🌿13⁀➷

20 2 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.

"Shh pelan-pelan Pii," desis Saint ketika Dafikah menekan kapas dengan kuat pada sudut bibirnya. Dafikah mengobati luka Saint yang ditonjok Saskia.

"Salah kakak sendiri! Ngapain nyerang teman aku!" sungut Dafikah kesal. Setelah lama tidak bertemu, setelah bertemu malah seperti ini.

"Ya... Kan kakak ada urusannya sama teman kamu. Kakak gak nyakitin kamu loh. Jadi kakak gak salah," ucap Saint membela dirinya.

"Sama aja! Kakak kemana selama ini hah! Aku gak bisa hubungi kakak sama sekali! Terakhir kali kita bertemu itu di disini, empat tahun yang lalu," Dafikah cemberut menatap Saint setelah selesai mengobati luka nya.

"Kan kakak kuliah," jawab Saint tenang.

"Kuliah di planet lain? Disitu gak bisa komunikasi kah? Aku pikir kakak udah amnesia terus gak inget kalau masih punya adek,"

"Yakali!" balas Saint menoyor kepala Dafikah pelan.

"Ish!" Dafikah menatap Saint dengan sebal.

"Kakak baru balik loh, bukannya dipeluk malah di omelin, udah kayak mami aja dah," Saint merebahkan diri di atas kasur Dafikah dengan kedua tangannya sebagai bantalan.

Dafikah masih diam. Jujur saja dia sangat senang melihat kakak nya kembali. Tapi dia masih kesal dengan kejadian yang menimpa teman-temannya dan itu ulah kakak kesayangannya ini.

....

Asyuu!
Asyuu!
Asyuu!

(Suara bersin versi Alea beda ya)

Alea saat ini sedang berada di kamarnya. Sedaritadi tidak berhenti bersin ditambah dengan rasa pusing. Alea duduk di atas kasur dengan novel yang berada di tangan kanannya. Kamar Alea dipenuhi dengan tisu bekas yang berserakan.

"Alea, Buset! Ini kamar atau tempat sampah?" tanya Azka yang baru masuk ke kamar Alea. Alea hanya meliriknya sekilas lalu melanjutkan membaca novelnya.

"Ale lu demam?" Azka meletakkan sebelah tangan kiri nya di kening Alea. Dia merasakan hangat dan sudah yakin sebentar lagi Alea demam. Sudah gejalanya seperti itu.

"Bang, lu tadi habis megang apaan? Tangan lu bau ih!" ucap Alea dengan suara serak menjauhkan tangan kiri Azka.

"Kok bau? Megang apaan ya?"

"Dih jauh-jauh sono! Lu belum mandi pasti," kata Alea mendorong Azka. Tapi yang didorong bahkan tidak beranjak sedikitpun. Badan kecil Alea mendorong Azka yang kembaran titan, oh tidak bisa🤣

"Apaan! Gue udah mandi. Kamar lu mungkin yang bau. Geser lah gue mau duduk," ucap Azka menggeser tubuh mungil Alea. Bukannya tergeser, Alea malah terjatuh dari tempat tidur. Tenaga Azka benar-benar deh.

Bukk (Anggap bunyi orang jatuh, aku gak tahu suara aslinya gimana)

"Hahahaha," bukannya menolong Alea, Azka malah menertawainya. Definisi abang laknat emang.

"Abang! Kebiasaan deh. Kepala gue pusing malah lu dorong. Pen gue mati muda apa?" omel Alea berusaha naik ke atas tempat tidur. Azka masih terkikik dan diam ketika Alea menatapnya tajam. Alea mengambil novelnya di lantai dan manaruhnya di atas meja. Alea menarik selimut dan membungkus seluruh tubuhnya membelakangi Azka.

"Ale~" panggil Azka.

"Diem lu, gue gak mood debat sama lu!" jawab Alea ketus.

"Cepat sembuh naa jangan sakit. Pokoknya gak boleh sakit hm," bisik Azka dibelakang Alea sambil mengelus surai panjang adiknya.

Friend? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang