34✓

160 16 3
                                    

Bruk~

Ingatkan Reyhan bahwa ini adalah yang kelima kalinya dia menabrak orang saat tengah berlari. Hatinya sungguh kacau hingga mengabaikan semua orang yang di tabrak nya tanpa mengucapkan kata maaf.

Tujuannya kini hanya satu, yaitu pergi ke ruang IGD. Setelah mendapat kabar dari pihak kepolisian tentang kecelakaan yang dialami Sandrina, tanpa memikirkan apapun Reyhan langsung tancap gas menuju rumah sakit.

Selama berlari Reyhan tidak henti mengucapkan kata maaf. Andai tadi dia lebih dulu mengantar Sandrina pulang mungkin ini tidak akan terjadi. Tapi menyesal pun sudah tidak berguna.

Saat sampai di lorong ruang IGD banyak orang di lobby, mungkin juga menunggu kabar dari rekan atau saudara mereka yang berada di dalam. Tapi tidak memperdulikan keramaian yang memperhatikan kedatangannya secara brutal.

Tentu saja berlari seperti orang kesetanan, keringat peluh sehabis bermain basket ditambah berlari membuat seluruh wajahnya terlihat gersang. Dan tak lupa dengan baju basketnya yang masih ia pakai.

Langkah kakinya dipercepat menuju ke sepasang suami istri yang tengah menunggu di depan pintu ruang IGD. Matanya memancarkan kecemasan yang mendalam ketika melihat ibu dari Sandrina yang sedang menangis di pelukan sang suami.

"Om, Tante. Sandrina gimana keadaannya?," Dewi melepaskan diri dari pelukan suaminya dan menatap Reyhan dari atas hingga bawah dengan khawatir.

"Ya allah nak, kamu gak apa-apa? Ini pakaian kamu kok bisa sampe kotor gini,"

Bagaimana tidak? Baju serta celana pakaian basketnya sangat lusuh dan kotor. Tadi saat di parkiran Reyhan tidak sengaja menabrak seseorang sehingga keduanya terjatuh. Entah kesialan dari mana Reyhan terjatuh tepat di kubangan air kotor dan mengakibatkan pakaiannya menjadi kotor.

"Rey gapapa Tante. Kondisi Sandrina gimana sekarang?," Tanya Reyhan kembali.

Dewi menggeleng pelan. "Masih belum tau. Dokter belum keluar,"

Mendengar itu spontan Reyhan menarik kuat rambutnya frustasi. Ini adalah kesalahannya membiarkan Sandrina pulang sendiri tanpa ditemani olehnya. Padahal Sandrina pulang terlambat karena keteledorannya yang lupa bahwa hari ini adalah jadwalnya latihan basket.

"Om, Tante maafin Rey. Ini semua salah Reyhan. Harusnya sebelum latihan basket Rey anter dulu Sandrina pulang. Maafin Rey, Om, Tante,"

Umar menepuk pelan punggung Reyhan karena tangannya tiba-tiba diambil oleh laki-laki itu dan diciumnya. Dewi terkejut bahkan tangannya pun ikut serta di cium oleh Reyhan. Mereka tersentuh.

"Bukan salah kamu Rey. Om paham Sandrina gak seterusnya harus sama kamu terus. Gapapa Om ngerti. Bukan salah kamu tapi salah laki-laki itu,"

Reyhan mendongak menatap ayah dari kekasihnya itu bingung. Laki-laki siapa?

"Di dalam bukan cuma ada Sandrina. Tapi ada Clay juga. Kayaknya Om tau kenapa mereka bisa sampe kecelakaan kayak gini. Mereka pasti sempat bertengkar di dalam mobil,"

Laki-laki itu terdiam. Itu berarti Sandrina tidak pulang bersama supirnya melainkan bersama Clay? Kilat penuh emosi terlihat oleh Umar di kedua mata pemuda yang merangkap menjadi pacar dari putri satu-satunya itu.

"Tahan emosi kamu Rey. Sekarang kita harus fokus dulu ke kondisi Sandrina. Urusan Clay itu biar jadi urusan Om," Reyhan hanya mengangguk. Ia juga malas sebenarnya untuk menghadapi Clay meskipun sangat ingin. Tapi yang terpenting sekarang hanyalah Sandrina.

Tak lama setelah itu dokter keluar ditemani oleh seorang suster. Orang tua Sandrina menatap penuh harap pada sang dokter.

"Bagaimana keadaan putri saya Dok?,"

FAKE PERSON [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang