🌿33•*⁀➷

12 2 0
                                    

"Pii gue minta maaf soal kita yang di perkemahan kemaren," Ifon menunduk menunggu jawaban Dafikah. Dafikah yang tadinya asik makan pentol kuah pedas menoleh ke arah Ifon.

"Udah lama gue maapin, huaahh ini gue makan kuah pentol apa kuah cabe njir!" pekik Dafikah meraih minum Areta yang ada didekatnya.

Slurrpp

"Gak minum gue juga yang diembat bestie," ucap Areta miris melihat jus jeruknya ludes diminum Dafikah.

"Hehe sorry soalnya minum gue udah habis," kata Dafikah cengengesan. Saskia menyenggol lengan Dafikah ketika melihat Rayyan yang sepertinya menghampiri meja mereka.

"Alea belum dateng," ucap Dafikah lalu melanjutkan makan pentol nya. Ini masih pagi dan Dafikah nekat makan pentol.

"Gue gak nyariin dia, gue mau ngomong sama lu," kata Rayyan menarik pergelangan tangan Dafikah. Ifon yang masih ada dimeja itu mendelik tidak suka.

"Kok lu main nyeret Dafikah aja nyet?" tanya Ifon kesal.

"Gue gak ada urusan sama lu," jawab Rayyan.

"Yaiya kita tahu lu gak ada urusan sama kita, masalahnya yang lu seret itu temannya kita," sambung Saskia menatap Rayyan tidak suka.

Sedangkan Dafikah sendiri hanya diam menatap orang-orang yang lebih tinggi darinya bertengkar.

"Ngomong disini aja," kata Areta menengahi perdebatan mereka.

"Gue yang kasih bukti pembullyan Fahira ke lu. Gue juga yang rekam semua kejadian itu. Gue siswa yang duduk dipojok kelas. Wajar lu gak inget karena fisik gue waktu bocil gak sebagus sekarang,"

"Tujuan lu ngasih bukti itu ke Dafikah apa? Kalau lu niat bantuin dia, harusnya dari dulu lah kenapa udah bertahun-tahun baru dibongkar?" tanya Ifon bertubi-tubi.

"Bukti itu hilang waktu gue pindah ke Paris. Gue baru nemu itu di gudang rumah nenek gue. Gue gak tahu siapa yang mindahin karena bukti itu gue jadiin satu dengan barang-barang lama gue waktu bocil," jelas Rayyan yang kini sudah duduk berhadapan dengan Areta.

"Yaudahlah, lagian udah berlalu juga. Gue lupain kesalahan dia. Makasih karena dengan bukti itu juga gue gak jadi masuk penjara," ucap Dafikah mengulurkan tangan kanannya yang dibalas oleh Rayyan.

"Sama-sama. Gue senang lu bisa balik lagi ke sekolah." Rayyan menatap Dafikah dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Lu suka sama Dafikah?" tanya Areta tepat sasaran. Dafikah mengernyitkan dahi nya bingung.

"Ngaco! Nih anak suka sama Alea," balas Dafikah terkekeh lalu selanjutnya dia diam membeku ketika kalimat yang dilontarkan oleh dua orang yang berbeda.

"Gue suka sama lu," ucap Rayyan dan Ifon bersamaan. Dafikah menggaruk kepala nya yang tidak gatal.

"Gak romantis banget nembak di kantin,"

"Emang nembak di rumah sakit itu romantis hem?" balas Ifon menaikkan dagu nya ke arah Areta.

"Itu si Ardan nya aja yang goblok," ketus Areta.

"Candaan kalian gak asik," celetuk Saskia mengibaskan rambut panjangnya.

"Gue serius," ucap Rayyan menatap Ifon dingin.

"Gue lebih serius." Ifon membalas tatapan Rayyan.

"Kalian rebutin apa?" tanya Dafikah yang sudah menopang dagu diantara Rayyan dan Ifon.

"Lu!" ucap mereka berdua lantang.

"Oh gue, yaudah bersaing secara sehat aja. Yang kalah mesti sabar dan yang menang jadi teman gue,"

Friend? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang