33. Perasaan Jujur

2.1K 120 6
                                    

1 bulan telah berlalu semenjak kepergian ayahnya, kini Juna sedang mempersiapkan diri untuk menggantikan posisi ayahnya menjadi Direktur Utama diusianya yang terbilang masih muda.

Dengan dibantu Brian dan Wilan, kemampuan Juna yang terbilang sangat cepat memahami dan sangat dapat diandalkan oleh perusahaan, membuat Juna sudah sangat matang untuk menempati posisi itu.

1 bulan ini juga, setiap pagi hingga malam Juna terus mempelajari permasalahan yang ada di perusahaan. Pria itu menjadi pekerja keras sekarang.

Setiap harinya Juna hanya berada di perusahaan. Ketika di rumah pun Juna akan bekerja, bahkan akhir pekan dia tetap di ruang kerjanya. Ruang kerja ayahnya yang kini menjadi ruang kerja milik Juna.

"Nanti setelah jam makan siang, kita ada rapat sama klien yang dari Surabaya" Nano duduk bersebrangan dengan Juna, dia meneliti Ipadnya untuk melihat-lihat jadwal Juna yang diberikan Wilan.

Nano sekarang telah diangkat menjadi sekertaris Wilan, untuk membantu Juna. Atas usul Juna tentunya, karna dia tau kemampuan Nano.

Juna hanya mengangguk menimpali ucapan Nano dan masih fokus menandatangani dokumen-dokumennya.

Suara ponsel berbunyi membuyarkan fokus mereka.

"Tuh Ishana telpon" Nano menunjuk pada ponsel Juna.

Juna melirik sebentar pada ponselnya, kemudian langsung mengangkatnya.
"Kenapa?"

"Kak, kaki Ishana terkilir. Mau minta jemput boleh?"

Juna menghela nafasnya.
"Apa gak bisa pesen taksi saja? Saya lagi sibuk"

"Ya sudah" Ishana langsung mematikan sambungan telponnya secara sepihak.

Juna menaruh kembali ponselnya dan melanjutkan pekerjaannya.

"Kenapa lagi?" tanya Nano.

"Minta jemput, dengan alasan kaki terkilir" jawab Juna dengan datar.

Nano terkekeh mendengarnya.
"Ishana tiap hari telpon minta jemput dengan berbeda alasan, ide nya terlalu banyak"

Juna hanya melirik dengan ketus pada Nano sebentar.

"Kenapa gak jemput dia sekali aja sih?" Nano memberi saran.

"Kamu tau sendiri saya gak bisa berleha-leha sekarang, dia bisa pulang sendiri" Ucap Juna dengan tegas.

"Terlalu cuek gak baik loh, apalagi di kampus Ishana sering dideketin banyak laki-laki" kata Nano.

Seketika Juna menghentikan kegiatannya.
"Jam berapa rapatnya?" Dia bertanya dengan tatapan tajam pada Nano.

"Jam 1" jawab Nano.

Juna kemudian meraih ponselnya dan mengetik sebuah pesan untuk Ishana.

"Saya pergi dulu, sebentar" Juna beranjak berdiri, kemudian memakai jasnya dan meninggalkan ruangan tersebut.

Nano mendengus kemudian.
"Hati-hati" ucapnya.

_____

"Udah sih gue bilang kalau pura-pura tuh gak akan mempan, kak Juna bakal tau mana yang beneran mana yang akting" ucap Aliska.

Ishana dan Aliska sedang berada di kantin.

"Gue kan pengen banget sekali aja dijemput kak Juna. Apalagi sekarang dia sibuk banget. Gue pengen kencan minimal ke kebun binatang kek liat jerapah" ucap Ishana mengeluh.

"Ya lo juga harus tau posisi kak Juna sekarang lagi sibuk banget, masih untung dia mau angkat telpon lo tiap hari. Lagian kan lo sering ke rumah kak Juna"

Love Is Just A Mess ( LIJAM )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang