"Saskia Genia Kirren"
Putri tunggal seorang dokter terkenal. Siapa yang tidak kenal dengan Vilton?Saskia anak kesayangan ayahnya. Dia kehilangan sang abang disaat mereka berlibur ke Padang. Ia juga mempunyai adik yang sangat jahil tapi Saskia sayang.
"Ayah mau ngenalin kamu sama anak teman ayah," ucap Vilton kepada Saskia yang sedang merajuk. Dia merajuk karena ingin tinggal di apartemen tapi dengan tegas sang ayah tidak mengijinkannya.
"Siapa yah?" tanya Gia penasaran.
"Namanya kalau gak salah Dafikah. Dia manis seperti kakakmu," Gia mendelik tidak suka.
"Kakak gak manis yah, pahit yang ada," hal itu membuat Saskia melempar Gia dengan sendok. Padahal mereka sedang sarapan bersama.
"Kak jangan gitu. Kita lagi makan," kata sang mama.
"Adek tuh suka ngatain aku mah!" tunjuk Saakia kesal ke arah Gia.
"Dek jangan ganggu kakaknya," tegur sang ayah membuat Gia kicep.
"Nah kak, ini teman ayah bilang mereka udah nyampe di apartemen anaknya. Ayo ikut ayah kesana," mau tak mau Saskia mengekori sang ayah.
"Wah makin tampan aja lu!" seru seseorang menyambut kedatangan Vilton dan Saskia.
"Oh jelas! Makanya anak gue jadi cantik nyaris sempurna seperti ini," sambung Vilton membuat Alvin terkekeh. Sudah lama sekali dia tida bertemu dengan temannya ini.
"Hai," sapa Saskia ke arah Dafikah yang sedaritadi menatapnya dalam diam.
"Kak, ajak main gih. Ayah mau ngobrol sama papi nya Dafikah," Saskia mengangguk lalu mengajak Dafikah ke kamarnya.
Mereka berkenalan dan mengobrol. Saskia suka dengan teman barunya ini karena ternyata Dafikah orang yang menyenangkan, bukan seperti perkataan adiknya yang mengatakan kalau Dafikah ini anak yang judes dan cerewet. Gia sok tahu.
Setelah perkenalan di apartemen Dafikah, mereka berdua menjadi teman dekat. Dafikah terlihat lebih bahagia karena sekarang memiliki teman. Mereka menjadi sangat akrab.
"Kia kangen kakak," celetuk Saskia melihat orang yang berlalu lalang. Saskia sedang menunggu Gia untuk menjemputnya.
"Kerasukan lu lama-lama," ucap Gia ketus. Saskia mendekati Gia dan langsung naik ke atas motornya.
"Lu kenapa?"
"Gue kangen kakak."
"Gue udah bilang kan, lu bisa anggap gue sebagai kakak lu. Lu juga tahu kalau gue lebih dewasa dan tenang dibandingkan lu. Gue bisa jaga lu kak. Jangan sedih kek gini, kak Lingga udah tenang disana," kata Gia sambil memakai helm miliknya.
Saskia mengalihkan pandangannya ke arah lain agar Gia tidak melihat air mata yang jatuh dari mata Saskia karena terharu mendengar ucapan sang adik.
"Mau jalan-jalan?" tanya Gia.
Gadis yang masih memakai seragam SMP itu mengangguk. Dia butuh pengalihan agar tidak larut dalam kesedihan.
"Gia itu keknya enak deh. Beli yuk," tunjuk Saskia melihat makanan pinggir jalan. Gia mengangguk dan mereka duduk dibangku yang sudah disediakan.
"Habis ini pulang aja ya, gue gak bisa temenin lu jalan. Gue ada urusan," selera makan Saskia langsung hilang. Baru saja tadi dia baper dengan ucapan adiknya, sekarang sudah bikin badmood aja.
"Yaudah pergi aja sekarang, gue bisa pulang sendiri,"
"Nggak! Gue anterin lu pulang dulu,"
"Gue mau jalan-jalan. Lu pergi aja,"
"Gak papa nih?" Saskia mengangguk mengijinkan.
Gia pergi setelah membayar makanannya dan Saskia.
"Bang beli sate nya dua porsi. Yang satu dagingnya aja gak pake lontong," kata seseorang dibelakang Saskia.
"Gue gak mau kuah kacang, maunya kuah kuning," kata yang satunya.
Saskia bisa lihat sepertinya dua orang ini adik kakak. Mendengar ucapan si cewek, si cowok yang merupakan abangnya menutup mulut cewek itu.
"Ini bukan di Padang ya, lu jangan bertingkah!" ucap cowok itu.
"Lepasin bego! Tangan lu belum cebok! Ih!" si cewek pergi duluan meninggalkan abangnya. Si cowok mendelik sambil mencium tangannya sendiri.
"Adek laknat emang. Banyak mau banget! Kalau bisa gue cari adek baru tahu rasa lu!" ucap cowok itu.
"Bodoamat, gue juga cari abang baru. Punya abang kek lu tuh gak ada untungnya. Gak peka!" balas si cewek dan sekarang dia benar-benar pergi.
Saskia hampir saja tertawa melihat reaksi si abang cewek yang cengo. Saskia tersenyum membayangkan seandainya kakak dia masih ada mungkin seumuran dengan abang cewek tadi. Mengingat itu membuat Saskia merasa sedih lagi.
"Apa salah kalau gue nangis karena rindu sama kakak?" monolog Saskia.
"Gue butuh tempat cerita juga. Gue butuh orang yang bisa jagain gue walaupun ada Gia, sosok kakak sama adek itu beda. Gue pengen lihat senyum mama lagi. Gak ada lu tuh semuanya jadi beda kak. Gak ada yang manggil gue dengan suara khas nya lu. Gue kangen banget sama lu kak," Saskia menangis tidak peduli dengan orang yang menatapnya aneh.
Saskia menghapus airmatanya kasar. Dia berlari ke tengah jalan. Dipikiran nya sekarang adalah ingin bertemu sang kakak. Cara satu-satunya mati.
Teriak histeris terdengar melihat Saskia nekat. Seseorang berlari menghampiri gadis itu sebelum ditabrak mobil.
Grep
"Lu udah gak waras hah!" teriak orang itu marah. Saskia tidak peduli. Pandangannya kosong. Dia mengabaikan orang itu dan pergi.
"Udah gila kali ya, setidaknya bilang makasih kek!" ucap orang itu dengan kesal.
"Gue marah ya sama lu! Otak lu tinggal dimana sih hah!" Gia yang tiba-tiba datang menarik tangan Saskia kasar.
"Lu gak ngerti," lirih Saskia.
"GUE GAK NGERTI APALAGI! LU KEHILANGAN KAK LINGGA DAN GUE JUGA! TAPI GAK PERNAH ADA NIAT BUAT BUNUH DIRI! SADAR SASKIA!" hardik Gia membuat Saskia jatuh terduduk. Dia sadar ucapan Gia ada benarnya.
"Jangan ulangi lagi," ucap Gia mengelus pundak Saskia dengan pelan. Gia sangat terkejut sekaligus marah melihat kakaknya ditengah jalan mencoba bunuh diri. Untung ada seseorang yang menolongnya tepat waktu.
Saskia story end
Lingga Pratama Kirren/ Zio
Anak pertama keluarga Kirren yang baru saja ditemukan kembali. Sifatnya yang random dan susah ditebak. Punya sepasang adik yang sifatnya sangat tidak manusiawi🙃
➳༻❀NEXT? ❀༺➳
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend?
Teen Fiction(Jangan lupa follow dulu) Kisah 4 sekawan yang katanya teman dekat. Hingga menjadi gang dengan nama Dandelion Girl. Tahu arti dari nama gang tersebut? Masa lalu mereka yang berbeda hingga perseteruan yang membuat pertemanan mereka hancur. Siapa...