Camaraderie 16 ~ Pillow Talk

4K 275 11
                                    

Nessa paham dengan kekhawatiran yang dialami oleh Raihan. Perihal tambah anak sebenarnya sudah mereka diskusikan saat Sagara baru beberapa hari di dunia ini. Cuman, rezeki yang datang tiba-tiba dari Tuhan tidak boleh di tolak bukan?

Ada perasaan tidak yakin, karena jadwal datang bulan untuk bulan ini masih di akhir bulan. Jadi, Nessa tidak bisa menebak apakah ia hamil lagi atau tidak. Bukan hanya suaminya yang khawatir, Nessa juga.

Setelah pulang dari makan bakmie diluar, sampai dirumah, mandi dan Raihan langsung bermain dengan Sagara. Pokoknya hingga sekarang, Raihan tidak pernah jauh dari putra mereka. Menghabiskan waktu bersama.

Sagara terhitung terlalu kecil untuk memiliki seorang adik. Membayangkan putranya akan bernasib sama seperti Bintang, Nessa tidak sanggup. Bintang tetap mendapatkan kasih sayang penuh dari kedua orangtuanya, namun tetap saja menurut Nessa, anak perempuannya itu tidak bisa menikmati waktu hanya bertiga bersama Ayah dan Bunda nya.

'Ya Allah, sejujurnya aku belum siap.' dalam hati, Nessa berdoa semoga cengengnya Sagara akhir-akhir ini, keinginan yang harus dipenuhi dari Raihan hanya hal biasa. Tidak bermaksud, Nessa sedang hamil.

"Ma..ma.." panggil Sagara sambil menunjuk ke arah Mamanya yang duduk di depan meja rias.

"Sabar ya adek, Mama lagi bersihin muka." jawab Raihan menaruh anaknya di atas perut.

"Ma..ma,"

"Tadi pagi aku ngomong sama adek, bertiga ke New York eh anaknya geleng-geleng kepala, pas aku bilang ke Balikpapan malah ngangguk. Kayak ngerti aja bicara Papa.." kata Raihan menceritakan kejadian pagi tadi di teras rumah.

"Kangen Eyang sama Abang Jeje ya dek," balas Nessa masih berkutat pada kegiatan rutinnya tiap malam.

"Ma..." Sagara merengek ingin bersama Mamanya.

Nessa menyuruh anaknya agar bersabar beberapa menit lagi, ia masih menyiapkan wajahnya untuk dipakaikan masker serum instan. Kemudian, dipasangkan di wajahnya, pelan-pelan ia memijat seluruh mukanya agar kandungan serum di masker tersebut menyerap kedalam kulit dan menghasilkan kulit yang lebih sehat. Kegiatan skincare malam ini belum usai karena belum sampai di tahap akhir. Menunggu waktu 15 menit untuk membersihkan wajahnya, Nessa bangkit dari tempat duduk dan berniat menggendong Sagara.

"Utututu sayangnya Mama,"

Sagara terdiam memperhatikan Mamanya, bayi itu tidak langsung bergerak ke dekat Mamanya. Padahal si Mama sudah merentangkan kedua tangan ingin menggendong. Dan berakhir..... Sagara menangis kencang beringsut ke dekat Papanya.

"Masker kamu warna putih, ya takut dong anaknya." ujar Raihan sigap menyambut Sagara yang mendekat.

"Mama lho ini," Nessa menunjuk dirinya sendiri. "Nggak apa-apa, masa Mama yang cantik kamu takutin."

"Lepas dulu masker kamu,"

"5 menit juga belum, mas."

Nessa memaksa mengambil Sagara yang ketakutan, anaknya memeluk leher sang Papa dengan kuat, mungkin butuh perlindungan dari Papanya. "Oke-oke, Mama lepas." Nessa begitu pasrah. Dibuangnya masker yang dipakai ke dalam tong sampah lalu mengambil tisu untuk membersihkan wajahnya.

Barulah Sagara berani mendekat ke Mamanya tapi masih menangis. "Adek mau apa?" tanya Nessa lembut. Tak kunjung ada jawaban karena Sagara juga belum bisa bicara. Nessa menggendong sambil berdiri, berjalan pelan keliling kamar. Dan tangisan si bayi mereda.

"Lagi bosan dirumah terus kayaknya," komentar Raihan.

"Udah malam banget dek," ucap Nessa menyentuh hidung Sagara dengan hidungnya. "Tapi berapa hari ini kan jalan sama Mama."

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang