🌿22*⁀➷

15 2 0
                                    

'Zivanisa Lea Reganza'

Gadis periang dan emosian. Orang sekitarnya memanggil nama tengahnya yaitu Lea. Alea hobi membaca dan itu bukan hal yang baru karena banyak orang diluar sana memiliki hobi yang sama. Ada salah satu ciri khas yang dimiliki Alea yaitu ambisius. Alea terlalu ambisius dengan nilainya di sekolah. Karena itu pula dia dimusuhi teman sekelasnya saat SMP.

"Le lu kok pelit banget. Cuma minta contekan doang,"

"Tau tuh, kan tetap lu yang juara."

"Kalo orang manggil tuh didenger kek Lea. Ini lu jadi budeg pas ujian njir,"

"Jangan bikin kesal lah, kita cuma minta contekan doang bukan minta uang lu,"

"Tau tuh, ntar kan sama-sama untung. Lu bisa minta contekan yang lu gak tahu ke kita,"

Bla bla bla

Alea menghela nafas berat. Ini yang paling tidak ia sukai. Teman sekelasnya selalu begitu bahkan disaat ulangan harian saja minta contekan. Alea jadi malas menghadapi teman sekelasnya.

"Lea ini fotocopy contekan untuk ujian nanti," ucap si ketua kelas.

"Gue nggak pake ini," tolak Alea pelan.

"Dih sok banget. Syukur kek ketua kelas mau bagiin contekan padahal lu sendiri gak mau bagi-bagi ke kita."

"Kalian kenapa sih? Dari kelas satu sampe sekarang ngatain gue mulu? Lagipun gue gak minta dikasih contekan! Urus aja hidup masing-masing!" kata Alea kesal.

"Itu karena lu pelit banget jadi orang!"

"Hah? Gue pelit? Gue gak minta contekan sama kalian. Kalian nyadar gak sih kalau selama ini cuma nyudutin gue. Pernah gue minta contekan ke kalian? Pernah gue liat contekan dari buku? Kalian tahu gue ujian selalu di meja depan tepatnya dihadapan cctv. Gue gak nyontek dan gak ngasih contekan. Deal kan? Kalian bilang gue pelit? Gue berusaha belajar semalaman dan mengulang pelajaran sebelumnya terus kalian minta hasil jawaban gue? Gue gak suka nyontek dan gak mau minta contekan. Gue ambisius dan kalian tahu itu. Kalian bukan saingan gue ngedapetin nilai tinggi karena nilai kalian gak murni. Masih untung gue gak ngasih tahu guru kalau kalian curang!" ucap Alea mengeluarkan isi hatinya selama ini. Dia selalu dianggap penjahat di kelas karena tidak berbagi jawaban saat ujian. Dia bahkan pernah dikucilkan tapi Alea sama sekali tidak peduli.

"Lu sok pintar. Iya gue tahu lu juara satu tapi sombong banget sih lu. Mentang nilai tinggi gak mau berbagi ke kita,"

"Sadarlah wahai teman, gue begini karena peduli sama kalian. Percuma kalian sekolah kalau saat ujian minta contekan sana-sini. Kapan kalian bisa belajar? Bahkan disaat kerja kelompok kalian minta bantuan ke kakak kelas. Hah gue malas ngomong panjang lebar kalau kalian gak ngerti. Singkatnya jangan pernah minta contekan ke gue karena itu percuma dan gue gak bakal minta contekan ke kalian. Gue gak rugi dan gak untung. Gue mau hasil ujian gue murni. Gue bahkan bisa nangis dan senang kalau nilai gue murni. Terserah kalian mau berpikir apa. Kalian juga tahu kalau gue cuek dan egois. Itulah gue," kata Alea mengambil tasnya dan meninggalkan kelas.

Besoknya Alea benar-benar dikucilkan. Tidak dianggap ada di kelas. Hanya anak cowok saja yang masih berbicara dengannya karena kata mereka Alea ada benarnya juga. Disaat kerja kelompok, gak ada yang mau satu kelompok dengan Alea. Jadinya anak cowok semua yang sekelompok dengannya.

"Alea kelompoknya anak cowok semua tapi bisa memahami materi. Ada apa dengan kelompok lain yang sama sekali tidak mengerti dengan tugas yang saya berikan?" tanya guru Ips menatap murid di depannya.

"Alea, teman sekelompok kamu ada bantuin kamu ngerjakan tugas ini?" tanta guru itu kepada Alea.

"Mereka saya bagi tugas masing-masing pak. Mereka setuju dan bagi yang tidak setuju namanya gak saya bikin," jawab Alea sopan. Dapat Alea dengan teman sekelasnya yang cewek berdecih tidak suka. Alea hanya diam karena tujuannya sekolah untuk belajar. Masalah teman? Alea sama sekali tidak butuh teman yang mau untungnya saja. Alea sudah nyaman sendiri seperti ini walaupun benar-benar tidak sendiri karena teman cowoknya yang masih peduli dengannya.

"Abang kelas yang tinggi itu ganteng banget!" ucap teman sekelas Alea.

"Dia alumni kali. Mungkin mau ngambil ijazah,"

"Dek, ngapain bengong? Gak makan lu? Yok makan gue laper," ajak Azka menarik tangan Alea pelan. Alea berdiri dan memeluk lengan abangnya posesif. Alea kesal dalam hati kenapa abangnya harus ganteng kalau sekedar ngambil Ijazah. Ingatkan kalau Alea posesif sama abangnya?

"Gila! Yang kemaren itu abang lu Le?"

"Serius? Ganteng banget!!!"

"Bisa kali ya jadi gebetan gue selanjutnya," perkataan yang terakhir membuat Alea mendelik tidak suka.

"Alea minta nomornya dong,"

"Iya minta nomor wa nya juga deh sekalian,"

"Gak tahu malu. Sama sekali gak sadar diri," desis Alea membuat mereka terdiam.

"Sekalinya kalian benci, benci aja ke gue. Gak usah caper sok baik didepan gue karena abang gue. Gue udah terlanjur benci ke kalian dan gue gak suka perubahan apapun. Abang gue? Gue pastikan gak akan berbicara sedikitpun ke kalian," sambung Alea menatap teman munafiknya tajam.

"Lu suka abang lu ya? Stres lu?" tanya mereka.

Plak

"Jangan mentang gue diem selama ini jadi lu ngelunjak fitnah gue. Kalau lu udah bodoh setidaknya bisa mikir dikit ucapan lu ke orang lain." setelah itu Alea pergi dan menutup pintu kelas dengan keras.

"Sialan! Susah banget ngomong sama orang yang sama sekali gak punya otak kayak mereka. Anjing!" umpat Alea.







Alea story end~




























Jangan lupa vomment guys!!!










⊱ ────── {.⋅ NEXT? ⋅.} ───── ⊰

Friend? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang