Camaraderie 31 ~ Mas Raihan

3.2K 281 12
                                    

Setelah mandi, Raihan dan Sagara langsung tidur di kamar. Meninggalkan Nessa seorang diri di Villa sebesar ini. Rasa kesalnya mencuat dengan tingkah suaminya seperti anak kecil. Cemburu? Setiap kesempatan, suaminya selalu cemburu!

Sarapan mereka harusnya diluar setelah turun dari gunung, namun karena suaminya kepalang marah mereka tidak jadi sarapan. Tentang liburan begini, Nessa tidak pernah lupa membawa bekal makanan instan. Jadi, Ia memasak mie untuk makannya sekarang. Nanti saja dipikir makanan untuk suami dan anaknya.

"Pantes aja Malang jadi favourite," gumamnya mengulangi sindiran Raihan tadi. Pikiran pendek Raihan tidak membuat Nessa tersinggung begitu saja, buat apa Ia merasa sakit hati kalau bukan kebenaran?

Kenapa Malang? Karena pertama kali Ia ke Malang waktu SMA bersama keluarganya. Itu adalah liburan pertama keluarganya setelah hampir 10 tahun tidak melakukannya. Saat Mba Ari sudah menyelesaikan pendidikan kedokteran, mereka memutuskan untuk ke Malang sebelum juga kakak perempuannya itu akan jadi istri orang. Karena saat koas, Mba Ari sudah di lamar oleh kekasihnya.

Setelah itu, mereka tidak pernah liburan berempat lagi. Makanya, Nessa berusaha untuk tidak melupakan kenangan tersebut. Selalu menyebut Malang adalah favorite.

Sehabis makan, dan mencuci piring, Nessa mau menyusul dua lelaki tampannya tidur. Tidak tidur semalaman menguras tenaga. "Mas Raihan, kamu beneran tidur atau cuman mau menghindar dari aku?" tanyanya, padahal dengkuran halus suaminya sudah sangat jelas menandakan suaminya itu benar-benar terlelap.

"Harus berapa kali deh aku bilang, kamu nggak usah cemburu gitu karena aku orangnya paling setia," bisik Nessa tepat di telinga suaminya, ia tahu sangat tidak sopan. Tapi... cup! Ia memberi ciuman di seluruh wajah Raihan tanpa terkecuali. Sialnya, Raihan tidak terganggu sama sekali, sudah seperti patung.

Sebelum ikut menyelami alam mimpi, Nessa memperhatikan wajah putranya. Dalam tidurnya, Sagara masih sesegukan. Kasihan sekali tapi lucu terus menggemaskan. "Nanti sama Mama ke Balikpapan," ucapnya sengaja agar suaminya itu mendengar.

****

Astaga, Raihan masih tidur di jam 3 sore? Mungkin pria itu terbangun lalu melanjutkan tidur lagi, iya mungkin begitu. Nessa tetap berpikir positif. Ia baru saja bangun, ketika membuka mata punggung suaminya dengan nafas teratur yang pertama kali ia lihat.

Sagara? Lah, anaknya kemana? Balitanya sudah tidak ada di tempat tidur, melihat sekeliling kamar juga tidak ada. Nessa langsung bergerak, mencari keberadaan putranya, untung kamar mereka di lantai pertama. "Sagara?" Panggilnya begitu sudah diluar.

"Adek?"

"Sagara?"

Perasaan cemas menghantuinya, mereka sedang tidak dirumah, tentu saja Nessa tidak tahu dengan area Villa ini. "Sagara?" panggilnya lagi, sambil mengecek seluruh ruangan, dari area dapur, ke lantai dua, turun lagi, dan terakhir di area belakang villa dimana ada kolam berenang. Tidak mungkin, anaknya keluar dari villa, karena semua pintu terkunci.

Hatinya tetap mengatakan untuk mencari diluar, ketika Nessa membuka pintu, dugaannya ternyata salah. Pintu depan tidak di kunci. Kalau kayak gini, Ia harus kembali marah pada Raihan.

"Mama! Sagaula nayik ayunan," seru Sagara tertawa kecil. Balitanya berada di ayunan halaman depan villa.

Nessa menyusul dengan perasaan luar biasa lega. Villa mereka terletak di tengah hutan dan berada di atas bukit. Hanya ada dua villa, kedua villa dipakai oleh mereka juga. Sedangkan sekarang, disini cuman merea bertiga. Bayangan kejadian buruk terjadi pada Sagara lintas begitu saja di pikirannya.

"Adek," peluknya hampir menangis.

"Mama, bewenang yuk Mama,"

Kenapa ya, anak-anak kecil tuh santai setelah membuat orangtuanya panik. Malah, mengajak berenang. "Kamu kenapa bisa keluar? Siapa yang bukain pintunya?"

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang