🌿34•*⁀➷

10 2 0
                                    


Brakk

"Anjing!" umpat Ardan ketika sebuah mobil menabraknya dari belakang sehingga Ardan jatuh dengan kaki nya yang terhimpit.

"Eh maaf," ucap seseorang membantu Ardan berdiri.

"Ck," Ardan melepaskan tangan cewek itu dari lengannya. Ardan menatap motornya yang malang.

"Maaf, loh kita satu sekolah?" tanya cewek itu yang tak lain adalah Lina. Yoaclina temannya alm. Feira.

"Berisik banget sih lu!" dengus Ardan. Dia tahu siapa gadis didepannya ini.

"Terserah. Sebagai ucapan maaf gue, lu berangkat bareng gue aja. Nanti motor lu dibawa ke bengkel. Gue yang nanggung semuanya,"

Ardan mengangguk malas. Dia sih mau-mau aja karena kata mama dia dilarang nolak rezeki.

Ardan tidak menyadari sebuah senyum miring terbit diujung bibir Lina. Kena lu!

...

"Pacar lu kayaknya udah bosan sama lu," Areta menghentikan jalannya. Dia menatap Lina heran, ini anak Ips kenapa gentayangan mulu disini. Kemarin Cyndy sekarang Lina.

"Hm," Areta membalas dengan gumaman saja.

"Lu itu terlalu kaku buat dia yang super aktif!"

"Kuyang ya? Kok bisa gentayangan sampe sini?" Areta mengerutkan dahinya seperti orang berpikir.

"Kurang ajar!"

"Ajarin dong mbak pelakor, kan lu udah ahli banget tuh jadi orang ketiga," jawab Areta menyunggingkan senyum miringnya.

"Oh jadi lu ngatain gue? Gue kabulin." Lina pergi dan disaat itu juga senyum Areta hilang. Tadinya dia permisi sebentar ke toilet tapi malah ketemu Lina si pelakor. Areta berjalan cepat menuju kelasnya.

"Setdah si bulol!" sindir Saskia melihat Ardan yang tadinya hanya diam langsung misuh-misuh gak jelas ketika Areta masuk.

"Diem lu tiang," sentak Ardan tapi itu tidak membuat Saskia takut. Lagipun ada Zio yang disamping Ardan.

"Gue gak takut, kalau lu berani sama gue tuh disamping lu ada abang ganteng yang bakal nonjok lu wleekk!" ledek Saskia pelan takut kedengeran sama guru yang mengajar.

"Dih mentang ada abang lu! Gue gak takut!" balas Ardan membuat Zio yang tadinya fokus ke papan tulis menatap Ardan yang ada disamping kiri nya. Ardan yang merasa ada hawa neraka mengangkat dua jarinya pertanda damai. Itu semua tidak luput dari pandangan Saskia yang terkikik geli.

"Lu dipanggil sayang sama Zio berasa kek orang pacaran," kata Davikah.

"Awalnya kan emang mau gitu, tapi yaudahlah. Le ambil aja gih abang gue," kata Saskia membuat ketiganya terkejut. Saskia udah mau bicara sama Alea?

"Gue?" tanya Alea lalu Saskia mengangguk.

"Setidaknya maafan dulu kek baru ngobrol santai. Jadinya enak," kata Ifon yang tak sengaja dengar ucapan Saskia.

"Dih nyambung aja lu! Loh Vinzo mana?" tanya Saskia baru menyadari kalau Vinzo gak ada dibangku nya.

"Tadi dia berangkat bareng gue, cuma dia minta temenin sarapan dulu. Yaudah kita berhenti tapi abang gue datang marah-marah karena Vinzo gak nganterin gue sampe sekolah. Trus gue gak tahu tuh anak dimana sekarang," Alea menjelaskan kejadian yang cukup menegangkan tadi pagi.

Setelah Azka menyuruh Alea masuk ke mobil, Azka hanya menatap tajam Alea. Tidak biasanya Azka seperti itu membuat Alea menciut takut. Alea hanya diam dan langsung turun ketika mobil Azka berhenti didepan gerbang sekolah.

"Mungkin bolos," kata Areta.

"Gak mungkin bolos tanpa kita berdua sayang," sambung Ardan menunjuk dirinya dan Ifon kepada Areta dengan panggilan sayang membuat Saskia menampilkan wajah seperti ingin muntah.

"Iri lu tiang! Makanya cari pacar sono!" sindir Ardan membuat Saskia melempar sepatu miliknya yang sebelah kiri dan tepat mengenai dahi Ardan.

"Yang! Teman kamu ganas kek kingkong!" adu Ardan kepada Areta. Kalau kalian tanya kenapa mereka bisa bicara leluasa seperti ini karena guru yang tadinya mengajar izin sebentar ke ruang kepala sekolah.

"Gak usah lebay," balas Areta membuat Saskia, Dafikah dan Alea menyemburkan tawa mereka.

Hahahaha

"Hahaha apa gue bilang... Lu gak cocok sama teman gue Black," ejek Saskia.

"Ardan," Lina masuk ke kelas mereka membawa sesuatu ditangannya.

"Lu kenal dia cok?" tanya Ifon dan dibalas gelengan sama Ardan.

"Keknya tiap hari kita kedatangan tamu anak ips deh. Heran gue," sindir Bunga membuat Putri mendelik kesal. Itu sama saja Bunga juga menyindir Cyndy yang merupakan temannya.

"Gue cuma ngasih kunci motor Ardan doang. Gak usah berlebihan," kata Lina memberikan kunci motor Ardan.

"Kok bisa sama lu?" tanya Ifon.

"Gue ketabrak sama dia, motor gue rusak. Yaudah dia yang tanggung jawab." Ardan menjelaskan kejadian tadi pagi tanpa melebihi atau mengurangi satu kalimat pun.

"Kok lu nabrak dia?" tanya Ifon tidak terima.

"Ketabrak. Punya otak pinteran dikit elah," Lina pergi setelah mengatai Ifon.

"Untung cewek lu. Anjing."

"Lu kenapa?" tanya Alea melihat Areta yang termenung. Areta menggeleng pelan.

"Ck gak usah bohong lu!"

Areta menceritakan kejadian disaat dia ketemu Lina di toilet tadi. Alea mengepalkan tangan kanannya kesal.

"Biarin aja," kata Areta melepaskan kepalan tangan Alea.

Sama seperti Dafikah dan Feira, ternyata Areta kenal dengan Lina sejak mereka kecil. Iya sejak mereka masih kecil cuma bedanya mereka bukan tetanggaan melainkan sepupu jauh.

Lina dengan tubuhnya yang langsing dan putih membuat siapapun akan memujinya. Termasuk keluarga Areta. Jordan selalu memuji sepupu jauhnya itu dengan kata cantik. Niel juga sangat akrab dengan Lina. Areta yang tahu sifat Lina yang asli enggan berbicara dengan Lina. Hal itu membuat Jordan dan Niel kurang suka dengan sikap Areta yang terkesan arogan.

Sampai ketika Lina harus pindah ke luar kota ikut orang tuanya. Disitulah mulai adanya jarak diantara tiga bersaudara itu.

"Sesekali tiru kak Lina kek, setiap hari senyum. Bukan cemberut kek lu kak," kata Nathaniel melihat Areta yang diam sambil menyiram bunga. Areta tidak peduli dengan ucapan Niel.








































✧༺NEXT?༻✧

Friend? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang