26✓

296 36 10
                                    

Sepasang mata itu mengerjap pelan saat sinar matahari menyilaukan matanya melalui sela daun. Secara perlahan menggerakkan badannya dan bangkit untuk duduk.

Tangannya berpindah mengusap tengkuknya yang terasa keram. Ia menoleh melihat seorang lelaki yang menemaninya dan menjaganya dari semalam masih tertidur pulas dengan posisi duduk bersandar pohon.

Melihat wajah lelah dan pucat lelaki itu membuatnya merasa bersalah. Kemarin cowok itu tidak bosan merawatnya memastikan dirinya sudah aman tanpa memikirkan dirinya sendiri.

Bibir pucat itu membuatnya mengingat bahwa dia belum makan apapun dari semalam. Ia tau itu tapi memilih untuk tetap diam karena tidak ingin mengacaukan kebaikan cowok itu.

"Kasihan, pasti capek banget. Sandrina cari makan aja kali ya buat Rey?," Sandrina menelisik sekelilingnya kemudian kembali menatap Reyhan.

"Rey, aku tinggal sebentar ya. Gak bakal lama kok,"

Setelah mengatakannya Sandrina perlahan mencoba berdiri dengan berpegangan pohon. Ringisan kecil keluar saat masih merasakan sakit pada kakinya.

Tapi perlahan langkah demi langkah bisa dilakukannya.

Saat menyusuri hutan tak satupun makanan yang bisa ia ambil. Hutan ini seperti tidak banyak pohon yang menumbuhkan buah.

"Disini gak ada apa-apa. Kemarin Rey cari makanannya dimana ya?,"

Langkah masih tertatih-tatih terus berjalan. Hingga raut wajahnya berubah menjadi cerah setelah melihat satu buah seperti mangga, yang hanya ada satu disalah satu pohon disana.

Segera Sandrina berjalan menuju pohon itu. Tak lama alisnya mengkerut bingung ketika jangkauannya pada buah itu sangat jauh dan sulit untuk di capai.

"Aduh tinggi banget,"

Sandrina menoleh ke samping kanan dan kiri sekiranya melihat tangga atau gala yang bisa dia gunakan untuk mengambil buah diatas sana.

Tetapi dia tidak menemukan apapun disekitarnya.

"Gue panjat aja kali ya?," Setelah menimbang-nimbang akhirnya Sandrina memutuskan memanjat pohon yang tidak terlalu tinggi untuk di naikinya.

Sandrina hanya menggunakan satu kaki untuk bertahan diatas sementara satu kakinya dibiarkan menggantung udara karena masih terasa sakit jika harus ditahan untuk menopang tubuhnya.

"Sedikit lagi," Sandrina terlihat kesulitan untuk menggapai buah yang menggantung tepat di depannya.

Dengan hanya satu jengkal lagi Sandrina bisa menggapai buah itu tapi malang tiba-tiba kaki Sandrina keseleo dan akan jatuh kebawah.

"ARGHHH,"

"Sandrina!,"

Cewek itu membuka matanya sesaat tidak merasakan sakit pada tubuhnya. Objek pertama dilihatnya adalah Reyhan yang menangkap tubuhnya dengan tatapan khawatir.

"Rey,"

Reyhan menurunkan Sandrina lalu memegang bahu gadis itu mengecek apakah ada luka di tubuh ceweknya.

"Kamu gak apa-apa? Ada yang luka? Ada yang sakit? Kaki kamu gak apa-apa 'kan?," Serbu Reyhan dengan berbagai pertanyaan menghujam pada Sandrina.

Sandrina yang masih dalam mode terkejut hanya diam tidak menjawab. Reyhan pun memeluk Sandrina.

"Aku khawatir banget bangun tidur gak ada kamu. Kaki kamu masih sakit, jangan di paksain jalan," Reyhan merenggangkan pelukan dan menangkup pipi gadisnya.

"Kamu gak apa-apa 'kan?," Sandrina tersadar kemudian menganggukkan kepalanya.

"Aku gak apa-apa kok, makasih ya," Reyhan mengangguk lega dan kembali memeluk Sandrina yang dibalas tak kalah erat olehnya.

FAKE PERSON [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang