21✓

423 48 7
                                    

Sudah 24 jam lamanya Reyhan berada di rumah sakit. Pagi ini dia sudah diperbolehkan pulang dengan catatan harus beristirahat di rumah. Anthony, kakaknya itu sibuk memasukkan baju kotor Reyhan ke dalam tas. Sedangkan Reyhan sedang mengganti baju pasiennya ke baju casual nya.

"Kamu bener udah gapapa 'kan? Dada kamu udah gak rasa sesek lagi?," Tanya Anthony sembari meletakkan tas besar itu keatas ranjang.

"Aku udah gapapa kok kak, jangan khawatir. Ayo sekarang kita pulang aja, gak betah aku lama-lama disini," Perlahan kaki itu menyentuh lantai, dibantu oleh Anthony untuk turun.

Saat mereka hendak membuka pintu, pintu itu sudah lebih dulu terbuka dari luar. Disana berdiri seorang perempuan yang kemarin resmi menjadi pacar Reyhan. Siapa lagi kalau bukan Sandrina.

Perempuan itu menatap Anthony canggung kemudian menundukkan kepalanya. Setelah Sandrina tau bahwa kakak dari pacarnya itu mengetahui apa yang telah dilakukannya pada Reyhan, membuat Sandrina takut meski hanya menatapnya saja.

Sandrina takut, Anthony akan marah dan menyuruhnya untuk menjauhi Reyhan. No! Sandrina tidak bisa melakukan itu. Apalagi ia dan Reyhan sudah memiliki status sekarang.

"Assalamualaikum kak, Rey" Salam Sandrina ramah masih menundukkan kepalanya.

"Waalaikumsalam,"

"Kamu kesini mau jenguk Reyhan?," Sandrina mengangguk "Tadinya mau jenguk kak, tapi kayaknya Rey udah boleh pulang ya?," Sandrina dengan berani bertanya.

"Iya, tadi pagi dokter bilang Rey udah boleh pulang," Sandrina hanya menganggukkan kepalanya. Mendengar nada dingin pria itu membuatnya bungkam untuk bertanya hal lain.

Reyhan menatap jengah kakaknya "Kak jangan dingin gitu. Kasihan Sandrina nya jadi takut," Anthony menatap sekilas adiknya kemudian terkekeh melihat Sandrina yang memang terlihat takut padanya.

"Jangan takut Sandy, maaf sikap kakak tadi kakak cuma bercanda doang," Tanpa sadar Sandrina menghela nafasnya lega. Anthony tersenyum tipis.

"Saya sudah dengar semuanya. Sebenernya saya sangat marah Sandrina. Adik saya, kamu jadikan barang taruhan hanya karena sebuah mobil. Kamu pun saya rasa akan bersikap sama seperti saya, jika saudara kamu diperlakukan seperti itu," Sandrina kembali menunduk. Rasa bersalah kembali muncul.

Anthony memajukan langkahnya mendekati Sandrina dan mengusap pucuk kepala gadis itu "Tapi setelah saya mendengar lebih dalam lagi yang Reyhan ceritakan pada saya, tentang kenapa kamu melakukan itu membuat emosi saya sedikit mereda,"

"Saya tidak marah jika kamu memang menyukai adik saya. Saya juga tidak akan melarang jika nanti adik saya memiliki kekasih. Namun sangat disayangkan cara kamu menyukai adik saya Sandrina. Saya tau kamu anak yang baik,"

"Maafin Sandrina kak, maafin aku Rey. Ini semua salah aku," Bahu Sandrina bergetar seiring isakan terdengar, kedua tangannya menutupi wajahnya. Merasa malu dengan apa yang dilakukannya selama ini pada Reyhan.

"Kamu masih kecil, saya mengerti dengan sifat labil kamu. Karena saya pernah seperti itu dulu. Tapi akan lebih baik jika kamu bersikap dewasa dan tidak tergoda dengan tekanan atau kenikmatan dari luar sana. Saya hanya takut itu semua jadi Boomerang yang buruk untuk masa depan kamu Sandrina,"

Tangan Anthony yang mengusap kepala Sandrina berpindah ke belakang tubuh Sandrina dan menarik tubuh itu mendekat hingga berada di rengkuhannya. Anthony berusaha menenangkan gadis kecil itu.

Reyhan yang melihat berusaha berjalan mendekat dengan kakinya yang terasa mati rasa karena tidak di gerakan selama 24 jam penuh. Lelaki itu menghela nafasnya dan mengusap kepala Sandrina yang berada di pelukan kakaknya.

FAKE PERSON [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang