"SAMBUTAN BUAT SAHABATKU YANG TERANEH!" teriak Ayah Saskia menyambut keluarga besar Alea.
"Aneh?" ulang Alea terkikik geli apalagi melihat wajah papi nya yang seperti tertekan.
"Jangan dengarkan ucapan tua bangka ini sayang," kata papi menutup kedua telinga Alea. Azka yang melihat itu mengedikkan bahu nya acuh. Ia langsung masuk ke dalam dan menemukan bocah yang sangat familiar.
"Loh bang?" Gia langsung berdiri dan menyalami tangan Azka.
"Jadi ini rumah lu?" Gia mengangguk mempersilahkan Azka dan keluarga nya untuk duduk.
"Saskia mana Gia?" tanya Alea.
"Lah bukannya dia udah chat lu? Dia katanya mau ke apartemen kak Davikah dulu. Kak Areta sama kak Alea disuruh ikut kesana juga biar barengan kesininya," ucap Gia menjelaskan.
Alea menghidupkan ponselnya dan ternyata ada notif dari ketiga temannya itu.
"Biarin aja, bentar lagi juga mereka datang," ucap mama Saskia menyajikan teh dan makanan ringan.
"Assalamu'alaikum,"
"Waalaikumsalam,"
Saskia masuk lebih dulu dan dibelakangnya ada Davikah serta Areta.
"Waah rame banget ya," celetuk papi Davikah memeluk sahabat karibnya, ayah Saskia dan papi Alea. Papa Areta tersenyum ramah karena mereka tidak terlalu akrab dan hanya sebatas teman kerja.
"Ayo langsung duduk aja, anak-anak juga silahkan duduk," sambut mama Saskia mempersilahkan tamu istimewa nya untuk duduk.
Mereka sekarang berkumpul di ruang tengah keluarga Kirren. Senyum mereka tidak dapat dipungkiri lagi. Setelah sekian lama akhirnya mereka bisa ngumpul dengan anak masing-masing.
"Memang tidak bisa dipandang sebelah mata ya rumah dokter Vilton ini," kata Alvin, papi Davikah menelisik rumah mewah keluarga Kirren.
"Lu kayak gak tahu dia aja, udah keturunan bangsawan dari orok!" sambung Jeifer, papi Alea.
"Kayak lu gak aja Jei! Dibanding gue, lu lebih suka foya-foya sama harta lu. Liburan tiap minggu. Ngaku lu!" balas Vilton menunjuk Jeifer. Jeifer menaikkan dagu nya sombong.
"Kalian berdua sama aja, lu gimana? Masih sibuk kerja?" tanya Alvin ke arah Rifwan, papa Areta.
Rifwan menoleh ke arah putri kesayangannya. "Terakhir kali gue fokus ke pekerjaan, ada yang merasa kesepian. Gue sekarang lebih santai aja yang penting ada waktu buat anak dan istri," balas Rifwan. Areta tersenyum mendengar ucapan papa nya.
Nathaniel tidak tersenyum. Dia hanya mendengar lelucon para orang tua dengan wajah datar. Nathaniel menoleh ke sebelah kanan melihat abangnya berbincang dengan temannya, abang Alea.
"Muka lu biasa aja njir!" ucap Gia meraup wajah Nathaniel dengan telapak tangannya.
"Apaansih lu bangke!" bentak Nathaniel pelan menghempaskan tangan Gia.
"Dih tuh mulut tajem banget. Gak sopan lu, ini di rumah gue. Gue usir juga lu anak Rifwan!" bisik Gia yang hanya bisa didengar Nathaniel.
"Oh jadi ini rumah lu? Bukannya rumah Vilton?" balas Nathaniel juga berbisik.
"Sat! Iya rumah ayah, tapi gue berhak ngusir anak setan kayak lu!"
"Lu ngatain gue anak setan? Berarti lu ngatain bonyok gue setan dong,"
"Anjing,"
"Babi,"
Akkhhkk
Gia dan Nathaniel menoleh ke belakang. Ada Saskia yang menarik telinga Gia dan Areta yang menarik rambut Nathaniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend?
Teen Fiction(Jangan lupa follow dulu) Kisah 4 sekawan yang katanya teman dekat. Hingga menjadi gang dengan nama Dandelion Girl. Tahu arti dari nama gang tersebut? Masa lalu mereka yang berbeda hingga perseteruan yang membuat pertemanan mereka hancur. Siapa...
