14. Pertama Kali Menyebut Namanya

2.2K 109 7
                                    

Malam ini terasa lebih dingin dari hari sebelumnya, hujan turun tak henti sejak tadi sore.

Ishana terduduk di dekat jendela, mengamati rintikan hujan yang terdengar berirama.

Sebenarnya, hujan begitu indah jika dipandang dari jendela, tapi buruk ketika kita berada di bawah rintikan hujan itu.

Mungkin bagi segelintir orang, itu tidak buruk. Hanya saja Ishana yang tidak kuat dengan udara dingin apalagi cuaca saat hujan, membuat dia menganggap bila hujan turun itu keadaan yang buruk untuknya.

Ishana tidak lemah, hanya tidak suka dingin.

Tapi jika sikap dinginnya Juna sih tidak apa-apa. Sungguh, Ishana sangat bisa menghadapinya.

Ishana tersenyum seraya meratapi hujan di luar di sana, kala mengingat bagaimana dinginnya raut wajah Juna saat berhadapan dengannya.

Ishana selalu merindukan Juna, setiap detik, menit, jam dan sepanjang waktu.

Seperti sekarang, Ishana kembali mengganggu Juna. Entah pesan keberapa yang Ishana kirimkan untuk pria itu. Tapi seperti biasa, pria itu tidak membalas pesannya.

"Sebenernya sampai kapan sih Ishana harus kaya gini" gumam Ishana menggerutu pada ponsel ditangannya.

Seperti pada umumnya, hujan bisa membuat orang ceria sekalipun menjadi sangat melankolis. Begitu juga Ishana.
Tiba-tiba saja hatinya merasa sedih, sangat sedih.

'Kenapa cinta bisa semenyakitkan ini?' Batin Ishana mengeluh.

Gadis itu kembali menyalakan ponselnya dan berniat untuk mengeluarkan semua isi hatinya pada Juna lewat pesan suara.

Di iringi suara rintikan hujan, Ishana mulai menekan pesan suara di ruangan pesannya bersama Juna. Dia terus mengoceh, sesekali tersenyum, tertawa kecil dan memasang raut wajah muram.

Setelah selesai mengeluarkan isi hatinya pada Juna, Ishana meringkuk, memeluk lututnya erat. Dan airmata terjatuh begitu saja di wajahnya.

*

Di lain tempat dan di waktu yang sama, Juna tengah duduk di depan laptopnya di meja belajar. Setelah melewati berbagai revisi dan sedikit halangan tak terduga, akhirnya dia bisa menyelesaikan apa saja yang harus dia siapkan saat sidang skripsinya nanti. Setidaknya, beban Juna agak berkurang sedikit.

Juna meregangkan badannya sejenak, kemudian dia beranjak ke arah ranjang.

Juna meraih ponselnya di nakas dan mendudukkan dirinya di ranjang, menghadap pada jendela kamarnya.

Juna bahkan baru menyadari jika hujan belum berhenti sejak tadi sore.

Di bukanya ponsel itu, terlihat banyak sekali pesan dari Ishana. Kadang Juna malas membacanya jika sebanyak itu. Tapi kali ini gadis itu mengirimkan pesan suara, Juna sedikit tertarik untuk mendengarkannya.

"Kak... Ishana kangen terus... Kenapa ya"
"Kak Juna lagi apa, lagi lihat hujan gak? Ishana lagi liatin hujan"

Juna memandang ke arah jendela saat pesan itu mulai memutarkan suara Ishana.

"Liatin hujan bareng yuk, dari kamar kak Juna aja gapapa, karna kalau Ishana video call mana mau kak Juna angkat"

Juna sedikit menyunggingkan senyumnya.
'Dia benar' ucapnya dalam batin.

"Kak... Waktu berlalu begitu cepat ya..."

"Aku masih ingat pertama kali ketemu kak Juna, di lorong mau ke kantin. Kak Juna baik banget waktu itu nolongin juniornya ambilin buku yang jatuh berserakan. Ishana langsung jatuh cinta"

Love Is Just A Mess ( LIJAM )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang