29✓

180 26 5
                                    

Ratu dan Kiesha sudah pulang terlebih dahulu karena merasa bahwa Sandrina dan Reyhan membutuhkan ruang untuk bicara. Karena sedari Reyhan keluar dan mengatakan satu hal pada Sandrina, lelaki itu tiba-tiba menjadi diam dan tidak sekalipun membuka suara.

Kiesha dan Ratu bahkan di abaikan membuat kedua orang itu langsung mempercepat membesuk Reyhan lalu pamit pulang.

Atmosfer dalam ruangan itu benar-benar sepi, baik Reyhan maupun Sandrina tidak satupun dari mereka yang mulai pembicaraan. Reyhan yang masih teguh tidak mau berbicara dan Sandrina yang bingung harus menjelaskan bagaimana pada Reyhan.

"Rey," Satu kalimat itu keluar dari mulut Sandrina sebagai awal pembicaraan mereka tapi Reyhan yang sedang duduk bersandar di ranjang itu tidak merespon.

"Rey,"

Kali ini Sandrina berusaha mendekat dari semula berdiri agak berjarak jauh dari Reyhan, kini cewek itu mulai memberanikan diri duduk diatas ranjang berhadapan dengan Reyhan.

"Aku tau kamu marah, maaf," Reyhan tidak merespon.

Sandrina menghela nafas menundukkan kepalanya. Dia tau bukan kata maaf yang ingin Reyhan dengar, melainkan sebuah penjelasan. Tapi bagaimana Sandrina menjelaskannya pada Reyhan tentang apa yang terjadi padanya dengan Clay.

Ia malu untuk menceritakannya. Dia takut Reyhan akan menatap jijik padanya.

Karena rasa takutnya, Sandrina akhirnya memilih diam dengan kepala tertunduk. Tidak, dia tidak bisa menceritakannya. Dia terlalu malu. Dia tidak ingin Reyhan mendengar cerita yang sangat Sandrina benci jika mengingatnya.

Menyadari Sandrina yang tidak kembali membuka suara, perlahan Reyhan menoleh dan melihat Sandrina masih menundukkan kepalanya. Bahunya bergetar, cewek itu menangis.

"Hey kenapa nangis lagi?," Tutur Reyhan lembut sembari mengangkat kepala ceweknya.

"Jangan nangis, maafin aku ya udah buat kamu nangis," Sandrina menggeleng pelan. Tidak seharusnya Reyhan meminta maaf.

"Kamu gak ada salah apa-apa, gak perlu minta maaf. Aku seharusnya yang minta maaf sama kamu,"

Kelembutan Reyhan padanya, perhatian Reyhan padanya benar-benar membuatnya ingin sekali menangis sekencang mungkin.

Sandrina sudah banyak sekali menyakiti cowok itu, Sandrina banyak membuatnya kecewa, dan sekarang dia bahkan ingin menyembunyikan sesuatu yang mungkin nanti akan kembali membuat Reyhan kecewa.

"Kamu bener gak ada mau cerita sama aku? Kamu kenapa nangis tadi?," Sandrina tatap kedua mata yang memancarkan ketulusan yang mendalam.

"Aku.. aku cuma," Gadis itu memejamkan matanya berpikir bahwa dia harus mengatakannya atau tidak.

Reyhan masih menunggu ucapan Sandrina selanjutnya.

"Tadi cuma di ganggu sama Clay," Putus Sandrina. Dia berpikir untuk tidak menyembunyikan bahwa dia bertemu dengan Clay tadi. Tapi untuk masalahnya, mungkin Sandrina bisa ceritakan lain kali jika dirinya sudah siap.

"Kamu di ganggu sama dia? Di apain kamu? Kenapa kamu sampai nangis ha?! Bilang sama aku kenapa," Sandrina sudah menduga bahwa Reyhan akan heboh jika mengetahui hal ini, apalagi setelah mendengar nama Clay.

"Iya. Aku nangis cuma karna kesel aja di ganggu sama dia. Kamu tau sendiri aku orangnya cengeng,"

"Kamu gak bohong sama aku kan?,"

Maafin aku Rey, aku janji nanti akan cerita.

"Gak kok, buat apa aku bohong? Buktinya aku gak kenapa-kenapa kan?,"

FAKE PERSON [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang