33✓

126 19 4
                                    

Sandrina, Reyhan beserta sahabat-sahabat mereka makan dengan tenang. Di selingi pembicaraan yang menimbulkan gelak tawa. Mood Sandrina pun sudah kembali baik berkat teman-temannya yang terlihat menghiburnya.

Kadang kala Sandrina berpikir apakah jika ia tidak pindah sekolah dan memutuskan pertemanan dengan teman lamanya, mungkinkah dia masih bisa merasakan pertemanan yang menyenangkan seperti ini?

Akankah dia menemukan sosok Reyhan dari orang lain? Atau malah dia semakin terjerumus ke dalam kehidupan gelapnya?

Jika di ingat-ingat pertemanannya dulu jarang sekali seperti ini. Karena mereka dulu hanya membahas tentang tawuran, kesenangan pribadi dan juga geng motor yang di ketuai langsung oleh Clay sendiri.

Berbeda dengan yang sekarang. Mereka lebih terbuka, seru, membuatnya nyaman dan yang paling terpenting mereka tulus dan mengarahkannya kepada kebaikan. Terlebih sekarang sudah ada Reyhan yang selalu berada di sisinya dan menjaganya.

Terlalu lama melamunkan diri Sandrina sampai tidak menyadari Aqeela dan Ratu terus memanggilnya sedari tadi.

"Woy Sandrina," Teriak Aqeela hampir dekat dengan telinganya hingga membuatnya tersentak.

"Argh! ih kenapa teriak-teriak? Kaget tau," Ucap Sandrina sambil mengelus dadanya. Jantungnya berdetak kencang karena terkejut.

"Ya lo lagian di panggil-panggil gak denger. Lagi mikirin apa sih?,"

"Gak ada," Balas Sandrina dan kembali melanjutkan makannya. Reyhan yang melihat Sandrina terganggu karena rambutnya langsung berinisiatif mengumpulkan rambut kekasihnya dan menggenggamnya di belakang.

"Bawa ikat rambut?,"

Sandrina terpana sedikit namun kemudian langsung tersadar dan segera memberikan ikat rambut yang berada di pergelangan tangannya kepada Reyhan.

Laki-laki itu pun mengambilnya kemudian beranjak dan mulai mengikat rambut Sandrina dengan posisi setengah berdiri di belakang gadis itu.

"Bilang kalau sakit ya," Sandrina hanya diam. Aksi Reyhan yang tak terduga ini membuatnya malu salah tingkah. Apalagi sekarang mereka sudah menjadi bahan tontonan semua orang yang berada di kantin. Tak terkecuali Plavio yang merasa panas di ujung sana.

"Udah, kekencengan gak?," Tanya Reyhan mencoba menatap Sandrina dari belakang dengan masih memegang rambutnya.

"Hah? Eh udah kok. Makasih Rey," Laki-laki itu mengangguk lalu kembali duduk di tempatnya.

"Widih action yang tidak terduga dari pak Rey. Bisa aja lo bikin satu kantin heboh," Ejek Kiesha melirik sekitarnya. Reyhan ikut melirik tapi ia tidak perduli. Hal seperti tadi bukan hal yang patut di hebohkan. Biasa aja, dia hanya menolong kekasihnya, apa salah?

"Biasa aja. Gue cuma tolongin Sandrina doang, karna rambutnya ngeganggu dia makan," Balas Reyhan seadanya seraya menyuapkan bakso kecil ke dalam mulutnya.

Kiesha berdecak sambil menggelengkan kepalanya. "Ya lo tau sendiri disini banyak fans-fans lo. Otomatis pada potek lah hatinya ngeliat lo yang selama ini dingin sama cewek tiba-tiba perhatian gitu sama Sandrina,"

Sandrina sedari tadi berusaha menyembunyikan wajah salah tingkahnya dengan memakan kembali makanannya namun dengan tempo cepat dan kepala yang sedikit menunduk. Reyhan melihat itu tersenyum.

"Perhatian sama pacar gue sendiri apa salahnya?,"

"Rey," Lirih Sandrina mengkode Reyhan untuk berhenti berbicara. Hal itu pun membuat Reyhan tertawa kecil.

"Udah di habisin makanannya,"

...

Hari sudah petang. Sandrina sekarang sudah berada di depan gerbang menunggu jemputan dari supirnya. Tadi pria paruh baya yang sudah bekerja beberapa tahun dengan keluarganya itu mengabari bahwa ia sudah dalam perjalanan.

FAKE PERSON [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang