🌿27*⁀➷

13 3 0
                                    

Bacanya pelan jan di skip karena ini penjelasan masalahnya.
Part terpanjang!

Happy Reading!!!

.
.
.
.
.
.
.

"Ini apaan?" tanya Bunga mengangkat plastik yang sepertinya berisi sesuatu. Tercium aroma menyengat sehingga Saskia yang mengahmpiri bunga menutup hidungnya.

"Lu dapet darimana njir? Bau banget!" Bunga menunjuk ke arah tumpukan tas mereka. Tadi mereka berempat pergi ke sungai untuk mencuci kaki, setibanya di tenda Bunga heran melihat benda asing didekat tas. Padahal sebelum mereka pergi benda itu tidak ada.

"Coba buka," titah Areta dan Bunga membuka plastik itu. Mereka semua membelalakkan mata terkejut melihat isinya.

"Kurang ajar," desis Saskia marah. Siapa yang masuk ke tenda mereka dan menaruh benda ini?

"Ada apaan nih?" tanya Dafikah dengan botol minum ditangan kanannya.

"Ada yang naruh softe* ditenda kita. Parahnya lagi masih berdarah. Noh liat aja sendiri. Bau bangke!" dengus Bunga menjauhi plastik itu.

"Kerjaan siapa yang kek gini?" tanya Dafikah terkejut.

"Siapapun orangnya, gue gak bakal tinggal diem. Seandainya Bunga tadi gak peduli sama plastik itu terus isinya kececer kedalam tas kan repot! Sialan!" Saskia mencak-mencak.

Dug

"Keknya ini hutan keramat dah," bisik Bunga melihat gulungan kain jatuh dari atas mereka.

"Banyak ngehalu lu," ucap Areta membuka gulungan kain tadi. Isinya foto dan kartu memori. Dafikah berdiri kaku melihat semua foto itu. Itu fotonya! Siapa yang berani mengambil gambar dirinya saat dibully Fahira?

"Tunggu, kejadian difoto ini hanya gue dan mereka yang tahu. Apa dia mau gangguin gue lagi?" tanya Dafikah lirih. Dafikah tahu kalau lagi dan lagi ia satu sekolah dengan Fahira. Dafikah bukan takut, dia hanya trauma dengan masa lalu nya.

"Lu dibully nenek lampir itu?" tanya Bunga. Dafikah senyum terpaksa. Saskia tidak suka melihat senyum palsu itu.

"Ceritain semuanya." Saskia mengucapkan itu dengan nada rendah. Dafikah menutup matanya pelan lalu mulai cerita kepada ketiga temannya. Sayang sekali Alea tidak ikut mendengar ceritanya.

"Gila!"

"Lu gak balas?" tanya Areta. Dafikah menggeleng.

"Udah lama. Gue aka udah lupa,"

"Gak bisa gitu dong!" teriak Saskia dan Bunga bersamaan. Areta mengambil kartu memori tadi lalu memberikannya kepada Dafikah.

"Lihat ini dulu, pake hp lu aja," kata Areta.

Mereka berempat melihat setiap foto dan video yang ada di galeri Dafikah setelah memasukkan memori misterius tadi.

"Gue rasa ada seseorang yang baik sama lu. Dia bantuin lu ngumpulin bukti," ucap Areta setelah melihat deretan foto yang diambil candid dan sedikit buram.

"Tapi siapa?" tanya Dafikah.

"Ya mungkin teman lu kali," Dafikah menggeleng mendengar ucapan Bunga yang mustahil. Tidak ada yang ingin berteman dengannya. Saskia orang pertama yang menjadi temannya hingga sekarang.

"Terserah siapa yang ngumpulin bukti ini, pokoknya gue mau balas perbuatan si anjing!" teriak Saskia berdiri menuju kerumunan.

"Gila Saskia nekat!" pekik Dafikah mengejar Saskia diikuti Bunga yang menjinjing plastik darah tadi.

Friend? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang