhamdulillah, ini mau check up lagi," jawab Nessa.

"Gender bayinya apa Sa? Mama bilang belum tahu, Raihan ngelarang kasih tahu ya?"

Untung Nessa sudah tahu bagaimana hubungan Bapak dan anak. Antara Papa mertua dengan suaminya. Jadi Ia tidak kaget saat Papa mertuanya bertanya seakan menuduh Raihan yang tidak-tidak. Hubungan mereka terlampau baik, seperti seorang sahabat.

"Rencananya hari ini mau tahu," jawab Nessa terkekeh. Dia gugup ketika mengingat kembali tujuannya check up. Gimana tebakan suaminya salah? Bukan hanya Raihan saja yang sedikit kecewa, Nessa juga pasti.

"Papa tunggu kabarnya, cowok atau cewek sama aja yang penting sehat ya dek," ucap Papa mertuanya sedikit menunduk menatap perut bulat Nessa yang kini semakin membesar di usia kandungan 6 bulan. "Kamu juga harus sehat, bahagia Sa," lanjut Papa mertuanya.

Nessa mengangguk, kemudian nada dering notif dari Whatsapp nya berbunyi. Pesan dari Raihan yang bertanya keberadaannya. "Mas Raihan udah tungguin Pa, Papa mau kemana?"

"Mau keluar sebentar. Raihan cuman tungguin? Nggak jemput kamu disini? Gimana sih tuh anak?!"

"Nggak apa-apa Pa, Nessa yang suruh," buru-buru Nessa menjawab tuduhan lagi dari Papa mertua untuk suaminya. "Hati-hati ya Pa," sambungnya.

"Jangan lupa kabarin Sa," ucap Papa lalu meninggalkan tempat.

Nessa sudah di depan ruang dokter kandungan biasa tempatnya meriksa bayinya sejak Sagara ada. Jadi, Sagara dan adiknya sama-sama satu dokter. Karena sudah nyaman dengan dokter Dira, Nessa enggan mengganti dokter obgyn untuk bayi keduanya. Bersyukur dokter tersebut masih bekerja di tempat yang sama dari dulu, hanya bertambah tempat praktik saja.

Sementara sambil menunggu suaminya, Nessa harus duduk di depan ruang Obgyn sendiri. Sayang sekali, Sagara tidak bisa ikut kali ini karena Sekolah.

"Kenapa sih suka diam-diam udah disini? Aku bisa jemput kamu bahkan dari rumah pun bisa," dumel Raihan sembari berkacak pinggang.

"Ya maaf, aku ketemu Papa kamu di bawah, Mas,"

Tangan Nessa di genggam Raihan setelah suaminya itu duduk tepat di sampingnya, mengabaikan ocehan Nessa barusan. "Mas Raihan, aku gugup lho beneran sumpah, apapun gender adek bayi di terima ya,"

"Iyalah, tungguinnya lama masa cuman nggak sesuai gender aku nggak terima?"

Nessa lega, lagian tidak ada yang perlu di khawatirkan, suaminya ini orang paling baik yang pernah di kenalnya. Hatinya seluas samudra. "Makasih mas Raihan, oh ya kamu pulangnya bareng aku kan?"

"Kayaknya nggak, aku masih ada kerjaan," jawab Raihan iseng.

"Ya udah, aku sama Sagara aja ke Thailandnya," balas Nessa.

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang