"Jadi kalian udah damai lagi kan?" tanya Davikah diangguki Saskia dan Alea.
"Gue pikir cuma remaja doang yang suka gibah, ternyata para orang tua lebih parah," kata Areta menatap kumpulan bapak mereka dan kumpulan para ibu mereka sedang bergosip ria.
"Heh mereka juga manusia." Keempatnya tertawa.
"Kadang gue mikir kita ini teman atau bukan sih?"
"Kenapa?"
Davikah meluruskan kaki nya. Mereka saat ini duduk diatas rumput, halaman belakang Saskia.
"Kita masing-masing punya cerita kelam. Bahkan kita belum ada yang bisa memahami pertemanan. Kita belum jujur satu sama lain. Kunci pertemanan itu saling cerita kan?"
"Iya lu bener. Lagian gue mau cerita apalagi? Kalian udah tahu semua kan? Abang gue juga udah ditemuin jadi gak ada yang gue sembunyikan dari kalian," kata Saskia.
"Kenapa lu mau temenan sama gue Kia? Padahal waktu itu gue gak punya temen sama sekali. Kalau alasan lu karena ayah sama papi gue temenan, itu alasan basi." Davikah merangkul pundak Saskia yang terlihat sedang berpikir.
"Kenapa ya? Gue juga waktu itu gak ada temen deket. Trus ayah bilang, mau ngenalin gue sama anak temennya. Gitu aja. Gue orangnya emang gak friendly sih cuma lu nyambung diajak cerita jadi klop deh," balas Saskia tanpa ragu sedikitpun.
"Emang se miris itu lu waktu bocil?" tanya Areta telak membuat Davikah ingin sekali mengganti mulut Areta dengan bebek.
"Gak usah diperjelas juga udin! Emang bisa dikatakan miris sih. Satupun gue gak punya teman, makanya pas kenal Kia gue bersyukur banget. Ternyata punya teman seasik itu." Areta mengangguk paham. Alea terlihat gelisah dengan pandangannya yang selalu kebawah.
"Trus kalian berdua gimana awal ceritanya kok bisa berteman?" tanya Saskia. Areta mencolek Alea yang ada disebelah nya.
"Alea dingin banget awal gue kenal dia. Bahkan gue ragu buat say hello doang,"
"Gak dingin ya, lu nya aja yang gak mau ngobrol sama gue," balas Alea kepada Areta.
"Gue gak mau dikacangin. Terus tiba-tiba Alea ngomong ke gue gini, lu keknya pintar... Mau jadi temen gue gak? Anjir disitu gue cengo banget," kata Areta mengepresikan wajahnya.
"Anjir Ale! Lu mau temenan sama orang pinter doang?" tanya Davikah tak habis pikir.
"Nggak, kalau dia pintar berarti walaupun kita berdua sebangku, nih anak gak bakal nyontek sama gue. Gitu," Alea menjelaskan alasannya sebelum ketiga teman nya ini salah paham.
"Oiya gue lupa kalau temen gue yang satu ini cara milih temannya berbeda sekali ya gess ya," sambung Saskia membuat keempatnya tertawa bersama.
"Trus lu gimana sama Ardan?"
"Gak gimana-gimana,"
"Nenek lampir mau gangguin hubungan kalian,"
"Biarin aja, kalo Ardan kegoda yaudah. Berarti gue bukan jodoh dia."
"Percintaan kalian sulit," celetuk Alea.
"Gak sih, kalau Ardan gak bisa ngusir dia... Gue yang turun tangan," jawab Aretha.
"Setdah... Iyain aja," kata Davikah.
"Lu gimana Le?"
"Gimana apanya?"
Aretha dan Davikah beradu pandang. Mereka ingin menanyakan masalah Alea yang ternyata bukan anak kandung bunda dan papi nya. Tapi mereka juga gak mau nambah beban pikiran Alea.
"Orang yang lu suka. Siapa?" sambung Saskia yang paham dengan kedua raut wajah temannya.
"Someone,"
"Namanya ogeb!"
"Lain kali deh. Kok malah bahas itu sih,"
"Bocah katanya mau join nih," ucap Aretha menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan room chat dengan Ardan.
"Ide bagus! Suruh aja mereka kesini biar makin rame!"
...
"Gak nyangka gue kalau rumah lu gede gini," kalimat pertama yang keluar dari mulut Ardan setelah melihat rumah Saskia.
"Jadi selama ini lu pikir rumah gue sekecil rumah keong?"
"Dih kagak! Marah aja lu, pms ya?"
"Pala lu yang pms!" Saskia kini menyesal telah ikut mengundang geng Vincenzo.
"Waah jadi rame banget! Mama bikin makanan ya, yuk para janda kita ke dapur!" teriak mama Saskia menyeret para istri sahabat suaminya.
"Janda? Jadi kamu gak anggap kita sebagai suami?" pekik papi Davikah lebay. Davikah menepuk kening nya menahan malu melihat tingkah papi nya. Semua tertawa renyah melihat perdebatan antara para bapak.
"Yaudahlah kita yang remaja ngalah. Yok ikut ke halaman belakang,"
"Loh kok kalian ada disini juga?" Zio mengerutkan keningnya melihat Vinzo dkk juga ada di rumah nya.
"Join lah! Masa kalian ngumpul kitanya gak diajak!" Ifon melirik sinis Zio. Sedangkan Zio tidak peduli dan ikut ngumpul bersama mereka.
"Main yok!"
"Main apa?"
"Truth or dare? Walaupun udah umum tapi game ini seru. Gue suka," ucap Davikah yang ntah darimana mendapatkan botol kosong ditangannya.
"Gue mulai duluan ya," Davikah memutar botol ditangannya. Ujung botol itu mengarah kepada seseorang.
"Nah kena lu! Mau jujur atau tantangan?" tanya Saskia semangat.
"Lah harusnya kan gue yang nanya?"
"Ya gue mewakilkan lu," balas Saskia membuat Davikah mengangguk setuju.
"Jujur," jawab Ardan membuat Saskia menatapnya remeh.
"Cemen lu!"
"Yaudah tantangan dah." Ardan gak terima dibilang cemen.
"Musuh abadi banget kalian," ucap Aretha santai sambil mengemil coklat almond Zio.
"Punya gue," kata Zio.
"Minta dikit,"
"Pacar! Ngapain sama Zio kek gitu?" tanya Ardan tidak terima. Posisi Ardan tepat dihadapan Aretha dan Zio berada disebelah kiri Aretha.
"Minta dikit coklatnya dia. Gak usabh lebay!"
"Stop! Urusan rumah tangga diundur dulu ya. Nanti kalo dirumah lanjutin. Mau sampe kdrt juga terserah kalian wahai para pasangan absurd," sambung Ifon tidak lupa dengan kedua tangannya yang menengahi Ardan dan Aretha.
"Sok bijak. Yaudah gue tantang lu... " Davikah menggantung kalimatnya dengan sengaja biar semua pada penasaran.
"Apaan njir!" pekik Alea gak sabar.
"Sabar hahaha gue tantang hahah lu hahaha gue hahaha Awh!" Davikah memegang rambutnya yang perih karena ditarik Alea dan Saskia yang ada disamping kanan dan kirinya.
"Ngomong yang jelas! Hahaha," kini pandangan mata mengarah ke arah Ifon yang ikut tertawa.
"Ups, lanjut nyai," Ifon gak mau berurusan dengan cewek ganas.
"Sabar kambing! Rambut gue ih!" Davikah mengelus kepalanya.
"Gue tantang lu hahaha minta restu ke abangnya Aretha noh!" tunjuk Davikah ke arah Jordan dan Azka yang asik berbincang.
"WOW EMEZING!" teriak mereka semua kecuali Aretha dan Ardan yang masih syok.
"Gak usah sok inggris! Nilai bahasa inggris kalian remed semua kecuali gue," kata Davikah menyombong kan diri.
"Lu serius Pii?" tanya Ardan dan Aretha bersamaan.
Davikah tersenyum bak setan jahat dalam film yang sering ia tonton. Davikah menganggukkan kepala nya.
Next atau langsung tamatin aja yah?
![](https://img.wattpad.com/cover/316243440-288-k904815.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend?
Teen Fiction(Jangan lupa follow dulu) Kisah 4 sekawan yang katanya teman dekat. Hingga menjadi gang dengan nama Dandelion Girl. Tahu arti dari nama gang tersebut? Masa lalu mereka yang berbeda hingga perseteruan yang membuat pertemanan mereka hancur. Siapa...