Camaraderie 57 ~ Lagi ada maunya

3.1K 278 28
                                    

Cita-cita Nessa dari dulu tuh cuman satu yaitu pengen jadi Mama. Semasa kecilnya jarang sekali mendapatkan perhatian penuh dari Ibunya membuat Nessa menantang diri, sesusah apa sih jadi seorang Ibu hingga dirinya hampir seperti anak terlantar, Ibu nya tuh dulu kayak tidak memprioritaskan anak. Ini pemikirannya saat menjadi anak kecil.

Lalu, Nessa besar menikah dan akhirnya memiliki satu orang anak laki-laki. Karena dirinya memilih menjadi seorang Ibu Rumah Tangga, disinilah tantangan terbesarnya.

Ternyata menjadi seorang Ibu itu susah.

"Mama ngomong cuman di dengar nggak di ingetin ya? Masuk kuping kanan keluar kuping kiri," omel Nessa begitu melihat anak semata wayangnya itu pulang main ketika warna langit berubah menjadi oren sebuah transisi menuju waktu malam.

"Mama kan sudah bicara dek, Sagara, Papa sampai rumah sore, bisa nggak kamu mainnya sebentar aja hari ini?" Nessa mengingatkan lagi peringatannya sebelum Sagara pergi main.

Sagara pulang tidak hanya di waktu mepet hampir malam, tetapi dengan seluruh tubuh berlumuran lumpur. Gimana Mamanya tidak emosi? Mana sudah dua hari berturut-turut kelakuannya begini.

"Kemarin Mama nggak marahin kamu pulang jam segini ya karena Mama biarin ternyata kamu ulang," lanjut Nessa. Ia masih mengomel putranya di halaman rumah. Tadi, Ia ingin mencari anaknya karena tidak pulang-pulang, baru buka pagar, sosok anak kecil yang cemong banget dan sayangnya merupakan anaknya itu sudah tiba.

"Maaf Mama," ucap Sagara menundukan kepalanya. Ia memasrahkan diri untuk di omel banyak karena kesalahannya.

"Papa sudah ada," ujar Nessa membuat Sagara semakin lemas.

"Bersihin dulu badannya di air keran baru masuk lewat dapur! Bajunya langsung di cuci, nggak ada yang mau bantuin cuci baju kamu kotornya kayak gitu," Nessa menghela nafas, mentang-mentang Papanya tidak ada beberapa hari di rumah, Sagara malah kebebasan.

Nessa tidak tahu kenapa Sagara lebih takut sama Papanya dibandingkan Mamanya. Dia mau jadi Mama yang lembut dan tidak mudah terpancing amarah tapi tidak bisa.

"Mama, bajunya nanti ya Sagara cuci. Sagara kan habis magrib ngaji di mesjid," ucap Sagara pelan.

"Terus kenapa pulangnya lama? Sebentar lagi adzan magrib, kamu sekarang aja belum mandi,"

"Sagara janji bakal cuci nanti malam selesai Sagara ngaji, Ma,"

Putra Nessa itu kalau merasa bersalah pasti menyebut dirinya dengan nama, ya pokoknya tidak seperti biasa.

"Besok, lusa atau kapanpun kamu cuci, Mama nggak mau tahu. Baju kamu kok yang rusak,"

Setelah membersihkan diri dengan air keran lalu masuk ke rumah, Sagara langsung menuju ruang laundry untuk menyimpan bajunya di dalam ember. Sekarang ia takut bila bertemu Papanya, makanya Sagara buru-buru ke kamar.

Sagara mengunci pintu kamarnya, untuk saat ini dia bersyukur karena kamarnya dengan kamar orangtuanya sudah berbeda, tidak lagi berdampingan dan bisa masuk lewat pintu penghubung. Dia tahu, dia telah mengingkar janji sama Papa, membuat Mama marah terus-terusan. Untuk itu, Sagara mau pergi sholat dan ngaji dulu di mesjid lalu minta maaf beneran sama Mamanya.

Sehabis mandi dan berpakaian khusus mengaji, dia segera meninggalkan kamarnya. Namun, di depan kamar sosok Papa yang harus di hindarinya berdiri menggunakan pakaian yang sama dengannnya dan malah tersenyum.

"Ayo bareng Papa," ajak Papanya.

"Papa nggak capek?" Sagara bertanya sedikit gugup.

"Capek? Nggak dong, sholat kan wajib jadi nggak boleh capek,"

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang