37. Marah

2.2K 141 9
                                    

Semenjak kemarin malam, Ishana benar-benar mengacuhkan Juna sampai seharian ini.

Semalam Juna sempat menelpon Ishana saat gadis itu sudah tiba di rumah, tapi Ishana abaikan.

Lagi pula Juna hanya menelponnya sekali, pria itu tidak terus menerus menghubungi Ishana. Jadi Ishana menganggap jika Juna tidak menyesali perbuatannya.

Dilain sisi, Juna yang semalam merasa lelah memang cepat-cepat tertidur, setelah mengantar Zella dan membersihkan tubuhnya. Pikir Juna, Ishana gampang untuk dibujuk.

Ternyata Juna salah, seharian ini Ishana mengacuhkan telpon dan pesan darinya.

Tetapi, Juna justru tidak terlalu peduli, Ishana memang seperti anak kecil, nanti juga akan seperti biasa kembali jika gadis itu sudah mendengar penjelasannya.

Juna menjalani hari di kantor seperti biasanya.

Sedangkan Ishana, seharian ini hanya murung, seperti patung yang terus diam, sunyi sekali.

"Lo nyuruh gue ke butik cuma buat nemenin lo ngelamun?" ujar Aliska yang sedang duduk di sebelah Ishana.

"Gimana dong..." ucap Ishana pelan.

"Apanya yang gimana?"

"Soal kak Juna"

"Ya lo minta penjelasan aja, gampang"

"Tapi kak Juna cuek" raut wajah Ishana semakin turun.

Aliska memutar bola matanya malas.
"Lo yang gak angkat telponnya, kok nyalahin kak Juna" ucapnya.

"Tapi gue keburu kesel, gue gak terima si nenek sihir itu bareng kak Juna kemarin" Ishana mulai merengek.

"Terus lo maunya apa, dari pada uring-uringan, lo samperin kak Juna aja sekalian" kata Aliska.

"Gak mau gue, coba liat kak Juna cuma nelpon pagi sekali sama siang aja, sekarang mana?" ujar Ishana menunjukan layar ponselnya pada Aliska.

"Iya iya. Kak Juna kan pasti sibuk. Lo gimana sih"

"Tau ah" Ishana semakin kesal dan membuang pandangannya.

Aliska menghembuskan nafasnya pasrah, terserah Ishana saja.

_____

Hari sudah sangat gelap. Sepulang dari kantor, Juna sudah berada di ruang kerjanya di rumah.

Terdengar suara barang berjatuhan dari dapur, Juna langsung bergegas keluar dari ruang kerjanya menuju sumber suara.

"Ibu" seru Juna yang melihat ibunya sedang berdiri dengan obat-obatan berserakan di lantai.

"Juna. Kepala ibu pusing sekali, ibu mau ambil obat malah berjatuhan" ucap ibu Juna pelan terlihat wajahnya yang sangat pucat.

Juna memegang pipi dan kening ibunya.
"Badan ibu panas, kita ke rumah sakit saja ya"

"Minum obat saja, tidak perlu ke rumah sakit" kata ibu.

Juna memapah ibu untuk duduk di kursi.
"Tidak, tunggu disini, Juna ambilkan jaket"

*

Tak butuh waktu lama, Juna kembali dengan membawa jaket rajut ibu dan juga kunci mobilnya.
"Pakai dulu" ucapnya membantu ibu memakaikan jaket.

Juna pun bergegas membawa ibu menuju rumah sakit.

*

Setelah serangkaian pemeriksaan, ibu harus akhirnya harus di opname karna demamnya yang cukup tinggi.

Love Is Just A Mess ( LIJAM )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang